Aksara
Rajapatni.com: SURABAYA – Puri Aksara Rajapatni dan Ta’mirul Masjid Kemayoran Surabaya kembali menggelar lomba menulis aksara. Kali ini adalah aksara tradisional Pegon. Lomba ini berkaitan dengan Hari Santri Nasional 2025 dimana aksara Pegon menjadi sarana komunikasi tulis, yang pernah digunakan dalam kaitan Maklumat Jihad, yang menjadi latar belakang Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober.

Pergelaran lomba menulis dengan menggunakan aksara Tradisional ini juga sekaligus mewujudkan dan memajukan aksara yang telah diusulkan ke dalam Raperda Pemajuan Kebudayaan sebagai Object Pemajuan Kebudayaan (OPK). Disadari dan telah terbukti bahwa Aksara adalah Object tersendiri dalam kebudayaan manusia.
Aksara adalah sistem tanda grafis atau simbol visual, yang digunakan untuk mengungkapkan unsur-unsur ekspresif dalam suatu bahasa, yang juga sering disebut sebagai sistem tulisan.
Aksara Pegon digunakan untuk mengekspresikan bahasa Jawa sebagai bahasa komunikasi di kalangan para santri ketika fatwa dan resolusi Jihad dinyatakan. Menurut Gus Sholahuddin, cucu Kyai Ridwan, sang pembuat logo NO (Nahdlatul Oelama), bahwa penggunaan aksara Pegon pada zamannya adalah strategi dari para Kyai Nahdlatul Ulama untuk kirim berita lewat surat dari pesantren satu ke pesantren yang lain agar tidak bocor karena Belanda tidak ngerti aksara pegon.
Berita itu diantaranya adalah naskah naskah teks fatwa maupun resolusi jihad. Selanjutnya teks asli beraksara Pegon dibawa oleh ulama ulama dan disebarkan di kalangan pesantren.
“Nggeh Mas karena teks asli dibawa oleh para Kyai pesantren yang ikut pertemuan di gedung HBNO. Selanjutnya, baru yang untuk umum diterjemahkan ke bahasa Indonesia”, jelas Gus Udin panggilan akrab Gus Sholahuddin.
Sementara itu menurut pembina Puri Aksara Rajapatni, A. Hermas Thony, yang sekaligus inisiator Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya, penyelenggaraan lomba menulis menggunakan aksara tradisional Pegon ini sebagai bentuk nyata dari diusulkannya Aksara sebagai Object Pemajuan Kebudayaan.
“Ini bukannya sekedar usul, tapi sekaligus mempraktekkan dalam tindakan nyata”, kata Thony singkat.
Menarik Minat
Lomba menulis menggunakan aksara Pegon ini menarik minat banyak peserta yang tidak hanya datang dari kota Surabaya, tetapi juga dari peserta luar kota di Jawa Timur.
Menurut data yang dihimpun panitia bahwa peserta luar kota itu diantaranya datang dari Pasuruan, Bangil, Trenggalek, Tulungagung, Bangkalan, Malang, Sidoarjo, Gresik dan Madiun dengan jumlah total mencapai 111.

“Jumlah harus dibatasi mengingat ketersediaan ruangan dalam area masjid”, jelas Iwan Surya, Kehumasan Ta’mirul Masjid Kemayoran.
Penyelenggaraan lomba ini tidak lepas dari latar belakang sejarah dan budaya dari peristiwa Resolusi Jihad dan Hari Santri yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober.
Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dilakukan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015, yang ditandatangani pada 15 Oktober 2015.
Lomba menulis aksara Pegon ini digelar di Masjid Kemayoran pada Minggu, 26 Oktober 2025 mulai pk. 08.00 hingga selesai. Acara ini didukung oleh PCNU Surabaya, RMI NU (Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama), Gerakan Nasional Ayo Mondok, dan Leeven & Co. (PAR/nng).
