Rajapatni.com: Surabaya (14/5/24) – WISMA Jerman di Surabaya dulunya dikenal dengan nama Goethe-Institut, sebuah lembaga kebudayaan dan pendidikan Jerman, yang sekaligus mempunyai misi untuk memberi informasi terkini tentang masyarakat dan budaya Jerman. ꦮꦶꦱ꧀ꦩꦗꦼꦂꦩꦤ꧀ Wisma Jerman juga sebuah lembaga, yang bertugas membangun jembatan dialog dan kerjasama budaya antara orang indonesia dan orang Jerman.
Sementara itu, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni adalah komunitas budaya yang fokus pada Aksara Jawa. Komunitas ini berupaya melestarikan Aksara Jawa dengan berbagai cara yang bersifat edukatif. Aksara Jawa menjadi bagian dari Aksara Nusantara, yang secara global menjadi perhatian dunia melalui organ yang berdiri di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Yaitu UNESCO, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Karenanya ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni memiliki misi, selain melestarikan Aksara Jawa, ia juga mengangkat dan memperkenalkan kembali baik secara lokal, nasional (dengan berjejaring antar komunitas lintas provinsi) dan internasional melalui lintas negara. Caranya, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki organisasi. Setidaknya kegiatan Puri Aksara Rajapatni sejauh ini berjejaring lintas provinsi, lintas negara dan melibatkan warga ekspatriat secara lokal.
Karena Wisma Jerman memiliki misi serupa dalam memperkenalkan budaya Jerman ke luar negeri, maka kolaborasi antar dua pihak (bilateral) menjadi domainnya. ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, menurut Direktur Wisma Jerman, Mike Neuber, memiliki kepedulian yang sama terhadap khazanah budaya dan pendidikan.
“Saya sudah kenal Puri Aksara Rajapatni melalui pak Nanang. Saya ꦩꦼꦤꦼꦫꦶꦩ menerima artikel artikel lewat medianya Rajapatni.com”, jelas Mike di ruang kerjanya di Taman AIS Nasution.
Mike menambahkan bahwa Wisma Jerman ini mempunyai tugas ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦔꦸꦤ꧀ membangun hubungan antar manusia dan lembaga di bidang budaya, pendidikan dan ekonomi.
“Misalnya, kerjasama di bidang seni dan budaya antara Wisma Jerman dan Puri Aksara Rajapatni seperti ini”, tambah Mike.
Sementara itu menurut Nanang Purwono, Ketua Puri Aksara Rajapatni, bahwa di negara Jerman ada beberapa akademisi yang ahli di bidang filologi, khususnya Aksara Jawa.
“Contohnya Professor Dr Jan van der Putten, yang pernah datang ke Surabaya pada 16 September tahun 2023. Ia ꦄꦃꦭꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ ahli aksara Jawa dan Sunda dari Universität Hamburg, Jerman”, jelas Nanang.
Prof. Jan mengajar Aksara Jawa di Universität Hamburg. Menurutnya aksara Jawa, yang di era modern hanya menjadi konten konten seminar dan diskusi, harus ada aktualisasi yang nyata sebagai bentuk perlindungan oleh masyarakat nya sendiri.
Karenanya, di Surabaya tidak cukup dengan penggunaan Aksara Jawa sebagai signage di kantor kantor pemerintah kota Surabaya, tetapi harus digunakan secara nyata sehari hari. Untuk itu Puri Aksara Rajapatni membuka kelas ꦱꦶꦤꦻꦴꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Sinau Aksara Jawa gratis untuk publik.
Cara lain yang sedang dijalin dengan ꦮꦶꦱ꧀ꦩꦗꦼꦂꦩꦤ꧀ Wisma Jerman adalah mengadakan pameran seni rupa (melukis atau menggambar) yang berbasis pada Aksara Jawa. Dalam rencana pelaksanaan selama sepasar dalam kalender Jawa (lima hari), di dalamnya akan ada aneka kegiatan. Diantaranya diskusi dan workshop digitalisasi Aksara Jawa.
Kedua belah pihak, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni dan Wisma Jerman, antusias dalam kolaborasi budaya ini. (nanang PAR)*