Aksara :
Rajapatni.com: SURABAYA – ꧌ꦈꦥꦪ꧍ Upaya meraih keinginan ataupun cita-cita bukanlah hal yang mudah. Upaya itu perlu pengorbanan besar untuk bisa mencapainya. Pengorbanan ini bisa meliputi mencurahkan ꧌ꦥꦶꦏꦶꦫꦤ꧀꧍ pikiran, memaksimalkan waktu, hingga memanfaatkan ꧌ꦈꦮꦁ꧍ uang.
Yang tidak kalah pentingnya adalah adanya semangat dan taktis dalam berupaya, ꧌ꦧꦼꦂꦙꦸꦮꦁ꧍ berjuang. Ini adalah taktik cerdas, kecerdasan dalam ꧌ꦩꦼꦚ꧀ꦕꦥꦻ꧍ mencapai tujuan. Perlu akal, bukan okol.
Tentu semua itu perlu didasari oleh rasa tidak ꧌ꦥꦩ꧀ꦫꦶꦃ꧍ pamrih. Berjuang bagai sinar mentari. Sinar mentari adalah itu. Ibu kandung dan ꧌ꦅꦧꦸꦥꦼꦂꦡꦶꦮꦶ꧍ ibu Pertiwi. Masihkah anda bisa menangis untuk ibu?
“Ibu, kau bersinar bagai ꧌ꦕꦲꦪ꧍ cahaya, Yang selalu memberiku penerangan, Selalu memberi dan tak pernah harap kembali. Kau memberi selembut cinta kasihmu, Itu selalu kurasa dalam suka dan duka.” (Nanang Purwono).
Itulah semangat dalam cinta dan kasih. Memang perjuangan perlu ada semangat. Semangat itu menjadikan hidup. Maka, ada yang namanya semangat hidup. Semangat hidup adalah perasaan termotivasi dan antusiasme dalam menjalani hidup, terutama saat menghadapi tantangan.
Tantangan akan selalu ada dalam menggapai suatu cita cita. Termasuk cita cita menjaga, melindungi dan melestarikan aksara Jawa agar dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Diantaranya adalah tujuan pendidikan dan kesejahteraan.
Memang dalam upaya itu harus ada sinergi yang mutual. Sinergi mutual adalah bekerja sama secara produktif dengan semua pihak terkait, yang didasari oleh sikap saling menghargai dan menghormati.

Ini yang namanya kerja kooperatif pentahelix. Kooperatif pentahelix adalah kerja sama yang melibatkan lima unsur, yaitu pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media. Kolaborasi ini bertujuan untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan bersama itu adalah menyelamatkan aksara Jawa, khususnya di Surabaya. Apakah bisa? Tentu bisa! Kenapa tidak. Surabaya WANI. (PAR/nng