Rombongan Wisatawan Sejarawan Akan Berkunjung ke Surabaya 

Budaya

Rajapatni.com: SURABAYA – Surabaya sudah dikenal dunia secara globa dan itu nyata adanya. Kota ini sudah lama sebagai potret kota Eropa di zamannya. Karenanya ada kampung Eropa di kawasan Kota Lama. Bahkan ada pemakaman Eropa di Peneleh. Semua itu menjadi peninggalan masa lalu.

Karena latar belakang sejarah bersama itu, kini sejarah itu menjadi jembatan untuk lebih lanjut mengetahui perkembangan kota Surabaya dewasa ini dan mendatang yang masih terus menarik bagi wisatawan Eropa. Salah satunya wisatawan yang datang dari negeri Belanda.

Ada ikatan emosional antara warga negara Belanda dengan Indonesia. Setelah ada rombongan wisatawan Belanda pecinta arsitektur Kolonial di Indonesia beberapa Minggu lalu, akan segera datang lagi ke Surabaya rombongan wisatawan pecinta sejarah.

Sekarang mereka sudah masuk Indonesia dan berada di Semarang. Disana, apalagi kalau bukan Kota Lama Semarang yang dikunjungi.

Disana mereka tidak dengan tujuan melihat bangunan kolonial saja. Tetapi sejarahnya serta geliat masyarakatnya yang menempati ruang ruang di kota Lama. Selain geliat sosial, juga geliat budaya. Budaya lokal.

Mencoba menabuh gamelan di Monod Laras kota Lama Semarang. Foto: cah

Yaitu kegiatan berlatih menabuh gamelan dan seni pedalangan. Selain melihat gerak dan langkah serta mendengarkan irama gamelan, mereka juga melihat olah dalang memainkan fragmentasi wayang kulit.

Tak menyia nyiakan kesempatan, mereka juga diajak menabuh gamelan. Ada pengalaman baru bagi mereka karena selama ini mereka hanya tahu dari cerita dan menonton atraksi wayang kulit lewat layar kaca.

Atraksi sosial dan budaya ini akan menghidupkan atraksi arsitektur yang mati. Bagaimana dengan Surabaya, yang segera dikunjungi mereka?

Di Kota Lama Semarang, mereka bisa melihat kondisi fisik lingkungan dengan suasana kolonial dengan memasuki gedung gedung yang setiap saat bisa diakses meski sekedar melihat lihat. Tetap grup dari Historisch Nieuwsblad Belanda ini lebih untuk mengetahui sejarah lebih mendalam dan bersama sama dengan kritis dan terbuka membahas sejarah dari berbagai perspectif.

Merasakan gedung Indische di kota lama Semarang. Foto: cah

Mengenal sejarah dan budaya ini adalah bagian dari pengalaman pelibatan panca indera dalam dunia wisata. Ada indera perasa, yang bukan hanya dikecap oleh lidah tapi juga dirasa oleh hati dan pikiran. Ini menjadi olah rasa yang menjadi dokumentasi yang lebih bagus dari pada photo.

 

Pelibatan Panca Indera

Karenanya pelibatan semua panca indera oleh wisatawan jauh lebih bagus daripada melalui dokumentasi photo. Pelibatan semua panca indera ini menjadi interaksi aktif antara wisatawan dengan Object baik yang berupa benda (tangible) maupun tak benda (intangible).

Kekayaan Surabaya tidak hanya pada Object kebendaan (tangible) saja, tetapi juga Object tak benda (intangible). Seperti seni, budaya serta tradisi yang masih hidup. Karenanya melalui Undang Undang Pemajuan Kebudayaan, Object Object budaya harus bisa dimajukan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat, termasuk yang bisa disuguhkan kepada wisatawan. Selain untuk melestarikan budaya dan identitas bangsa, juga dapat memberikan manfaat ekonomi.

Akan lebih bagus bila potensi itu semua bisa tersaji secara alamiah dan mudah, termasuk kunjungan kunjungan ke gedung gedung cagar budaya yang layak dikunjungi.

Gedung gedung cagar budaya menjadi potret sejarah dan budaya daerah dan karenanya harus bisa dengan mudah diakses dengan mudah oleh wisatawan. Tidak ribet atau wisatawan akan hengkang dan mendapat kesan yang kurang bagus dari kunjungannya.

Apalagi wisatawan itu adalah ilmuwan, sejarawan serta penulis dan jurnalis. Segera yang akan datang ke Surabaya ini adalah rombongan wisatawan Belanda yang tergolong sejarawan dan pecinta sejarah. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *