aksara
Rajapatni.com: Lomba Menulis Indah ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Aksara Jawa di Masjid Kemayoran Surabaya pada Minggu (7/9/25) berjalan memuaskan. Acaranya berlangsung lancar sesuai perencanaan dan hasil tulisan lomba membanggakan. Dari 106 peserta ꧌ꦠꦼꦂꦞꦥ꦳꧀ꦠꦂ꧍ terdaftar, ada sejumlah tempat terlihat kosong karena peserta tidak datang. Sebagian mengatakan acara lomba tempuk dengan acara keluarga sehingga beberapa peserta absen. Acara ini sedianya ꧌ꦝꦶꦒꦼꦭꦂ꧍ digelar pada 31 Agustus 2025. Namun karena kondisi Surabaya tidak kondusif kala itu, maka lomba ditunda pada tanggal 7 September 2025. Berdasarkan pantauan ꧌ꦥꦤꦶꦠꦶꦪ꧍ panitia, ada 35 nomor yang tidak ada pesertanya.

Acara, yang diikuti oleh siswa mulai tingkat SD, SMP dan SMA/SMK ini, dibuka oleh perwakilan Pengurus dan Ketakmiran ꧌ꦩꦯ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦏꦼꦩꦪꦺꦴꦫꦤ꧀꧍ Masjid Kemayoran KH. Ahmad Mujab Mutohar dan Pembina Komunitas Aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni ꧌ꦄ꧉ꦲꦺꦂꦩꦱ꧀ꦠꦺꦴꦤꦶ꧍ A Hermas Thony. Yang selanjutnya digedok sebagai tanda dimulainya lomba oleh Ketua Panitia Lomba, ꧌ꦤꦤꦁꦥꦸꦂꦮꦤ꧍ Nanang Purwono.
Keistimewaan ꧌ꦥꦿꦯꦱ꧀ꦠꦶ꧍ Prasasti Masjid Kemayoran
Lomba menulis indah ini bersifat menyalin ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa, yang bersumber dari isi prasasti Masjid Kemayoran. Prasasti, yang dibuat pada 1848 ini, menandai ꧌ꦥꦼꦉꦱ꧀ꦩꦶꦪꦤ꧀꧍ peresmian Masjid yang dipersembahkan oleh ꧌ꦥꦼꦩꦼꦫꦶꦤ꧀ꦠꦃ꧍ Pemerintah kala itu kepada Umat Islam di Surabaya.
꧌ꦏꦼꦅꦟ꧀ꦝꦲꦤ꧀꧍ Keindahan tidak hanya terletak pada isi (makna) Prasasti, tetapi juga bahan yang digunakan. Yaitu berbahan besi atau sejenis logam. Keistimewaan itu ꧌ꦱꦼꦧꦒꦻꦩꦤ꧍ sebagaimana ditulis dengan tegas bahwa prasasti dibuat dari bahan logam. Ini tampak pada ꧌ꦥꦼꦩꦶꦭꦶꦲꦤ꧀꧍ pemilihan kata (diksi) “Ayasa” yang berarti terbuat dari bahan besi atau logam. Artinya prasasti tidak terbuat dari bahan batu, kayu, atau ꧌ꦝꦲꦸꦤ꧀ꦭꦺꦴꦤ꧀ꦠꦂ꧍ daun lontar sebagai mana umumnya.

Kalau sebelumnya pernah ada prasasti yang terbuat dari ꧌ꦭꦺꦴꦩꦩ꧀꧍ logam, namun ukurannya lebih kecil persegi panjang dengan ukuran kurang lebih panjang 30 cm kali 10 cm. Cara kerjanya diukirkan (didrip) pada ꧌ꦭꦺꦩ꧀ꦥꦺꦔꦤ꧀꧍ lempengan logam.

꧌ꦱꦼꦩꦼꦤ꧀ꦠꦫ꧍ Sementara Prasasti Masjid Kemayoran tidak demikian. Aksara aksaranya dibentuk dari lempeng logam lalu ꧌ꦝꦶꦠꦺꦩ꧀ꦥꦺꦭ꧀꧍ ditempel dengan teknik diklem pada lembar logam dengan ukuran 2 meter X 65 cm, lalu dibingkai / dipigura dari bahan ꧌ꦭꦺꦴꦒꦩ꧀꧍ logam.
Itulah keistimewaan Prasasti Masjid Kemayoran, yang ꧌ꦝꦶꦧꦸꦮꦠ꧀꧍ dibuat dari bahan logam di masa pemerintahan ꧌ꦲꦶꦟ꧀ꦝꦶꦪꦧꦼꦭꦟ꧀ꦝ꧍ Hindia Belanda.
꧌ꦎꦧ꧀ꦰꦺꦂꦮ꦳ꦱꦶ꧍ Observasi Prasasti
Sebelum lomba menulis ꧌ꦝꦶꦩꦸꦭꦻ꧍ dimulai, semua peserta diajak melihat prasasti, yang tertempel pada dinding dalam masjid ꧌ꦱꦩ꧀ꦧꦶꦭ꧀꧍ sambil mengenal masjid bersejarah itu.

Menurut A. Hermas Thony kegiatan lomba menulis indah꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa ini adalah pertama di Surabaya dan sekaligus untuk pertama pula di Jawa dan bahkan di ꧌ꦅꦟ꧀ꦛꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia. Yaitu lomba menulis aksara Jawa di dalam masjid.
Sementara itu menurut KH Ahmad Mujab Mutohar ꧌ꦧꦲ꧀ꦮ꧍ bahwa kegiatan semacam ini perlu digalakkan agar generasi muda ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya tidak lupa sejarah dan budaya, utamanya generasi muda Surabaya terhadap sejarah ꧌ꦩꦯ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦏꦼꦩꦪꦺꦴꦫꦤ꧀꧍ Masjid Kemayoran.

Dari lomba menulis aksara ini, ꧌ꦠꦼꦂꦚꦠ꧍ ternyata para pelajar Surabaya mulai dari Unschooling, SD, SMP, SMA dan SMK memiliki keterampilan, yang selama ini terpendam. Karenanya, ꧌ꦩꦼꦫꦺꦏ꧍ mereka butuh wadah berekspresi untuk menyalurkan bakat dalam ꧌ꦧꦼꦂꦭꦶꦠꦼꦫꦱꦶ꧍ berliterasi tradisional aksara Jawa.

“Leluhur Surabaya sudah akrab dengan aksara Jawa. Bukti sejarah itu ada di komplek Masjid Sunan Ampel, Masjid Kemayoran dan Komplek ꧌ꦥꦼꦩꦏꦩꦤ꧀꧍ pemakaman para bupati Surabaya di Botoputih Pegirian Surabaya”, jelas Nanang sebagai ketua ꧌ꦥꦤꦶꦠꦶꦪꦭꦺꦴꦩ꧀ꦧ꧍ panitia lomba.
Karenanya ꧌ꦄ꧉ꦲꦺꦂꦩꦱ꧀ꦠꦺꦴꦤꦶ꧍ A. Hermas Thony, penggagas Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya ꧌ꦩꦼꦩꦱꦸꦏ꧀ꦏꦤ꧀꧍ memasukkan Aksara sebagai Object Pemajuan Kebudayaan (OPK).
“Bagaimana kita bisa ꧌ꦩꦼꦩꦗꦸꦏꦤ꧀꧍ memajukan Manuskrip dan Seni sebagai OPK, kalau kita gak mengerti cara baca aksara. Karenanya Aksara sendiri harus dimajukan. Ingat, aksara ꧌ꦧꦸꦏꦤ꧀꧍ bukan saja Aksara Jawa. Aksara juga meliputi Aksara Pegon, dan aksara lainnya. Di tempat ini ꧌ꦏꦼꦭꦏ꧀꧍ kelak akan kita selenggarakan lomba menulis atau menyalin ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦥꦺꦒꦺꦴꦤ꧀꧍ aksara Pegon untuk melestarikan budaya dan memakmurkan masjid”, jelas Thony.

Lomba menulis indah aksara Jawa ini dinilai oleh ꧌ꦥꦼꦒꦶꦪꦠ꧀꧍ pegiat aksara Jawa Ita Surojoyo dan Ginanjar Wijaya, yang juga pengurus ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni sebagai penyelenggara lomba bersama Takmir Masjid Kemayoran.
꧌ꦗꦸꦮꦫꦭꦺꦴꦩ꧀ꦧ꧍ Juara Lomba
Penilaian lomba menulis indah aksara Jawa ini didasarkan pada ꧌ꦏꦿꦶꦠꦺꦫꦶꦪ꧍ kriteria kerapian/kebersihan, konsistensi bentuk huruf, spasi/kesejajaran, kreatifitas/gaya tulisan, dan keterbacaan. Masing masing poin berbobot ꧌ꦤꦶꦭꦻ꧇꧒꧐꧇꧍ nilai 20.

Dari ꧌ꦝꦱꦂ꧍ dasar kriteria itu, keluar sebagai juara tingkat SD dan SMP adalah juara 1, Anggraeni dari SMPN 12 Surabaya; juara 2, Muhammad Zidni dari SMP Yamassa ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya dan juara 3, Nadya Fauziyah dari SMPN 12 Surabaya. Sedangkan untuk tingkat SMA/SMK juara 1, ꧌ꦄꦫꦸꦩ꧀ꦰꦼꦏꦂꦰꦫꦶ꧍ Arum Sekarsari dari SMK Adhikawacana; juara 2, Nabila Rezkya dari SMAN 4 Surabaya dan juara 3, ꧌ꦤꦸꦂꦄꦭ꧀ꦮ꦳ꦶꦤ꧀꧍ Nur Alvin dari SMKN 10 Surabaya. Masing masing juara berhak atas trophy, sertifikat dan uang ꧌ꦥꦼꦩ꧀ꦧꦶꦤꦄꦤ꧀꧍ pembinaan seberapa 750.000 (juara 1), 500.000 (juara 2) dan 250.000 (juara 3).

꧌ꦩꦼꦤꦸꦫꦸꦠ꧀꧍ Menurut dewan juri, yang diwakili Ita Surojoyo, tulisan para peserta relatif baik tapi harus ꧌ꦝꦶꦥꦶꦭꦶꦃ꧍ dipilih yang ꧌ꦠꦼꦂꦨꦲꦶꦏ꧀꧍ terbaik meski selisih antar peserta tipis tipis.
Melihat hasil yang rata rata ꧌ꦧꦒꦸꦱ꧀꧍ bagus, sekarang dan ke depan bagaimana ꧌ꦭꦔ꧀ꦏꦃ꧍ langkah pembinaan selanjutnya sebagai bagian dari ꧌ꦈꦥꦪ꧍ upaya Pelestarian Kebudayaan Surabaya. (PAR/nng)