Nany Wijaya Turun Gunung Untuk Rajapatni.

Aksara Budaya

Rajapatni.com: SURABAYA – Sudah sekian lama tidak pernah melihat dan mendengar Nany Wijaya mendekat dengan sumber berita. Dulu, tulisan tulisan jurnalistik Nany Wijaya, wartawan senior perempuan dari sebuah surat kabar besar, sering mengisi koran harian pagi itu dengan berita berita dari Philipina.

Nany Wijaya memang wartawan pertama surat kabar itu, yang dikirim ke luar negeri untuk meliput revolusi Filipina. Revolusi Filipina itu adalah Revolusi EDSA (atau People Power Revolution), yang terjadi pada tahun 1986.

Kini, Ia dikenal sebagai CEO Tabloid Nyata, sebuah tabloid yang masih bertahan sebagai satu satunya tabloid yang menerbitkan berita berita hiburan mingguan.Tabloid ini umumnya menyediakan informasi hiburan yang diantaranya adalah film, musik, makanan, dan gaya hidup.

Pada Kamis petang (16/11/25), Nany Wijaya terlihat dekat kembali dengan sumber berita. Kali ini bukan isu perang, tapi tentang berita budaya. Berita budaya ini mengangkat kisah tentang kecintaan warga Indo (blasteran) terhadap Indonesia dan budaya Jawa.

Santai bercengkerama tentang budaya. Foto: Nany wijaya

Warga Indo ini adalah Michiel Eduard, yang pernah menjadi produser musik Wieteke Van Dort (alm) dan penulis lagu, termasuk seorang musisi.

 

Cinta Budaya Jawa

Kecintaan Michiel Eduard terhadap budaya Jawa dibuktikan dengan kefasihan bicara dalam bahasa Indonesia, yang kadang kadang campur dengan bahasa Jawa dengan dialek Arekan Surabaya.

Ya, Nany Wijaya memang membersamai tim jurnalisnya yang sengaja datang untuk Michiel Eduard, yang rencananya akan launching buku hasil karya tulis Wieteke Van Dort (alm) pada Jumat malam (7/11/25). Michiel ke Surabaya memang untuk acara launching buku. Ia tidak sendirian tapi bersama sang kakak perempuan dan kerabat.

Akrab. Michiel (kaos gelap), di samping kirinya Nany Wijaya dan si sebelah kanannya Nanang Purwono. Foto: par

Nany Wijaya dan tim diterima di lobby hotel JW Marriott dimana Michiel dan rombongan menginap selama di Surabaya. Suasananya gayeng. Pembicaraan berjalan lancar karena Michiel memang fasih berbahasa Indonesia. Bahkan catatan Wieteke Van Dort, yang berbahasa Belanda, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Michiel.

Ditanya apa yang menjadi alasan ditransliterasi ke Aksara Jawa adalah fakta tidak lepasnya perhatian Wieteke Van Dort kepada Indonesia dan kota kelahirannya, Surabaya.

 

Penulisan aksara Jawa

Catatan yang belum sempat dibukukan itu akhirnya dilanjutkan (dibukukan) oleh Michiel. Yang menarik adalah Michiel sepakat dengan usulan ditransliterasi dalam aksara Jawa.

Aksara Jawa adalah bagian dari budaya Jawa. Sampai sampai Michiel mentato bagian pundaknya dengan aksara Jawa yang berbunyi “Satu”.

Transliterasi ke aksara Jawa ini dibuat oleh aktivis aksara Jawa Ita Surojoyo dari Komunitas Puri Aksara Rajapatni. Maka jadilah sebuah buku yang ditulis dalam bahasa Belanda dan Beraksara Jawa. Ini adalah buku hasil kolaborasi Michiel Eduard selaku Ketua Stichting Anak Mas dan Yayasan Puri Aksara Rajapatni.

Nanang Purwono (kanan) menjelaskan mengenai pentingnya mengenal aksara Jawa. Foto: Nany Wijaya

Dijelaskan Nanang Purwono, ketua Puri Aksara Rajapatni, yang pada petang itu mempertemukan tim Tabloid Nyata dengan Michiel dan rombongan bahwa penulisan aksara Jawa pada buku yang berjudul “Bung Bebek en de Princess” adalah upaya memperkenalkan aksara Jawa ke tingkat global. Suasana pertemuan wawancara itu berlangsung santai dengan penuh kekeluargaan.

 

Telurkan Gagasan Baru

Pada kesempatan itu Nany Wijaya mengajak Puri Aksara Rajapatni dan Michiel untuk sebuah kolaborasi dalam produksi konten di Tabloid Nyata.

“Tabloid Nyata tidak cuma berbentuk print, tapi juga punya kanal audio visual dalam bentuk podcast dan YouTube. Ayo kita buat konten Londo Jowo”, ajak Nany Wijaya.

Konten budaya Jawa di Nyata ini bukan tidak punya alasan bagi Nany Wijaya. Selain secara umum sebagai upaya melindungi dan melestarikan budaya, secara pribadi Nany adalah sosok yang dekat dengan budaya Jawa.

Nany Wijaya juga mengapresiasi sosok perempuan yang bergelar Rajapatni (pendamping raja). Rajapatni, yang nama aslinya Gayatri, adalah istri Raja Raden Wijaya, Raja pertama kerajaan Majapahit.

Gayatri sering disebut Rajapatni saja, memang sosok paling berpengaruh dan merupakan kekuatan pendorong di balik kesuksesan dan puncak kejayaan Kerajaan Majapahit.

“Rajapatni itu Princess Warrior, yang membawa kesuksesan Majapahit dan menurunkan raja raja”, kata Nany Wijaya yang mengagumi sosok Rajapatni.

“Tanah Jawa ini kaya akan tokoh tokoh perempuan, seperti Rajapatni, Tribhuwana Tunggadewi, R.A. Kartini dan Dewi Sartika”, tambah Nany.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *