Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Langka. Itulah kesan terhadap gagasan belajar bahasa Sansekerta. Bahasa Sansekerta memang tidak lagi menjadi bahasa ibu yang umum di banyak wilayah, termasuk di Indonesia. Meskipun masih digunakan dalam konteks agama dan ritual tertentu, khususnya dalam agama Hindu dan Budha, jumlah penutur bahasa Sansekerta sebagai bahasa sehari-hari telah menurun secara signifikan. Bahkan di negara asalnya, India.
Bahasa Sansekerta menjadi langka karena beberapa alasan. Diantaranya adalahK urangnya kesempatan belajar. Bahasa Sansekerta tidak diajarkan di sekolah dan perguruan tinggi umum, sehingga kesempatan untuk belajar bahasa ini terbatas.
Alasan lain adalah kurangnya minat. Meskipun memiliki nilai sejarah dan budaya yang penting, bahasa Sansekerta mungkin tidak dianggap sebagai bahasa yang relevan atau praktis dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi mereka yang tidak tertarik pada agama atau sejarah.
Penyebab lain adalah ketersediaan sumber belajar. Sumber belajar bahasa Sansekerta mungkin terbatas, terutama dalam bentuk buku atau kursus online yang mudah diakses seperti umumnya.
Namun, meskipun langka, belajar bahasa Sansekerta masih memiliki nilai penting, khususnya bagi mereka yang tertarik pada studi agama, sejarah, atau sastra kuno.
Peluang Belajar

Berangkat dari fakta tersebut di atas, kantor Kedutaan Besar India untuk Indonesia bersama komunitas Puri Aksara Rajapatni sedang merancang kegiatan belajar bahasa Sansekerta.
Mungkin akan banyak yang bertanya. Buat apa belajar bahasa Sansekerta? Belajar bahasa Sansekerta sesungguhnya dapat memperkaya pemahaman tentang sejarah, budaya, dan sastra Asia Selatan, khususnya India. Selain itu, bahasa ini penting untuk mempelajari kitab suci dan tradisi keagamaan, serta membuka pintu bagi penelitian linguistik dan studi tentang agama-agama India.
Diakui bahwa pada akhirnya belajar bahasa Sansekerta ini adalah bersifat minat khusus. Karenanya belajar bahasa Sansekerta ini langka. Kalau seseorang tidak memiliki minat khusus, maka sangat tidak mungkin terjadi.
Sejarah Bersama
Indonesia (Nusantara) dan India memiliki sejarah bersama. Sejarah bersama ini cukup panjang dan kaya, terjalin melalui perdagangan, pertukaran budaya, dan pengaruh agama. Hubungan ini telah berlangsung selama berabad-abad dan meninggalkan jejak yang signifikan dalam sejarah dan kebudayaan kedua negara.
Dari sudut pandang sejarah, hubungan Indonesia-India dimulai sejak zaman kuno, dengan adanya perdagangan maritim antara kedua negara. Orang India mengunjungi Nusantara sejak zaman kuno dan membawa pengaruh budaya dan agama, seperti ajaran Hindu dan Buddha, serta bahasa Sanskerta.
Sementara dari sudut pandang budaya, pengaruh budaya India sangat terasa di Indonesia, terutama dalam bidang seni, arsitektur, dan sastra. Candi Borobudur, misalnya, merupakan perpaduan antara seni India dan Indonesia. Bahasa Sanskerta juga banyak diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Pun demikian dalam sudut pandang agama, dimana agama Hindu dan Buddha masuk ke Indonesia dari India, dan banyak kerajaan di Nusantara yang menganut agama-agama tersebut.
Aksara dan Bahasa
Indonesia mengadopsi Aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta dari India, yang terlihat pada prasasti Yupa dari Kutai, prasasti Tugu dari Tarumanegara, dan catatan Kalingga.
Pun demikian dengan Candi Borobudur dan banyak candi lainnya di Indonesia menunjukkan pengaruh seni dan arsitektur India.
Tidak ketinggalan drama dan seni pertunjukan. Epos Ramayana dan Mahabharata menjadi sumber inspirasi bagi drama dan seni pertunjukan rakyat Indonesia.
Maka dengan belajar bahasa Sansekerta, akan ada jembatan yang mendekatkan nilai nilai sejarah, budaya dan agama antar kedua negara. Apalagi antar kedua negara telah terjalin hubungan kebudayaan. (PAR/nng)