Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Apresiasi, yang luar biasa kepada Pemerintah Republik India melalui Duta Besar India untuk Indonesia, Sandeep Chakravorty, mengenai rencana pertemuan informal terkait upaya bersama dalam memajukan aksara bersama Puri Aksara Rajapatni, sebuah komunitas Aksara Jawa di Surabaya.
“Ini sungguh luar biasa tatkala ada ajakan dari Duta Besar India untuk Indonesia untuk berdiskusi tentang aksara Jawa dan bahasa Sansekerta”, kata A. Hermas Thony, inisiator Raperda Pemajuan Kebudayaan Surabaya pada Jumat malam (23/5/25)
Bahasa Sansekerta memang menjadi salah satu sumber bahasa serapan dalam bahasa Indonesia. Di Indonesia bahasa serapan ini masih digunakan sehari hari. Penggunaannya bukan saja berupa tinggalan dari masa lalu dalam bentuk prasasti prasastii, tetapi masih digunakan sebagai nama nama orang dan bahkan instansi.
Misalnya sebuah rumah sakit baru di Surabaya diberi nama dalam bahasa Sansekerta, yaitu RSUD Eka Candrarini.
Eka Candrarini artinya bulan, yang indah” atau “bulan yang paling terang”. Eka (eka) berarti satu atau tunggal, sedangkan Candrarini (candrarini) merujuk pada bulan atau rembulan yang terang di malam hari.
Pada zamannya Bahasa Sansekerta sebagai bahasa asing kerap ditulis dalam aksara Jawa Kuno atau Kawi. Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan waktu, Aksara Jawa Kuno sendiri berubah menjadi Aksara Jawa Baru, yang umum digunakan sekarang.
Dalam rangka memperkuat hubungan kerjasama kebudayaan India dan Indonesia, inisiasi inisiasi kegiatan segar dan baru sangat diharapkan. Untuk itulah Duta Besar India Sandeep Chakravorty datang ke Surabaya.
“Selamat pagi. Pak Dubes mau bertemu dan bahas bagaimana Jawa-Sansekerta bisa maju. Mau mendengar hal hal yang kita bisa jalankan dan rencana kedepan. Bagaimana?”, demikian pesan singkat Konsul Kehormatan India di Surabaya, Manoj Bhat.
Undangan itu datang kepada pegiat aksara Puri Aksara Rajapatni, yang selama ini aktif berkomunikasi dan berkolaborasi dalam wadah “Java-India Ties”.
Gagasan gagasan itu tidak hanya berorientasi masa lalu yang bersifat klangenan, tetapi juga membingkai masa depan yang visioner sebagaimana semangat kerjasama budaya antara Indonesia dan India.

Kerja sama budaya antara Indonesia dan India sangatlah signifikan, dengan akar sejarah yang kuat dari pengaruh Hindu-Buddha yang melintasi batas geografis. Kedua negara memiliki kesepakatan untuk memperkuat hubungan bilateral melalui Program Pertukaran Budaya, yang mencakup berbagai bidang seperti bahasa, museum, seni, sejarah, dan pelestarian pengetahuan tradisional.
Bahasa, seni dan pengetahuan tradisional adalah objek objek Pemajuan Kebudayaan yang tersebut dalam Undang Undang nomor 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Karenanya rencana pertemuan informal antara pihak Kedutaan Besar India untuk Indonesia dan Puri Aksara Rajapatni dalam upaya memperkuat hubungan bilateral di bidang Budaya adalah rencana baik sebagai implementasi kerjasama budaya Indonesia – India.
Penandatanganan kerjasama budaya antara Indonesia – India ini berlangsung dalam perayaan Hari Republik India ke-76 pada Januari 2025 lalu.
Dalam perayaan itu Presiden Prabowo jadi tamu utama di Perayaan Hari Republik Ke-76 India.
Sementara Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menjadi salah satu menteri, yang mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam kunjungan kenegaraan ke India pada rangkaian perayaan Hari Republik India ke-76. Dalam kunjungan tersebut, Fadli Zon menandatangani Program Pertukaran Budaya (Cultural Exchange Program) yang melibatkan Indonesia dan India.
Sedangkan rencana kunjungan Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Chakravorty ke Surabaya dan bertemu aktivis aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni, menjadi implementasi kerjasama budaya antara Indonesia dan India. (PAR/nng).