Media
Rajapatni.com: SURABAYA – Melaporkan (menulis berita) tentang kesetaraan gender adalah penting demi mewujudkan masyarakat yang adil berkelanjutan. Bahwa laki laki dan perempuan itu pada hakikatnya sama dalam hak, kewajiban, dan kedudukan, utamanya di hadapan hukum dan Sang Khalik. Namun secara natural keduanya (laki laki dan perempuan) memiliki perbedaan biologis (seks) dan perbedaan peran atau karakteristik (gender) yang dibentuk oleh sosial dan budaya.
Jejak Perempuan Nusantara
Di Indonesia, jauh sebelum kemerdekaan tahun 1945, telah hidup perempuan perempuan inspiratif, yang memegang peran dalam membela dan membangun bangsa. Misalnya Cut Nyak Dien (1848 hingga 1908) yang tampil sebagai pemimpin perang yang tangguh dan gigih dalam melawan penjajahan Belanda, serta sebagai simbol semangat nasionalisme dan perlawanan tanpa kenal lelah.
Sementara itu dari tanah Jawa ada Raden Ajeng Kartini (1879 hingga 1904) yang tampil sebagai pelopor emansipasi perempuan dan kebangkitan wanita pribumi di Indonesia, melalui pemikiran dan perjuangan gigihnya melalui surat-suratnya.
Di era modern pada pasca kemerdekaan ada Megawati Soekarno Putri yang tampil sebagai Presiden Indonesia. Kini banyak perempuan Indonesia yang tampil dan pegang peran dalam proses pembangunan bangsa sesuai dengan kapasitas dan keahliannya.

Jika kita melihat sejarah masa lalu bahwa di balik kejayaan Majapahit (abad 13-15), ada peran perempuan. Mereka adalah Gayatri Rajapatni (1275, – 1350) sebagai penasehat dan mentor strategis, dan Ratu Tribhuwana Tunggadewi (1309 – 1375) sebagai penguasa yang memimpin ekspansi wilayah dan mengangkat Gajah Mada sebagai mahapatihnya, serta Ratu Suhita (1409-1447) yang berperan menjaga stabilitas internal di masa sulit. (Earl Drake). Masing masing punya peran di negeri Majapahit.
Berangkat dari fakta sejarah maka sesungguhnya perempuan dan laki laki punya hak dan kewajiban yang sama. Siapa berbuat baik dan berprestasi layak dapat reward. Sebaliknya siapa berbuat buruk dan merugikan layak dapat hukuman. Pun demikian dalam pemberitaan dan memberitakan..
Karena itulah dalam rangka memperkuat persahabatan dan kerjasama bilateral, siapa punya peran dan kemampuan bisa layak dan maju sebagai garda dan kekuatan jembatan kerjasama itu. Misalnya kerjasama bilateral Indonesia dan India.
Pemerintah India layak memberikan reward atas kemampuan laki laki dan perempuan. Siapapun yang bisa berkontribusi. Di India ada nama Amrita Pritam. Amrita Pritam (1919–2005) bukanlah seorang pejuang dalam artian militer, melainkan seorang penulis dan penyair India terkemuka yang karyanya banyak mengangkat isu sosial dan emosional, terutama perjuangan perempuan dan trauma akibat Pemisahan India (1947). Untuk mengenangnya pemerintah India membuat sebuah Asrama Mahasiswa Wanita Internasional di lingkungan Universitas EFLU di kota Hyderabad.
Berimbang Dan Setara
Karenanya Ia layak dihormati. Melalui program Voice of Tomorrow, yang disponsori oleh Kedutaan Besar India untuk Indonesia (Pemerintah India) dan India News Desk, mengajak jurnalis muda Indonesia untuk berdialog dengan para mentor media dari kedua negara yang berpengalaman mengenai penulisan gender (gender reporting).

Gender Reporting ini penting karena berfungsi sebagai alat vital untuk mempromosikan kesetaraan dan keadilan sosial di berbagai bidang, mulai dari media hingga tempat kerja dan pembangunan.
Dalam sesi kelas online Voice of tomorrow pada Sabtu pagi (6/9/25) hadir pembicara dari dua negara: Rini Yustiningsih, pemimpin redaksi Solopos Media Group (SMG) dan COO SMG (Indonesia) dan Amy Sood, Reporter Ignites Asia Financial Times (India).

Dari kedua mentor ini esensinya adalah penulisan yang berimbang terkait isu gender dan peran gender dan menghindari gender sebagai Objek eksploitasi untuk kepentingan tertentu apalagi untuk sensasi. Apalagi dengan penggunaan diksi cantik dan seksi yang disematkan pada Object perempuan.
Perempuan memang ada dalam segala lapisan masyarakat. Ada yang berperan di bidang politik, pemerintahan, pedagang, kedokteran, pendidikan dan olahraga serta banyak peran dan fungsi lainnya. Contoh praktis lainnya yang baru saja terjadi adalah demo terkait dengan driver ojol yang tewas karena terlindas kendaraan. Tidak ada satu berita dan unggahan media sosial yang melihat dari sudut pandang ojol perempuan.
Ini menjadi perhatian Mentor Rini yang disampaikan kepada jurnalis muda dan peserta pelatihan Gender Reporting dalam Program Voice of Tomorrow.
Dalam kilas balik zaman, ada tokoh wanita inspiratif yang bisa menjadi panutan di semua zaman. Perannya memberi inspirasi untuk wanita sekarang dan mendatang. Yaitu sosok Gayatri Rajapatni, istri raja pertama Majapahit sebagai penasehat dan mentor strategis di kerajaan Majapahit. (PAR/nng).