Aksara
Rajapatni.com: SURABAYA – Pengembalian ribuan artefak asal Nusantara dari Belanda seharusnya menjadikan bangsa Indonesia mawas diri.
Dengan pengembalian itu, Belanda secara simbolis mengakui bahwa artefak tersebut bukan milik mereka, melainkan hasil boyongan kolonial dari Nusantara, yang sesungguhnya tidak sah secara moral maupun etika.

Atas kesadaran Belanda, mereka pada hakekatnya menyadari adanya pengakuan perspektif politik, sejarah, dan identitas bangsa Indonesia.
Nah setelah dikembalikan ke pangkuan ibu Pertiwi, selanjutnya pantaslah bangsa ini intropeksi. Sadarkah kita sendiri akan perspektif politik, sejarah, dan identitas bangsa sendiri?
Kaca Benggala
Hematnya pengembalian artefak itu bagai kaca benggala. Kaca benggala menjadi simbol mawas diri, di mana seseorang hendaknya menjadikan pengalaman pribadi dan orang lain sebagai pelajaran untuk memperbaiki diri.
Ketika pemerintah Belanda telah menyadari akan perspektif politik, sejarah dan identitas bangsa Indonesia, apakah kita sebagai bangsa Indonesia juga menyadari atas sejarah dan identitas bangsa sendiri?
Bicara tentang identitas bangsa sendiri, sangat banyak dimensinya. Artinya identitas bangsa terdiri dari berbagai aspek atau unsur, yang membentuk jati diri suatu bangsa dan membuatnya unik serta dapat dikenali oleh bangsa lain, seperti budaya, bahasa, aksara, agama, sejarah, geografi, sistem politik, hingga simbol-simbol negara.
Dimensi-dimensi ini saling terkait dan berinteraksi secara dinamis, yang selanjutnya menciptakan karakteristik yang berbeda-beda antara satu bangsa dengan bangsa lainnya.
Belanda memang tidak mengembalikan artefak, yang terkait langsung dengan aksara daerah yang tergerus (terampas) oleh aksara Latin, yang dibawa Bangsa Eropa ketika menempati Nusantara.
Namun kita harus mawas diri bahwa “hilangnya” aksara daerah (tradisional) karena masuknya penjajahan asing.
Sekarang bangsa Indonesia telah merdeka dan berdaulat, sudah semestinya dengan penuh kesadaran bisa dan mau mengembalikan aksara tradisional sendiri.
Bisakah Kita Kembalikan Identitas Sendiri?
Ini langkah, yang sulit karena telah berganti zaman tetapi inilah saatnya kita harus penuh kesadaran bisa mengembalikan aksara sendiri. Belanda telah mengembalikan artefak (identitas) bangsa Indonesia. Sekarang bagaimanakah bangsa ini bisa mengembalikan identitas nya sendiri?
Aksara adalah identitas bangsa karena aksara tersebut sebagai warisan budaya, yang mencerminkan nilai sejarah, filsafat, dan kearifan lokal yang unik, serta berfungsi sebagai alat komunikasi dan ekspresi jati diri masyarakat penuturnya.
Pelestarian aksara daerah, seperti Hanacaraka Jawa atau Lontara Bugis-Makassar serta Batak sangat penting untuk menjaga akar peradaban Nusantara dari pengaruh globalisasi dan dominasi aksara Latin. (PAR/nng).