Aksara
Rajapatni.com: SURABAYA – Aksara menyatukan dunia, yang sedang berkecamuk. Perang akibatkan bumi memanas. Dari Surabaya, aksara mendinginkan bumi melalui peringatan Hari Aksara Internasional pada 8 September mendatang.
Peringatan itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi (kemampuan membaca dan menulis) di seluruh dunia, dan literasi ini sangat dibutuhkan untuk membangun perdamaian dan pembangunan yang berkelanjutan. Termasuk literasi tradisional (aksara asli) dari masing masing daerah/negara. Bahwa aksara yang tersebar di seluruh dunia sekarang ini berawal dari akar yang mengerucut serupa.
Aksara, atau sistem tulisan, sungguh memiliki sejarah panjang dan beragam di seluruh dunia. Aksara tertua yang diketahui adalah Aksara Paku (Cuneiform) dari Mesopotamia, sekitar 3200 SM, kemudian dikembangkan oleh bangsa Sumeria.
Selanjutnya, ada juga Aksara Olmec di Mesoamerika sekitar 1500 SM, yang dianggap sebagai cikal bakal sistem tulisan Maya. Alfabet pertama kemungkinan adalah Proto-Sinaitik, yang muncul sekitar 4000 tahun lalu di wilayah Sinai. Aksara ini kemudian berkembang menjadi alfabet Fenisia, yang menjadi dasar bagi alfabet Ibrani, Yunani, dan Romawi.
Sementara itu dari Asia, dikenal dengan aksara Brahmi. Aksara ini termasuk aksara kuno. Aksara Brahmi dianggap sebagai aksara India kuno tertua yang dikenal berkembang pada pertengahan milenium pertama sebelum Masehi. Aksara ini menjadi dasar bagi banyak aksara lain, yang digunakan di Asia Selatan dan Tenggara hingga saat ini, termasuk di Indonesia
Sekarang sudah banyak aksara yang berkembang di dunia meski tidak semua negara memiliki aksara. Aksara, selanjutnya dikatakan sebagai simbol peradaban tinggi, karena kemampuannya merekam dan menyampaikan informasi secara tertulis, lantas memungkinkan sebagai akumulasi pengetahuan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan penyebaran budaya antar generasi dan wilayah.

Aksara juga menjadi dasar bagi perkembangan bahasa tulis, yang memungkinkan manusia untuk berpikir lebih kompleks dan sistematis. Setelah sekian ratus dan bahkan ribuan tahun, kini saatnya kembali ke titik awal kebersamaan melalui peradaban literasi, yang dikenal dalam peringatan Hari Aksara Internasional.
Nenek moyang Nusantara memiliki aksara yang beragam, meski awalnya merupakan turunan dari aksara Pallawa dan Brahmi. Keberagaman aksara di Nusantara (Indonesia) adalah bukti kecerdasan nenek moyang. Ada sekitar 15 jenis aksara di Indonesia dari lebih dari 700 bahasa daerah.
Melalui hari aksara internasional kita bisa mengenal awal mula peradaban. Misalnya dengan mengenal aksara Pallawa, berarti kita mengenal sejarah bersama Nusantara – India.
Perang
Sementara perang terjadi di muka bumi ini karena beberapa penyebab, yang diantaranya meliputi perebutan kekuasaan, perbedaan ideologi, perebutan sumber daya, dan nasionalisme yang ekstrem. Semua itu pada dasarnya adalah perbedaan yang tidak didasari akan pengertian.
Sebaliknya, perbedaan yang didasari akan rasa pengertian akan menciptakan sebuah harmonisasi bagaikan “a bunch of different colors of flowers” (seikat bunga dengan warna yang berbeda beda).
Melalui agenda Hari Aksara Internasional, akan hadir keberagaman dengan satu tujuan yang sama yaitu untuk membangun perdamaian dan pembangunan yang berkelanjutan. Literasi menjadi jembatan pemahaman.
Juang
Karenanya Aksara disikapi sebagai suatu Object dalam Pemajuan Kebudayaan, yang sedang digodok oleh Pansus Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya, DPRD kota Surabaya. (PAR/nng).