Kembali Ke Budaya Lokal (Back to Local Culture).

GAGASAN

Rajapatni.com: SURABAYA Kembali ke budaya Nusantara (back to local Culture) menjadi arus yang deras di era modern sekarang ini. Hal ini dikarenakan sudah mulai adanya kesadaran akan nilai identitas dan warisan leluhur yang tergerus oleh globalisasi, serta kebutuhan untuk mempertahankan jati diri bangsa di tengah budaya asing yang masuk ke sendi sendi kehidupan.

Lorong zaman. Foto: nng

Dorongan back to culture ini diperkuat oleh penggunaan teknologi digital untuk revitalisasi budaya lokal, kreativitas generasi muda dalam adaptasi budaya, dan peran pendidikan serta pemerintah dalam menjaga dan mempromosikan kekayaan Nusantara agar tetap relevan dan diminati publik modern.

Sebetulnya ini semua belum cukup tanpa upaya terus menerus yang berkelanjutan (sustainable) dari berbagai pihak. Karenanya perlu ada gimmick gimmick yang menarik untuk semua kalangan.

Selain peran serta masyarakat baik secara individu maupun kelompok (komunitas), juga masih tetap dibutuhkan intervensi pemerintah. Pemerintah justru harus bisa memotori dalam upaya perlindungan dan pelestarian budaya Nusantara.

Pemerintah Indonesia dengan sudah hadirnya Kementerian Kebudayaan harus berperan penting dalam melindungi dan melestarikan budaya Nusantara melalui berbagai kebijakan, seperti penguatan ekosistem budaya, inventarisasi budaya, dan dukungan terhadap komunitas lokal.

Alam desa yang menentramkan. Foto: ist

Mereka juga harus bisa mendorong pemanfaatan teknologi, penyelenggaraan festival, dan pengembangan pendidikan budaya, bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga budaya untuk memastikan warisan budaya bangsa tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.

Pemerintah lokal (setempat) lah yang lebih tau ada geliat apa di wilayahnya. Jangan dilihat peran itu sebagai beban bangsa, melainkan sebagai modal untuk menjaga identitas dan memajukan daerahnya. Akan menjadi beban jika suatu bangsa sudah tidak berbudaya atau telah hilang jatidiri budayanya. Kita tidak ingin unjuk rasa, yang baru saja terjadi, akan berulang.

Medsos, yang berbasis teknologi diharapkan turut membantu dalam berbagi geliat budaya dan kebangkitan budaya. Jangan sampai medsos justru dimanfaatkan untuk menebar hal hal yang negatif, yang tidak bertanggung jawab.

Medsos bertanggung jawab adalah penggunaan media sosial dengan kesadaran akan dampak dan etika, yang meliputi verifikasi informasi sebelum berbagi, menghormati privasi orang lain, menjaga kesantunan berbahasa, serta menghindari penyebaran konten negatif seperti ujaran kebencian, hoax, atau konten pribadi yang tidak pantas.

Seiring dengan bangkitnya peradaban Nusantara diharapkan akan semakin baik pula tatanan dalam bermasyarakat. Bangkitnya peradaban Nusantara” adalah kembalinya kekayaan budaya dan sejarah bangsa Indonesia, yang ditandai dengan upaya menggali dan melestarikan warisan masa lalu, mulai dari peradaban prasejarah, keemasan kerajaan-kerajaan maritim, hingga perkembangan Nusantara, yang bertujuan memperkuat identitas dan potensi bangsa di masa kini.

Salah satu identitas itu adalah aksara sebagai hasil kecerdasan peradaban Nusantara. Bangsa Indonesia memiliki aksara yang beragam. Keberadaannya mencerminkan kebhinekaan bangsa itu sendiri. Memang tidak mudah, tapi harus terus berikhtiar. Niscaya akan ada jalan.

Where there is a will, there is a way. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *