Perlunya Perlindungan Bahasa Jawa Subdialek Surabaya (Arekan)

Bahasa

Rajapatni.com: SURABAYA – Memasuki abad 21, tapatnya tahun 2001, televisi swasta lokal di Surabaya, JTV, sudah mulai berfikir membuat program berita berbahasa Jawa subdialek Surabaya, yang disebut “bahasa Arek”. Gagasan program televisi yang menggunakan bahasa arek ini merupakan bagian dari konten lokal, yang memang menjadi aturan KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) Jawa Timur.

Baru dua tahun kemudian di tahun 2003, dua program televisi berbasis kearifan lokal terlahir. Satu program berita dan satu lagi program current affair. Kedua program ini menggunakan bahasa pengantar Bahasa Arek, bahasa Jawa subdialek Surabaya. Mereka bernama berita Pojok Kampung dan Current Affair Cangkru’an.

 

Perhatian Balai Bahasa Surabaya

Kehadiran program televisi, yang menggunakan bahasa arek ini, menjadi perhatian Balai Bahasa Surabaya (BBS) karena program ini dianggap mempromosikan bahasa Arek juga sekaligus menggunakannya.

Karenanya pihak Balai Bahasa Surabaya dan JTV melakukan roadshow mempromosikan penggunaan bahasa arek. Kala itu BBS di bawah kepemimpinan Amir Mahmud.

Bahasa Arek dianggap penting karena merupakan bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya dan sejarah masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Bahasa ini bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan cara hidup, nilai-nilai, dan cara pandang masyarakat Arek.

 

Kekhasan Bahasa Daerah

Keragaman bahasa. Foto: ist

Bahasa Arekan, bahasa Jawa khas Surabaya ini bagaikan Bahasa Inggris khas Amerika, Australia, British atau Inggris Singapore. Masing masing daerah memiliki kekhasan. Pun demikian dengan bahasa Jawa. Ada bahasa Jawa dialek Banyumas, Jawa Mataram dan khas Arekan. Selain terdapat perbedaan dalam kosa kata, ada pula perbedaan dalam logat bicara, intonasi dan tekanan.

Perlindungan bahasa Jawa dialek Surabaya, atau yang dikenal juga sebagai Basa Suroboyoan atau dialek Arekan, sangat penting karena merupakan bagian dari kekayaan budaya dan identitas masyarakat Surabaya dan sekitarnya.

Keberadaan dan penggunaan dialek ini terancam oleh beberapa faktor, termasuk dominasi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa standar, serta kurangnya kesadaran akan pentingnya pelestarian bahasa daerah.

Dialek Arekan adalah ciri khas masyarakat Surabaya yang membedakan mereka dari daerah lain. Pelestarian dialek ini membantu mempertahankan identitas budaya dan sejarah lokal.

Selain itu, setiap bahasa atau dialek memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dalam struktur bahasa, kosakata, dan tata bahasa. Kehilangan dialek berarti kehilangan sebagian dari kekayaan linguistik dan keunikan budaya.

Bahasa adalah bagian tak terpisahkan dari warisan budaya suatu masyarakat. Melalui bahasa, nilai-nilai, tradisi, dan pengetahuan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. (PAR/nng)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *