Dutch Gable Nilai Penting Kawasan Cagar Budaya Perumahan Darmo Surabaya.

Cagar Budaya

Rajapatni.com: SURABAYA – Hilangnya bangunan rumah beratap pelana Belanda (Dutch Gable Roof) di kawasan cagar budaya perumahan Darmo menjadi hilangnya satu model atap bangunan yang bergaya kolonial di kawasan perumahan peninggalan dari era kolonial di Surabaya.

Atap berbentuk Dutch Gable itu adalah ciri bangunan model Belanda. Foto: google Earth

Bangunan dari era Kolonial di Surabaya memiliki beragam gaya atap. Beberapa jenis atap yang umum ditemukan adalah atap perisai, atap pelana Belanda, dan atap gambrel. Atap perisai, dengan bentuknya yang mirip perisai, sering digunakan pada bangunan awal era kolonial karena cocok dengan iklim tropis. Sedangkan atap pelana belanda (Dutch Gable), dengan bentuk segitiga dan kemiringan curam, juga mudah dikenali dan banyak ditemukan.

Atap yang bergaya Dutch Gable (Pelana Belanda) umum di jumpai di negeri asalnya. Misal di kota Hilversum. Foto: ist

Selain itu, ada juga atap gambrel, yang merupakan kombinasi dari atap pelana dangkal dan curam, memberikan pesona unik pada bangunan.

Hampir di setiap kawasan yang berkembang di era kolonial di Surabaya memiliki atap Pelana Belanda. Dari pengamatan lapangan, gaya atap ini ditemukan pada bangunan bangunan di kawasan Balai Pemuda. Tepatnya pada bangunan Balai Pemuda dan bekas bioskop Ria. Ada lagi di jalan Veteran Kota Lama. Ada pula di jalan Diponegoro. Termasuk di perkampungan seperti di Plampitan.

Bangunan rumah dengan atap Dutch Gable ini juga pernah ada di kawasan cagar budaya perumahan Darmo. Tepatnya di pojokan jalan Raya Darmo dan jl WR Supratman. Sekarang rumah dengan atap gaya Dutch Gable sudah tiada karena dibongkar.

Lahan di jalan Raya Darmo sudah rata dengan tanah dan siap bangun. Foto: nng

Menurut dosen arsitektur dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Agus Purwito, atap model Dutch Gable (pelana Belanda) ini mirip dengan atap rumah khas Jawa yang bernama Doro Gepak.

Rumah khas Jawa model Doro Gepak. Foto: ist

Rumah adat gaya Doro Gepak, yang merupakan bagian dari arsitektur tradisional Jawa, memiliki filosofi yang mendalam terkait harmoni, keseimbangan, dan hubungan antara manusia dengan alam serta sesama.

Filosofi ini tercermin dalam berbagai aspek, mulai dari bentuk atap yang menyerupai gunung hingga pembagian ruang yang memiliki makna spiritual. Misalnya pada aspek fisik tiang utama yang disebut Soko Guru. Soko guru, dalam konteks filosofi Jawa, merujuk pada empat tiang utama yang menopang atap rumah tradisional Jawa, khususnya rumah Joglo.

Soko Guru di dalam rumah model Doro Gepak. Foto: ist

Secara harfiah, soko guru berarti “tiang guru” atau “tiang utama”. Filosofinya mencerminkan kekuatan, stabilitas, dan fondasi kehidupan, serta hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama. Secara fisik model Doro Gepak terlihat dari luar. Gaya Doro Gepak mirip dengan gaya Dutch Gable.

Perbedaannya adalah pada Doro Gepak pada potongan bagian atap terus garis lurus hingga puncak. Sementara Dutch Gable pada potongan bagian atas terdapat garis vertikal ke atas hingga puncak. Umumnya pada potongan atas ini diberi ventilasi agar angin dan udara bisa masuk ke dalam ruang dalam. Konstruksi ini menjadikan adanya sirkulasi udara masuk ke dalam bangunan.

Secara umum Dutch Gable menjadi perpaduan gaya Eropa dan Jawa. Bangunan rumah bergaya atap Dutch Gable menghiasi Surabaya. Bangunan rumah dengan gaya ini pernah ada sebelum bangunan rumah di Raya Darmo 30 dibongkar.

Sekarang tidak bisa ditemui atap rumah gaya Dutch Gable yang serupa dengan Doro Gepak di Darmo. Sangat disayangkan karena atap rumah gaya Dutch Gable ini menjadi keragaman model bangunan di kawasan cagar budaya perumahan Darmo.

Desain arsitekturnya menjadi pengetahuan tersendiri yang bisa menjadi pelajaran bagi tujuan ilmu pengetahuan dan penelitian serta pendidikan. Khususnya untuk ilmu arsitektur. Cukup uniknya dari model Dutch Gable ini menjadi perhatian di bidang arsitektur hingga ada video tutorial tentang menggambar dan mendesain atap Dutch Gable.

Video tutorial mendesain atap Dutch Gable. Foto: ist

Atap Dutch Gable ini adalah kekhasan model bangunan kolonial. Tidak hanya ada di negeri Belanda, tetapi juga ada di beberapa tempat di Surabaya. Namun sayang komplek perumahan Darmo, yang bisa menjadi etalase dan bahkan museum arsitektur kolonial modern, tidak lagi bisa menampilkan gaya Dutch Gable.

Haruskah membangun kembali untuk menampilkan gaya Dutch Gable? Seharusnya cukup dengan menjaga dan memelihara yang ada saja. Inilah nilai pentingnya kawasan cagar budaya perumahan Darmo untuk tujuan tujuan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *