Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Suasana di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno, Jombang pada 10 -11 Mei 2025 dipenuhi dengan kegembiraan dan kebanggaan akan budaya Jawa dalam perayaan Riyaya Unduh-Unduh. Acara tahunan yang selalu dinantikan ini tidak hanya menjadi simbol keagamaan, tetapi juga wadah untuk melestarikan seni tradisional, yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat.
Lestarinya budaya Jawa melalui ritual keagamaan ini bagai lestarinya aksara Jawa yang menghiasi gawel gedung Gereja yang sudah ada sejak dahulu kala.

Menurut literasi laman gkjw.or.id bahwa gereja ini dibangun pada 1880-an. Sejak itu tidak banyak yang berubah dari tahun ke tahun. Salah satu diantaranya adalah tulisan beraksara Jawa pada gawel bangunan gereja.

Terdapat tiga baris tulisan aksara yang berbunyi berbunyi: “Duh GUSTI, ingkang kawula purugi sinten malih? Paduka kagungan pangandikanipun gesang langgeng.” dan “YOKANAN Bab:6:68.” serta “Margane slamet rahe pamenthangan.”
Tiga baris beraksara Jawa itu seolah menjadi ekspresi kepasrahan Jemaat Mojowarno kepada Sang Maha Kasih.
Sekarang di tahun 2025, keberadaan gedung gereja GKJW Jemaat Mojowarno ini tampaknya tak lekang dimakan waktu. Seperti ajaran iman kepada Kristus yang diteruskan dari generasi ke generasi, yang dianugerahkan hanya karena kasihNya.
Tak Hanya Ritual Keagamaan
Itulah Riyaya Unduh-Unduh di GKJW Mojowarno yang selalu terlihat, yang tidak hanya berfokus pada aspek spiritual, tetapi juga menghadirkan kekayaan budaya melalui berbagai rangkaian acara.
Perayaan dan tradisi yang komunal itu melambangkan pesan kebijaksanaan dan kegotong-royongan. yang relevan dengan semangat Riyaya Unduh-Unduh.

Acara ini menjadi agenda tahunan yang menarik perhatian banyak kalangan, yang tidak hanya datang dari daerah setempat, tetapi juga dari luar daerah seperti Surabaya. Yan Ferdinandus adalah salah satu di antaranya. Yan dan kerabat datang dari Surabaya. Selepas acara Unduh Unduh, Yan berbagi foto dan cerita. Guyub dan bebrayan jadi gambaran kegotong Royongan, yang menjadi gambaran bangsa Indonesia.

Riyaya Unduh-Unduh ini bukan hanya sebuah perayaan keagamaan semata, tetapi juga perwujudan cinta terhadap tanah air dan budaya lokal yang sudah diwariskan turun temurun. (PAR/nng)