Budaya
Rajapatni.com: SURABAYA – Menjadi sebuah gagasan cemerlang dan visioner dengan mau mengajak anggota dalam sebuah organisasi untuk berbagi wawasan kepada masyarakat. Tentunya adalah wawasan, yang sesuai dengan minat organisasi.
Meskipun berawal dari hal kecil namun berharap bisa dikelola menjadi lebih besar, dimana besaran ini adalah wujud kemajuan dan pencapaian dari anggota organisasi itu sendiri. Sehingga setiap anggota nantinya dapat teredukasi untuk lebih tanggap dalam berekspresi di bidang media yang bermanfaat buat masyarakat.
Itulah organisasi media PWMU.CO di bawah PW Muhammadiyah Jatim, yang mengajak anggotanya untuk aktif menulis berdasarkan kegiatan aktual yang didesain sendiri. Melalui aktivitas edukatif, positif dan inovatif ini, mereka tidak hanya bisa menulis tetapi juga bisa merancang suatu kegiatan. Dengan demikian anggota organisasi bisa mendapat dua pengalaman praktis. Yaitu merancang suatu kegiatan dan menulis kegiatan itu sendiri untuk disebarkan melalui media yang dikelolanya.
Pada Minggu sore (8/11/25) PWMU.CO dibawah PWMU Jatim menggelar kegiatan yang bertajuk “Muhammadiyah Historical Walk” di kawasan Genteng-Tunjungan-Blauran. Yaitu sebuah kawasan bersejarah di Surabaya.

Kegiatan, yang diawali dari SD Muhammadiyah II di jalan Genteng Muhammadiyah dan berakhir di Masjid Da’wah di jalan Blauran Lor II menempuh waktu 2,5 jam. Historical Walk ini bisa disebut Jalan Da’wah. Jelajah sejarah ini tidak hanya mengenal Masjid Da’wah, yang memiliki nilai historis bagi Muhammadiyah, tapi peserta juga diajak mengenal tempat tempat bersejarah di kawasan itu.
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 35 orang, yang diantaranya adalah Prof Sukadiono (Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim), Dr. Hidayatullah (rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo), Dr. Radius Setiyawan (Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya), Prof. Purnawan Basundoro (Guru Besar Bidang Sejarah Unair), Dr. Hasan Ubaidillah (Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) & PWM Jatim) dan Dr. Aribowo (dosen Fisip Unair) serta Dr. Suli Da’im (Anggota DPRD Jatim).
Kegiatan ini sangat istimewa karena kegiatan Historical Walk ini menjadi ruang interaksi antara pimpinan organisasi dan pengurus serta anggota organisasi. Semua saling belajar, memberi dan menerima. Professor Purnawan Basundoro misalnya bisa berbagi cerita kepada peserta lainnya. Pemandu acara juga saling berbagi, yang selain dari Puri Aksara Rajapatni juga dari internal organisasi yang memang memiliki latar belakang ilmu sejarah.
Majapahit Hotel

Spot pertama setelah berangkat dari SMP Muhammadiyah II adalah hotel Majapahit dengan fokus melihat dari dekat menara bendera yang menjadi lokasi peristiwa penyobekan bendera merah-putih-biru menjadi merah-putih.
Tidak hanya itu, pada kesempatan itu rombongan bisa bertemu langsung dengan putera Bung Tomo, Bambang Sulistomo, yang memang menyempatkan diri menemui rombongan keluarga Besar PW Muhammadiyah Jatim. Kehadiran Bambang Sulistomo ditemani oleh A Hermas Thony, pengusul Raperda Pemajuan Kebudayaan Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya.
Pada momen baik bisa bertemu putera Bung Tomo, rombongan sempat berdialog di teras balkon hotel Majapahit. Bambang Sulistomo kepada para peserta Historical Walk menyampaikan agar bisa mengambil hikmah dari suatu kesempatan dan belajar. Misalnya dalam belajar dan bekerja serta berjuang harus ikhlas. Rasa ikhlas adalah nilai luhur yang telah diajarkan oleh para pejuang. Pun demikian dalam beraktivitas dalam Historical Walk. Belajar dan berjuang dengan rasa ikhlas.

Dari balkon inilah peserta bisa membayangkan bagaimana pejuang pejuang Surabaya berupaya bisa merobek bendera merah-putih-biru menjadi merah-putih.
Setelah dari Majapahit hotel selanjutnya rombongan berjalan menuju Masjid Da’wah di Blauran Lor II untuk menunaikan sholat Maghrib berjamaah. Perjalanan menuju masjid melalui gedung Freemasonry, yang kini ditempati kantor Badan Pertanahan Nasional. Dari gedung tua ini, rombongan menuju Masjid Da’wah dengan melewati Kampung Ketandan hingga Blauran Lor. Sesampai di lokasi masjid yang terhimpit modernisasi, para peserta menunaikan ibadah sholat Maghrib berjamaah. Historical Walk ini bagai Jalan Da’wah Muhammadiyah.

Suluh Masyarakat
Historical Walk adalah kegiatan yang sengaja dirancang untuk pemberdayaan organisasi, yang salah satu outputnya adalah pemanfaatan media yang dikelola organisasi sebagai corong organisasi yang turut mencerdaskan masyarakat, sebagai Suluh Masyarakat.
Tidak semua organisasi memiliki alat komunikasi publik, seperti media online. Jika ada yang memiliki, maka terlalu sayang jika tidak dimanfaatkan dengan baik. PWMU Jatim mengelola media online PWMU.CO.
Untuk memanfaatkan dan mendayagunakan, lembaga ini membuat kegiatan, yang bisa sekaligus digunakan sebagai sumber berita. Maka lahirlah Historical Walk yang selain mengasah organisasi, juga mendorong organisasi untuk berbagi informasi kegiatan organisasi ke publik.
Agus wahyudi, pemimpin redaksi pwmu.co, menginisiasi kegiatan kreatif inovatif dengan mendesain kegiatan, yang bisa menjadi sumber berita bagi awak medianya. Setelah kegiatan Historical Walk, Agus Wahyudi terlihat sibuk menugaskan awak medianya (wartawan) untuk menulis berita berdasarkan kegiatan yang usai berlangsung. Ada sejumlah cerita yang bisa ditulis.
Wal hasil, lima jam sejak usai kegiatan Historical Walk, berita berita yang ditulis jurnalis muda www.pwmu.co sudah terbit. Maka jadilah konsumsi publik yang informatif dan edukatif. Dari kegiatan dalam rangka Milad Muhammadiyah ke 113 bisa menjadi agenda kegiatan dalam rangka penelusuran perkembangan Muhammadiyah di Surabaya. (PAR/nng)
