Simbol Toleransi: Alun Alun Surabaya Menjadi Halaman Bersama Masjid Dan Gereja.

Budaya Sejarah

Rajapatni.com: SURABAYA – Ada frasa “satu alun alun dua rumah ibadah”. Ini menyimbolkan adanya kerukunan umat beragama dan rasa saling toleransi.

Gambaran realita “satu alun alun dua rumah ibadah”, yang berbeda kepercayaan ini, memang ada. Misalnya di kota Malang, Jakarta dan bahkan di Surabaya.

Lho Surabaya ada alun alun? Ya, tapi bukan alun alun di kawasan Balai Pemuda Simpang, yang kemudian dikenal dengan nama Alun Alun Surabaya. Ini alun alun palsu.

Letak alun alun Surabaya di Kemayoran. Foto: ist

Alun alun sejati Surabaya letaknya di Kemayoran. Jejaknya dan bukti buktinya masih ada. Karenanya, mari dijaga agar tidak hilang!

Namun sayang, pembangunan kota telah merenggut. Lapangan luas alun alun itu sudah hilang karena telah berdiri bangunan sekolah. Lapangan sudah beralih fungsi, maka jangan pertahanan terakhir tertembus. Pertahanan terakhir itu adalah ingatan kolektif. Ingatan kolektif harus dijaga dan dilestarikan.

Di sana, Kemayoran, masih ada masjid, prasasti pembangunan masjid yang dibuat dalam aksara Jawa, kampung Kauman dan rumah/kantor Bupati yang telah berubah menjadi Kantor Pos Besar. Hingga sekarang tata ruangnya masih jelas. Pun demikian dengan perubahan fungsi dari lapangan alun alun ke bangunan juga jelas. Kok bisa?

Di Barat Alun alun ada Masjid Kemayoran. Foto: ist

Yang menarik adalah lapangan alun alun ini kala itu menjadi halaman dua rumah ibadah besar, yaitu Masjid Kemayoran di Barat Alun alun dan Gereja Katedral di Timur alun alun.

Di Timur alun alun ada Gereja Katedral. Foto: yan

Tata ruang klasik ini sungguh melambangkan toleransi umat beragama. Hidup harmonis di antara perbedaan. Mereka bisa hidup rukun dan damai, berdampingan dalam toleransi dengan menerima serta menghargai setiap perbedaan latar belakang budaya, agama, atau pendapat.

Sekarang tidak bisa lagi melihat dua rumah ibadah dari satu lokasi lapangan alun alun. Dulu pada zamannya dua rumah ibadah ini dapat dipandang dari satu titik yang sama. Jika menghadap ke Barat, terlihat berdiri Masjid Kemayoran. Bila menghadap ke Timur, terlihat Gereja Katedral.

Di alun alun menjadi ruang interaksi masyarakat. Ada anak bermain. Ada bakul berjualan. Bahkan lapangan alun alun ini menjadi ruang apel militer. Yang pasti, lapangan ini kala itu menjadi gelaran sholat Ied.

Alun alun Surabaya sempat menjadi lapangan militer. Foto: ist

Sekarang pelaksanaan sholat Ied di masjid Kemayoran harus memakan badan jalan Indrapura. Jejak sejarah klasik Surabaya semakin tergusur oleh pembangunan. (PAR/nng)

2 thoughts on “Simbol Toleransi: Alun Alun Surabaya Menjadi Halaman Bersama Masjid Dan Gereja.

  1. Sangat di sayangkan…..PR kita skarang bagaimana caranya agar kita bisa mnjaga dg baik peninggalan sejarah yg sekarang masih ada …baik fisik maupun kultur budayanya surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *