Siapa bisa memecahkan teka teki tahun kematian sang Bupati Surapringga?

Sejarah

Rajapatni.com: SURABAYA – Sebuah penelusuran tentang Surabaya pada masa silam terus berjalan. Pelan tapi pasti. Slowly but surely. Yang menjadi patokan kali ini adalah seorang bupati, yang namanya tersebut (tertulis) dalam prasasti Masjid Kemayoran. Beliau adalah Bupati Surapringga Raden Tumenggung Kramajayadirana.

Nama ini kemudian dikaitkan dengan Bupati Surabaya pertama, yang secara resmi diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui Resolutie Van Henne Excellentiin de Commissarissen General in Rade, tanggal 07 Januari 1819 No: 6, untuk periode resmi 1819-1825. Yaitu Raden Adipati Kramajayadirana I. Makamnya ada di Pesarean Kramajayan Kanoman Bibis, Surabaya.

Pengakuan resmi melalui sebuah resolusi itu dan penyebutan pada adanya sebuah prasasti, yang namanya sejajar dengan nama para pejabat pemerintah Hindia Belanda seperti Gubernur Jenderal Jan Jacob Rochussen dan Residen Surapringga Daniel Francois Willem Pietermaat, di prasasti Masjid Kemayoran adalah sebuah pengakuan resmi juga atas nama Bupati Surapringga Raden Tumenggung Kramajayadirana.

Padahal sebagaimana tersebut dalam resolusi tahun 1819, Raden Adipati Kramajayadirana menjabat sebagai bupati mulai 1819 hingga 1825, sementara dalam prasasti Masjid Kemayoran, yang berangka tahun 1848, nama Raden Tumenggung Kramajayadirana juga disebut.

Nama Dadyan Tumenggung Kramajayadirana tertulis dalam aksara Jawa. Foto: dok

Apakah Raden Adipati Kramajayadirana I dan Raden Tumenggung Kramajayadirana adalah orang yang sama?

Jawaban ini dapat diduga bahwa nama Raden Tumenggung Kramajayadirana yang tersebut pada prasasti 1848 adalah orang yang sama dengan sebagaimana disebut dalam Resolutie Van Henne Excellentiin de Commissarissen General in Rade, tanggal 07 Januari 1819.

Mengapa? Dari jabatan formal 1819-1825 sesuai resolusi, diduga jabatan yang sama masih melekat pada Raden Tumenggung Kramajayadirana ketika namanya ditulis pada prasasti masjid Kemayoran pada 1848.

Logikanya, lembaga formal pemerintah Hindia Belanda tidak mungkin membuat dokumen formal seperti prasasti Masjid Kemayoran jika orang orang yang namanya disebut disana tidak terverifikasi oleh pemerintah.

Disana ada nama Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jan Jacob Rochussen, Residen Surapringga Daniel Francois Willem Pietermaat dan Bupati Surapringga Raden Tumenggung Kramajayadirana.

Salah satu sumber penelusuran. Foto: nng

Jadi, secara resmi Raden Adipati Kramajayadirana I diangkat jadi bupati mulai 1819-1825 dan jabatan bupati itu masih melekat hingga peresmian Masjid Kemayoran pada 1848. Itu berarti ada durasi 23 tahun dari akhir masa jabatan resmi (1825) hingga ada peresmian pembangunan Masjid Kemayoran pada 1848 -1853.

Keterangan keberadaan makam Tumenggung Kramajayadirana. Foto: nng

Sayang, tahun wafatnya Raden Adipati Kramajayadirana I belum diketahui. Dari inskripsi nisan di Pesarean Kromojayan Kanoman di Bibis, keterangan tahun kematiannya kabur (tidak terbaca jelas.

Sebagaimana hasil pembacaan KH Sholahuddin Azmi (Gus Udin), tokoh NU Surabaya yang sekaligus cucu pendiri dan pencipta lambang NU KH Ridlwan Abdullah, pembacaan inskripsi tersebut adalah:

Inskripsi di makam Raden Adipati Kramajayadirana I di Pesarean Kromojayan Kanoman Bibis. Foto: nng.

“Bismillah, Kanjeng Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (tahun tidak jelas). Puput yuswane Kanjeng Raden Adipati Kromojoyodirano I, wafat ing Surapringga, naliko malam Rebo, pukul sekawan dalu, tanggal ping wolu, sasi Shofar, tahun (tidak jelas tulisannya)”.

Sementara dari pelacakan berdasarkan silsilah juga tidak disebut tahun kematiannya.

Data silsilah bangsawan Surabaya. Foto: ist

(https://kromodjayan.wordpress.com/wp-content/uploads/2004/06/01-krm-mojopahit-sd-abd-madjid.jpg) dan (https://www.geni.com/people/Raden-Tumenngung-Kromodjoyodirono-I-Raden-Bagus-Glundung-Raden-Bagus-Glundung/6000000006760041121).

Data silsilah keluarga bangsawan Surabaya. Foto: ist

Jadi secara ringkas, kronologi nama Kramajayadirana tersebut sebagai bupati Surapringga (Surabaya) adalah sebagai berikut:

1819-1825: sebagai bupati formal berdasarkan resolusi Hindia Belanda.

1848 : sebagai bupati faktual berdasarkan prasasti masjid Kemayoran.

(…..?……) : wafat ?

Jika dapat diketahui tahun wafatnya sesudah tahun 1848-1853 M, maka kronologi jabatan bupati itu masuk akal.

Namun, jika kematiannya sebelum masa 1848-1853 sebagaimana tersebut dalam prasasti Masjid Kemayoran, siapkah beliau Raden Tumenggung Kramajayadirana?

Dari dua bukti inskripsi terpisah itu ada penyebutan nama Surapringga sebagai sebuah wilayah dimana sang Bupati memimpin. Siapa bisa memecahkan teka teki tahun kematian sang Bupati. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *