Sejarah Budaya
Rajapatni.com: SURABAYA – Selain dengan Belanda, Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan India. Bahkan hubungan kedua bangsa ini sudah terjalin ratusan tahun. Hubungan itu bermula dari hubungan dagang dan keagamaan termasuk pendidikan klasik.
Jejak sejarah itu ada dan bukan dongeng belaka. Ada bukti bukti otentik dari hubungan kedua bangsa ini. Ada yang berupa bahasa, aksara, seni, budaya dan arsitektur.
Dari hubungan klasik itu, disadari perlu adanya pemajuan hubungan bilateral dari kedua belah pihak. Sejauh yang diketahui, India telah memberikan paket paket beasiswa kepada mahasiswa Indonesia seperti misalnya program ITEC. Beasiswa ITEC memberikan kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk studi lebih tinggi di India.
Kedua negara juga menyelenggarakan program pertukaran budaya dan pelajar untuk meningkatkan pemahaman lintas budaya, seperti Program Pertukaran Budaya Indonesia-India 2025-2028.
Implementasi itu telah dirasakan dan didapatkan oleh personel Puri Aksara Rajapatni, Ita Surojoyo, yang telah menerima beasiswa ITEC dengan short study di Universitas Foreign Language di Hyderabad pada 2024 lalu.

Terkait dengan saling memahami budaya, Duta Besar India untuk Indonesia, Sandeep Chakravorty, juga telah beberapa kali mengunjungi situs situs Majapahit di Jawa Timur. Belum lagi situs situs di Provinsi lainnya seperti di Jawa Barat.

Belakangan Kedutaan Besar India untuk Indonesia dan India News Desk juga menyelenggarakan pelatihan media untuk jurnalis muda Indonesia. Program pelatihan media secara online ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas jurnalis muda yang pada gilirannya mereka yang terpilih akan diberangkatkan ke India untuk menulis sebagai wujud Diplomasi Budaya.
Diplomasi ini berwujud program Dialog dan Repatriasi Budaya. Ada upaya dialog inklusif untuk membahas pelestarian dan pengembalian Object Object budaya yang hilang, serta menguatkan hubungan melalui warisan bersama.
Memang, India dan Indonesia tengah memperkuat hubungan bilateral dengan fokus pada kolaborasi budaya dan pendidikan melalui pertukaran pelajar, kerjasama program pendidikan serta memperdalam pemahaman antar budaya dan menciptakan landasan untuk kerja sama strategis yang lebih luas di masa depan.
Sungguh, Indonesia dan India memiliki latar belakang sejarah literasi. Yaitu penggunaan aksara tradisional yang sama, Pallawa.
Aksara Pallawa digunakan di Nusantara mulai sekitar abad ke-4 Masehi dan berkembang pesat pada masa Hindu-Budha, yang dibuktikan dengan adanya Prasasti Yupa di Kutai, yang merupakan bukti tertua penggunaannya.
Aksara Pallawa kemudian melahirkan aksara-aksara turunan seperti Kawi, Jawa Kuno, dan Bali Kuno, dan secara umum digunakan antara abad ke-3 Masehi hingga ke-10 Masehi.
Dalam pemajuannya, perwakilan pemerintah India di Surabaya, Konsul Kehormatan India, mendukung pelestarian aksara daerah di Surabaya. Disadari bersama bahwa bahasa Sansekerta juga masih digunakan di Surabaya, meski tidak aktif. Seperti kalimat Jalesveva Jayamahe yang merupakan bahasa Sansekerta.
Kata-kata lainnya seperti yang dipakai oleh Muspida Jawa Timur: Bhayangkara, Bhirawa Anoraga, dan Adhyaksa adalah bahasa Sansekerta yang merupakan bahasa di India.
Akan adanya keterkaitan sejarah dan budaya itulah menjadi landasan untuk membina kerja sama yang lebih baik untuk sekarang dan mendatang. (PAR/nng)