Aksara
Rajapatni.com: SURABAYA – Tidak terbayangkan betapa senang hati ini setelah bisa mengidentifikasi letak awal prasasti masjid Kemayoran, Raudhatul Musyawarah, Surapringga (Surabaya). Sekitar tahun 2015 an, ketika melakukan liputan jurnalistik program sejarah dan budaya Blakraan JTV sudah muncul pertanyaan “di mana asal prasasti ini terpasang?” ketika melihat prasasti yang tertempel di dinding dalam masjid.

Selama 10 tahun belakangan sudah beberapa kali masuk masjid ini dan selalu melihat prasasti yang sekarang tertempel di dalam tembok masjid karena hasil perluasan tahun 1935. Sementara masjid ini (yang berbentuk segi delapan) dibangun pada 1772-1776 Tahun Jawa atau 1848-1853 Masehi. Aksaranya berbicara berjuta kata dan cerita.

Dengan tak henti hentinya menggali sejarah kota Surabaya, belakangan kembali secara berkelanjutan mengangkat sejarah masjid Kemayoran. Tidak hanya sejarah, tetapi juga budaya lokal baik budaya literasi maupun budaya kemasyarakatan.

Secara literasi prasasti ini ditulis dalam aksara Jawa, yang menunjukkan bahwa leluhur pada masa lalu menggunakan aksara Jawa sebagai bahasa tulis. Isinya adalah bahasa Jawa. Sementara isi prasasti adalah wujud kerjasama pemerintah mulai dari tingkat Kabupaten, Karesidenan hingga tingkat Nasional. Ditambah berdasarkan sumber Soerabaiasche Handelsblad (1935) bahwa ada keterlibatan dan kegotongroyongan umat Islam dalam pembangunan masjid. Ada nilai budaya gotong royong di Surapringga (Surabaya).

Sudah selama 10 tahun lamanya sejak 2015 hingga 2025, rasa penasaran itu terus berkecamuk. Sampai akhirnya memuncak pada Rabu Pahing, 13 Agustus 2025, ada kekuatan Aksara yang menuntun membuka arsip Kerajaan Belanda melalui laman www.kitlv.nl. Pada website itu terdapat banyak foto mengenai masjid Kemayoran, sebuah pertanda keistimewaan dari masjid yang memang dibangun secara resmi oleh pemerintah Hindia Belanda sesuai apa yang ditulis dalam prasasti: “Punika sih peparinganipun Kanjĕng gubernemen Londo dumateng sa rupining bangsa Islam”. (Ini adalah benar benar pemberian Pemerintah Belanda kepada segenap umat Islam).

Dari penjelajahan melalui dunia maya ini didapati foto foto, yang menampilkan adanya benda berbentuk persegi panjang di atas pintu utama Masjid. Diduga benda persegi panjang itu adalah sosok prasasti yang sekarang terpasang pada dinding masjid bagian dalam. Aksara ini bertuliskan dalam aksara Jawa dengan menuliskan nama pihak pihak otoritas mulai dari tingkat Kabupaten, Karesidenan hingga Negara. Tidak ketinggalan juga dituliskan tahun pembuatan. Yaitu 1772-1776 Tahun Jawa, yang sesuai dengan tahun 1848-1853 Masehi.

Dengan terjawabnya teka teki dimana awal prasasti Masjid ini terpasang, maka puas lah hati ini. Aksara telah menuntunku menemukan mula prasasti beraksara Jawa. Yaitu di atas pintu masuk utama Masjid yang berbentuk segi delapan (Oktagon). Sekarang di lokasi ini sering dipakai tempat pengajian rutin dan bahkan tempat Ijab Kabul pengantin.

(PAR/nng).