Budaya
Rajapatni.com: SURABAYA – Pers Perjuangan masih ꧌ꦝꦶꦧꦸꦠꦸꦃꦏꦤ꧀꧍ dibutuhkan. Apa itu Pers Perjuangan? Yaitu Pers, yang pernah ada di era pergerakan dan ꧌ꦏꦼꦩꦼꦂꦞꦺꦏꦄꦤ꧀꧍ kemerdekaan bangsa ꧌ꦅꦟ꧀ꦛꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia.
Pada masa itu pers ini merupakan surat kabar atau media, yang ꧌ꦝꦶꦠꦼꦂꦨꦶꦠ꧀ꦏꦤ꧀꧍ diterbitkan dengan tujuan untuk menyebarkan ꧌ꦱꦼꦩꦔꦠ꧀꧍ semangat nasionalisme, informasi, serta gagasan pergerakan kebangsaan untuk meraih dan ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦥꦼꦂꦡꦲꦤ꧀ꦏꦤ꧀꧍ mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kini setelah ꧌ꦅꦟ꧀ꦛꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia merdeka dan kita hidup di alam kemerdekaan, perjuangan tidak berhenti. Kita masih harus berjuang untuk ꧌ꦩꦼꦔꦶꦱꦶ꧍ mengisi kemerdekaan untuk meraih cita cita sesuai undang undang dasar ꧌꧇꧑꧙꧔꧕꧇꧍ 1945.
Yaitu melindungi ꧌ꦱꦼꦒꦼꦤꦥ꧀꧍ segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut ꧌ꦩꦼꦭꦏ꧀ꦱꦤꦏꦤ꧀꧍ melaksanakan ketertiban dunia melalui pembangunan di ꧌ꦧꦼꦂꦧꦒꦻ꧍ berbagai bidang dan partisipasi aktif seluruh masyarakat.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, warga negara dapat ꧌ꦧꦼꦂꦑꦺꦴꦤ꧀ꦠꦿꦶꦧꦸꦱꦶ꧍ berkontribusi dengan giat belajar, menghormati ꧌ꦥꦼꦂꦨꦺꦝꦄꦤ꧀꧍ perbedaan, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, serta menjaga persatuan dan ꧌ꦥꦼꦂꦞꦩꦻꦪꦤ꧀꧍ perdamaian.
Perjuangan itu dapat ꧌ꦝꦶꦭꦏꦸꦏꦤ꧀꧍ dilakukan dalam segala bidang. Salah satunya melalui bidang kebudayaan. Karenanya ꧌ꦭꦲꦶꦂ꧍ lahir satu kementerian baru. Yaitu Kementerian Kebudayaan, yang ꧌ꦝꦶꦥꦶꦩ꧀ꦥꦶꦤ꧀꧍ dipimpin oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, sejak 21 Oktober 2024.
꧌ꦅꦩ꧀ꦥ꧀ꦊꦩꦺꦤ꧀ꦠꦱꦶ꧍ Implementasi di Surabaya

Di ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya diinisiasi lah Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan ꧌ꦏꦼꦥꦲ꧀ꦭꦮꦤꦤ꧀꧍ Kepahlawanan Surabaya dengan mengusulkan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫ꧍ Aksara sebagai Object Pemajuan Kebudayaan (OPK) dan memaknai nilai Kejuangan sebagai bagian dari budaya ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya, yang telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Lahirnya Kementerian Kebudayaan RI ini tidak hanya ꧌ꦧꦼꦂꦡꦸꦒꦱ꧀꧍ bertugas melestarikan budaya sebagai jati diri bangsa, tetapi juga harus bisa memastikan budaya dapat berkembang, relevan, dan ꧌ꦧꦼꦂꦑꦼꦭꦚ꧀ꦗꦸꦠꦤ꧀꧍ berkelanjutan yang secara ekonomi bisa “menghidupi” masyarakat dan ꧌ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦝꦶ꧍ menjadi kekuatan pemersatu bangsa.
Harapan ini bisa diwujudkan melalui program, yang bisa ꧌ꦩꦼꦟ꧀ꦝꦸꦏꦸꦁ꧍ mendukung kreativitas, inovasi, dan pemanfaatan budaya sebagai ꧌ꦝꦪꦠꦫꦶꦏ꧀꧍ daya tarik, termasuk pengembangan pariwisata dan industri ꧌ꦏꦿꦺꦪꦠꦶꦥ꦳꧀꧍ kreatif.
Untuk tujuan itu, maka ꧌ꦝꦶꦥꦼꦂꦭꦸꦏꦤ꧀꧍ diperlukan wadah informasi untuk menyebarkan semangat, ꧌ꦤꦱꦾꦺꦴꦤꦭꦶꦱ꧀ꦩꦼ꧍ nasionalisme, informasi, serta gagasan pembangunan, ꧌ꦏ꦳ꦸꦱꦸꦱ꧀ꦚ꧍ khususnya terkait dengan kebudayaan sebagai modal untuk ꧌ꦩꦼꦫꦲꦶꦃ꧍ meraih cita cita. Pembangunan ini adalah pembangunan berkelanjutan yang ꧌ꦧꦼꦂꦧꦱꦶꦱ꧀꧍ berbasis budaya (cultural based sustainable development).
꧌ꦩꦼꦫꦶꦤ꧀ꦠꦶꦱ꧀꧍ Merintis Pers Perjuangan Kebudayaan
Pekerjaan ini ꧌ꦧꦼꦫꦠ꧀꧍ berat tapi bukan berarti tidak bisa. Butuh kesadaran kolektif akan pentingnya dan ꧌ꦩꦤ꧀ꦥ꦳ꦄꦠ꧀꧍ manfaat kebudayaan.
Maklum, sejauh ini Budaya masih ꧌ꦝꦶꦥꦟ꧀ꦝꦁ꧍ dipandang “sebelah mata”. Artinya masih adanya anggapan bahwa budaya ꧌ꦝꦶꦄꦔ꧀ꦒꦥ꧀꧍ dianggap remeh, tidak berharga, atau tidak penting dibandingkan dengan lainnya. Seringkali budaya dianggap ꧌ꦏꦸꦤꦺꦴ꧍ kuno atau kurang kekinian. Fenomena ini dapat ꧌ꦠꦼꦂꦙꦝꦶ꧍ terjadi akibat kurangnya pemahaman, adanya stereotip, bias budaya, atau preferensi ꧌ꦠꦼꦂꦲꦝꦥ꧀꧍ terhadap budaya luar yang dianggap lebih modern. Budaya juga dianggap kurang profitable.
Di bisnis media pun, budaya masih belum mendapatkan ꧌ꦥꦺꦴꦂꦰꦶ꧍ porsi yang mewadahi, kalah oleh porsi politik, pemerintahan, ꧌ꦏꦿꦶꦩꦶꦤꦭ꧀꧍ kriminal dan olahraga. Di lain pihak, masih kurangnya ꧌ꦏꦥꦱꦶꦠꦱ꧀꧍ kapasitas awak media, yang menguasai isu isu budaya. Kecuali ada orang orang, yang ꧌ꦱꦼꦕꦫ꧍ secara individu memiliki interest bahwa media menjadi alat perjuangan demi pelestarian budaya ꧌ꦗꦮ꧍ Jawa dan pembangunan.
Berkaca dari ꧌ꦥꦼꦤꦼꦂꦨꦶꦠꦤ꧀꧍ penerbitan dengan kemasan budaya Jawa yang pernah ada, itu semua ꧌ꦏꦉꦤ꧍ karena tokoh tokohnya punya perhatian dan mendedikasikan medianya ꧌ꦱꦼꦧꦒꦻ꧍ sebagai alat perjuangan. Misalnya dr. Soetomo dengan penerbitan majalah berbahasa Jawa “Panjebar Semangat” dan kala itu ꧌ꦥꦼꦂꦟꦃ꧍ pernah ada majalah berbahasa Jawa di Surakarta “Dharma Nyata” yang kemudian berevolusi menjadi ꧌ꦠꦧ꧀ꦭꦺꦴꦲꦶꦢ꧀ꦚꦠ꧍ Tabloid Nyata yang sekarang berada di Surabaya.
꧌ꦠꦧ꧀ꦭꦺꦴꦲꦶꦢ꧀ꦚꦠ꧍ Tabloid Nyata
Tabloid Nyata dapat dikategorikan sebagai ꧌ꦩꦗꦭꦃ꧍ majalah lifestyle karena fokusnya, yang mencakup informasi tentang dunia wanita, hiburan, ꧌ꦩꦸꦱꦶꦏ꧀꧍ musik, televisi, dan sinetron, serta makanan, yang kesemuanya adalah elemen-elemen penting dalam gaya hidup. ꧌ꦒꦪꦲꦶꦝꦸꦥ꧀꧍ Gaya hidup ꧌ꦩꦺꦏꦿꦺꦴꦥꦺꦴꦭꦶꦱ꧀꧍ metropolis.
Menurut pemilik Tabloid Nyata, ꧌ꦤꦤꦶꦮꦶꦗꦪ꧍ Nani Wijaya, dulu Tabloid NYATA didirikan oleh ꧌ꦥꦼꦩꦶꦭꦶꦏ꧀꧍ pemilik aslinya, (alm) Sakdani (penggiat budaya dan bahasa Jawa di Solo).
“serta pak Anjar Any (pencipta lagu “Yen ing Tawang ana Lintang”, yang juga penggiat budaya dan bahasa Jawa). Mereka berdua ꧌ꦝꦶꦝꦸꦏꦸꦁ꧍ didukung oleh (alm) pak Harmoko, yang ternyata juga penggiat budaya dan bahasa Jawa. Karena itu, ꧌ꦄꦮꦭ꧀ꦚ꧍ awalnya Nyata itu terbit dalam bahasa Jawa tapi ꧌ꦝꦶꦠꦸꦭꦶꦱ꧀꧍ ditulis Latin”, jelas Nani Wijaya.
Karena ꧌ꦥꦼꦂꦑꦼꦩ꧀ꦧꦔꦤ꧀꧍ perkembangan zaman, sesuatu pun bisa berubah termasuk Nyata yang ꧌ꦝꦸꦭꦸ꧍ dulu berupa majalah dalam bahasa Jawa sekarang berubah menjadi tabloid Gaya Hidup (lifestyle).
Dinamika ꧌ꦥꦼꦔꦼꦭꦺꦴꦭꦄꦤ꧀꧍ pengelolaan penerbitan biasanya juga tergantung dari taste pengelolanya. ꧌ꦩꦶꦱꦭ꧀ꦚ꧍ Misalnya media www.rajapatni.com, yang memang didesain dan ꧌ꦥ꦳ꦺꦴꦏꦸꦱ꧀꧍ fokus pada budaya literasi Jawa, maka isi dan tampilannya menjadi wajah budaya Jawa (Nusantara). Media ꧌ꦱꦼꦩꦕꦩ꧀꧍ semacam ini tentu sangat dibutuhkan sesuai zaman, misalnya ketika bangsa tengah giat ꧌ꦩꦼꦔ꧀ꦏꦩ꧀ꦥꦚꦼꦏꦤ꧀꧍ mengkampanyekan budaya Nusantara seiring dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan. Maka ꧌ꦝꦶꦧꦸꦠꦸꦃꦏꦤ꧀꧍ dibutuhkan percepatan kesadaran berkebudayaan Nusantara melalui sarana media.
Adalah ꧌ꦱꦼꦧꦸꦮꦃ꧍ sebuah pilihan bagi siapapun ketika bangsa ini tengah melihat budayanya sebagai aset pembangunan yang ꧌ꦱꦼꦏꦭꦶꦒꦸꦱ꧀꧍ sekaligus menjadi identitas bangsa. Pers bisa menjadi ꧌ꦥꦼꦤꦼꦤ꧀ꦠꦸ꧍ penentu warna pembangunan dan penguatan arah pembangunan.
Media dan Pers ꧌ꦩꦺꦩꦁ꧍ memang memiliki peran signifikan dalam membentuk arah dan “warna” pembangunan ꧌ꦝꦼꦔꦤ꧀꧍ dengan cara menyebarkan informasi pembangunan, mengawasi jalannya program pemerintah, ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦼꦫꦶꦏꦤ꧀꧍ memberikan masukan kritis, serta membangun kesadaran dan semangat partisipasi publik terhadap pembangunan ꧌ꦠꦼꦂꦰꦼꦧꦸꦠ꧀꧍ tersebut.
Saatnya ada kanal pembangunan melalui peran pers yang ꧌ꦧꦼꦂꦨꦱꦶꦱ꧀꧍ berbasis budaya (culturally based development). (PAR/nng).
