Sejarah Budaya
Rajapatni.com: SURABAYA – Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon mengungkapkan bahwa Indonesia bercita-cita menjadi ibu kota kebudayaan dunia.
Cita cita ini cukup beralasan karena di wilayah Nusantara ini terhampar kekayaan dan keanekaragaman budaya, yang luar biasa dengan didukung oleh sejarah peradaban yang sangat tua, jumlah etnis dan bahasa yang melimpah serta warisan tak benda yang banyak diakui UNESCO.
Apalagi ada situs Gunung Padang di Cianjur Jawa Barat, yang menyeruak diantara mutiara peninggalan kuno dari era Borobudur (abad 8-9 M) dan Prambanan (abad 9 M). Juga diantara peninggalan Ciaruteun, yang merupakan bukti penting dari Kerajaan Tarumanegara di bawah pemerintahan Raja Purnawarman dari abad ke-5 Masehi.
Sementara Situs Gunung Padang adalah situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat, yang diperkirakan berusia antara 25.000 – 10.000 SM. Situs ini berada di perbatasan Dusun Gunung Padang dan Dusun Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Sundaland

Jika kita menengok daratan kuno Sundaland yang umurnya antara 18.000 hingga 12.000 SM, apakah Gunung Padang adalah bukti peradaban Sundaland?
Atas dugaan dugaan di atas, para ahli terus melakukan kajian dan penelitian arkeologi atas situs Gunung Padang dan belum lama ini sejak tim peneliti menemukan fakta terbaru, yang membuka babak baru dalam studi terhadap salah satu peninggalan budaya prasejarah paling penting di Indonesia, temuan ini memicu rasa ingin tahu dan decak kagum.
Temuan itu adalah simbol simbol, yang merupakan representasi visual yang umum berasal dari zaman prasejarah sebagai bentuk komunikasi, ekspresi spiritual, atau catatan kehidupan sehari-hari masyarakat kuno.

Simbol simbol ini umum disebut Petroglif. Yaitu gambar atau ukiran pada batu, yang dibuat dengan cara menggores, memahat, atau mengikis permukaan batu. Kata petraglif ini berasal dari bahasa Yunani, ‘petros’ (batu) dan ‘glyphein’ (mengukir) atau mengukir batu.
Menurut Ali Akbar seorang peneliti, sebagaimana dikutip dari kompas.com, bahwa petroglif yang ditemukan antara lain berupa goresan menyerupai angka enam serta simbol-simbol geometris seperti belah ketupat atau wajik.
“Kami sedang meneliti simbol ini. Bisa saja itu sebagai penanda atau nomor urut antara batu satu dengan batu lainnya. Karena itu, kami akan melibatkan pakar huruf, ahli alfabet, dan simbol untuk menafsirkannya,” kata Ali.
Penemuan ini tentu menarik perhatian karena petroglif menjadi salah satu bentuk ekspresi budaya kuno, yang mampu membawa kita lebih dekat dengan kehidupan dan pemikiran masyarakat kuno, yang pernah menghuni atau menggunakan Gunung Padang sebagai tempat aktivitas spiritual, ritus, atau tinggal.
Temuan itu menunjukkan bahwa situs ini bukan sekadar bangunan batuan megah, tetapi kompleks yang penuh dengan simbol dan pesan visual, yang mengandung makna budaya mendalam. (PAR/nng)
