Peneliti Belanda Persiapkan Kisah Penting dan Menarik Di Balik Gedung Singa.

Sejarah Budaya

Rajapatni.com: SURABAYA – Kedatangan sahabat asal Belanda, Max Meijer dan Petra Timmer, adalah pelajaran dan sekaligus guru terbaik. Mereka adalah pasangan suami-istri, yang menjalankan organisasi pemerhati warisan budaya, Time Amsterdam. Organisasi ini bergerak dan bekerja secara internasional dan profesional. Salah satu tempat dimana mereka bekerja sama adalah di Surabaya, Indonesia.

Indonesia bukanlah lokus baru. Sebelumnya, mereka sudah bekerja sama dengan PT. KAI Indonesia, PT. Pos Indonesia, dan Universitas Indonesia. Belum lama mereka juga bekerja sama dengan Surabaya dalam project Makam Eropa Peneleh dengan nama “Peneleh as a Living Library”.Project ini berjalan dalam kurun waktu 2024.

Max Meijer dan Petra Timmer di Makam Eropa Peneleh. Foto: dok par

Meski tahun kerja project sudah usai, namun mereka masih mau datang untuk melihat dan memantau keberlanjutan pada pasca program. Hari Selasa sore (17/12/25), Max dan Petra datang ke Makam Eropa Peneleh untuk melihat kondisi 10 makam pejabat Hindia Belanda, yang menjadi target dalam project Living Library. Pada kesempatan kunjungan ke Makam Peneleh Selasa sore, mereka melihat ada petugas yang sedang memperbaiki makam pastor Katolik Van Der Elsen.

 

Max Meijer

Pertemuan di Zerogram untuk kelanjutan cerita gedung Singa. Foto: max

Menurut Max saat bertemu di Zerogram Café sebelum datang ke Peneleh, ia senang karena fondasi project Living Library telah menjadi guidance dalam langkah perbaikan makam Eropa Peneleh. Ia semakin senang karena project ini berdampak pada minat ahli waris di Belanda untuk perbaikan makam makam ahli kuburnya.

“Itu salah satu tujuan dari project ini. Yaitu bisa menjadi jembatan penghubung dengan ahli waris di Belanda”, sahut Max.

 

Petra Timmer

Sementara itu Petra Timmer, yang seorang peneliti, penulis, enthusiast dan sejarawan tentang sosok HP Berlage, seorang arsitek yang merancang Gedung Singa, masih terus konsisten melakukan penelitian untuk mengungkap kisah kisah di balik terbangunnya gedung yang didirikan pada 1901 itu.

Max dan Petra mengunjungi Gedung Singa meski gak ada akses melihat dalam gedung. Foto: dok nng

Saat ini Petra mempersiapkan kajian dan penelitian, yang akan dituangkan dalam artikel ilmiah yang rencananya akan terbit di bulan April 2026.

Penelitian ini adalah jawaban dari kumpulan beberapa pertanyaan, yang selama ini bergelayut terkait dengan Berlage dan karya gedung di jalan Jembatan Merah 19 Surabaya, yang secara formal bernama Gedung Algemeene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente atau Kantor Algemeene.

Lukisan keramik tanda modernisasi karya arsitektur di awal abad 20. Foto: dok nng

Petra menduga, berdasarkan hasil temuan sementaranya, bahwa Berlage lah yang ambil peran dalam perancangan gedung Singa, yang sudah dimulai di akhir abad 19 dan mulai peletakan batu pertama oleh Jan Von Hemert pada 21 Juli 1901.

 

Jan Von Hemert

Prasasti Pendirian gedung Singa pada 1901. Foto: nng

Jan von Hermet diketahui merupakan putra dari Piere Theodore von Hemert, seorang direktur atau pejabat perwakilan tertinggi perusahaan asuransi De Algemene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente di Hindia Belanda. Di Hindia Belanda hanya ada dua kantor. Yaitu di Surabaya dan Batavia.

Jan von Hemert sendiri lahir di Surabaya pada 19 September 1893. Ia anak dari Piere Theodore Von Hemert, Kepala Perwakilan perusahaan asuransi De Algemeene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam atau yang lebih populer disebut Gedung Singa.

Ketika ia mulai membangun kantor perwakilan pusat di Hindia Belanda, tepatnya di Surabaya pada tahun 1901, peletakan Batu pertama sebagai peresmian mulai dibangunnya kantor baru dilakukan oleh anaknya yang bernama Jan Von Hemert.

 

Kisah Penting dan Menarik

Ada kisah menarik dari balik berdirinya gedung Singa sehingga membuat Petra dan Max jauh jauh dari negeri Belanda datang ke Surabaya demi membedah dan menambah khasanah kesejarahan dan kepustakaan Surabaya. Foto: nng

Kisah di balik berdirinya gedung paling modern di Surabaya pada awal abad 20, adalah sejarah menarik bagi Petra Timmer. Pembangunan itu melibatkan pekerja lokal.

“Kami punya data nya siapa saja yang terlibat dalam proses pembangunan, mulai mandor, tukang hingga kuli”, jelas Petra yang selalu antusias merekam jejak Berlage.

Tahun 2023, persis peringatan 100 tahun kedatangan Berlage di Nusantara, Petra dan tim menerbitkan buku yang berjudul ”BerlagediNusantara”. Petra dan Max selalu menatap masa depan dengan berangkat dari data masa lalu.

Meski masa lalu itu tidak semata mata terkait langsung dengan sejarah Belanda. Namun mereka berdua dalam organisasi TiMe Amsterdam selalu mencari temuan temuan yang masih asing bagi kebanyakan orang. Termasuk yang sedang mereka siapkan untuk publikasi tahun depan. (PAR/nng)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *