Octagram Di Masjid Kemayoran. Simbol Harmoni, dan Kesatuan.

Aksara Sejarah

Rajapatni.com: SURABAYA – Segi delapan, dalam konteks Islam seringkali dilambangkan bintang berujung delapan (octagram). Bentuk ini memiliki beberapa makna simbolis. Bentuk ini melambangkan keseimbangan, harmoni, dan kesatuan dalam berbagai aspek kehidupan, kegotongroyongan serta dikaitkan dengan konsep-konsep penting dalam ajaran Islam.

Segi delapan, terutama ketika dibentuk dari dua persegi yang bertumpuk, melambangkan integrasi dan interkoneksi semua elemen dalam Islam, seperti Allah, manusia, dan alam semesta, yang membentuk kesatuan yang harmonis.

Bentuk segi delapan pada masjid ini tampak dengan jelas ketika kamera drone mengudara di atas jalan Indrapura dengan fokus ke area Masjid, yang umum disebut Masjid Kemayoran yang nama aslinya Masjid Raudhatul Musyawarah.

Mengudaranya drone ini adalah wujud kepedulian seorang videographer terhadap masjid kuno, yang masih memiliki bukti pendirian dalam wujud prasasti yang terbuat dari tembaga.

Jauh jauh datang dari Malang dan mengajak penulis mendokumentasikan masjid beserta sejarahnya. Baginya terlalu sayang untuk tidak didokumentasikan baik artefak artefak maupun cerita sejarahnya.

Gambar berbicara. Itulah kira kira yang muncul dalam benak sang videographer, Seno Brahmantyo. Masjid Kemayoran adalah unik dan masjid yang dibangun oleh pejabat pemerintah dengan bantuan kaum Islam di kota Surapringga. Pejabat pemerintah ini lengkap mulai dari tingkat Kabupaten (Negari) Surapringga, Karesidenan Surapringga hingga pemerintahan Hindia Belanda. Sementara dari rakyat adalah segenap Umat Islam, sa rupining bangsa Islam.

Umat Islam berbondong bondong turut mendukung pembangunan masjid. Bagi mereka yang kaya raya menyumbangkan dana. Bagi mereka yang memiliki bahan material bangunan, menyumbangkan pasir, kapur dll. Sementara yang tidak memiliki kekayaan, menyumbangkan tenaga.

Itulah masjid yang berbentuk segi delapan. Sudut-sudut pada ornamen segi delapan juga dapat melambangkan nilai-nilai fundamental Islam, yaitu Al-Quran dan Hadis, yang menjadi pedoman hidup bagi umat Muslim.

Selain itu, perlu diketahui bahwa segi delapan tidak selalu memiliki makna khusus dalam Islam secara umum, tetapi penggunaannya dalam seni, arsitektur, dan simbolisme terkait dengan pemahaman tentang keseimbangan, harmoni, dan kesatuan dalam ajaran Islam.

Hal itu dipahami Seno Bramantyo, yang memiliki keahlian dalam hal pendokumentasian. Maka ia menyumbangkan keahliannya agar melalui karyanya, ia bisa berbagi kepada lainnya.

Seno tentu tidak gegabah dalam pembuatan film dokumenter. Ia harus mencari sumber, yang tepat, termasuk pilihan gambar yang tepat agar dapat melambangkan hal hal penting dari sebuah Object.

Dalam pembuatan film dokumenter tentang masjid Kemayoran ini, ia mengerjakan bersama komunitas aksara Jawa Puri Aksara Rajapatni. Dokumenter ini pada khususnya mendasarkan pada sumber prasasti, yang terdapat di dalam masjid. Prasasti ini bertuliskan aksara Jawa, yang memang tidak asing bagi bangsa Jawa pada saat itu.

“Mas aku di Surabaya. Ayo bikin video tentang cerita masjid”, ajaknya kepada Puri Aksara Rajapatni.

Seno tau bahwa Puri Aksara Rajapatni membidangi aksara Jawa dan di Masjid Kemayoran memiliki prasasti beraksara Jawa. Terlalu sayang jika nilai sejarah ini tidak didokumentasikan bersama komunitas aksara Jawa.

Terkait dengan pelestarian masjid beserta nilai nilai sejarah yang terkandung, pihak manajemen masjid juga tengah berupaya melakukan renovasi masjid yang disebut sebagai masjid Heritage.

Untuk melestarikan nilai heritage, pihak Keta’miran bersama Puri Aksara Rajapatni menyelenggarakan lomba menulis indah aksara Jawa, yang akan dilaksanakan pada 31 Agustus 2025. (PAR/nng)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *