Sejarah Kejuangan
Rajapatni.com: SURABAYA – Kamis pagi (14/8/25) di Taman Makam Pahlawan 10 November jalan Mayjend Sungkono Surabaya diadakan kegiatan nilai juang dalam menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-80 2025 dengan rangkaian acara: Doa Tahlil untuk para Veteran dan Pejuang, Tabur Bunga serta sarasehan dengan tema “Memperkokoh Kebersamaan Untuk Indonesia Maju” dengan pembicara Drs.Sumarno, M.Hum. dan Ustad Abuya.

Dengan diawali doa tahlil di Gedung Transit “Taman Makam Pahlawan 10 November” Surabaya, serangkaian acara peringatan ini dimulai. Doa tahlil berjalan khidmat. Kemudian dilanjutkan dengan tabur bunga di pusara para pahlawan baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal.

Selanjutnya diikuti dengan sarasehan yang mengambil tema “Memperkokoh Kebersamaan Untuk Indonesia Maju”.
“Indonesia Maju” adalah sebuah slogan dan juga visi, yang menggambarkan tujuan Indonesia untuk menjadi negara yang maju dan sejahtera, dengan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan, serta kemajuan budaya dan inovasi. Tema ini menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam mencapai tujuan sebagaimana disampaikan ketua pelaksana acara Drs. Sumarno.

Namun acara sarasehan harus berhenti sebelum dimulai karena Sumarno, yang dosen sejarah Unesa harus bergegas ke kampus karena ada kunjungan seorang menteri.
Meski demikian esensi dari sarasehan telah Sumarno sampaikan yakni pentingnya kebersamaan dan kegotongroyongan dalam pembangunan demi mencapai tujuan Indonesia emas.
Kebersamaan dan kegotongroyongan adalah aksi nyata kejuangan dalam mewujudkan cita cita para pahlawan. Nilai Kegotongroyongan adalah nilai dasar sebagaimana intisari Pancasila.
Gotong royong sering pula dianggap sebagai intisari dari Pancasila, terutama setelah diperas menjadi satu kesatuan yang padat. Bung Karno, dalam suatu pidatonya, menekankan bahwa gotong royong adalah “pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama”. Itu menggambarkan semangat kebersamaan dan kerjasama yang menjadi dasar dari nilai-nilai Pancasila.
“Seharusnya sesuai dengan jiwa kita sebagai Bangsa Indonesia, khususnya Arek Suroboyo, kegotong-royongan dalam pembangungan kota Surabaya merupakan keniscayaan. Lantaran tanpa kegotong-royongan, tidak mungkin pembangunan secara menyeluruh dapat tercapai”, kata Charles E. Tumbel, keluarga keturunan pejuang Surabaya.
Semua itu adalah aksi dan daya juang nyata, yang harus diwariskan dan diteladani secara terang, lugas dan tanpa Tedeng Aling Aling. (PAR/nng)