Sejarah
Rajapatni.com: SURABAYA – Setiap bangunan masjid memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing, baik dalam desain maupun arsitektur. Masjid Kemayoran Surabaya misalnya memiliki desain unik dan merupakan akulturasi dua budaya Jawa dan Eropa.

Masjid Kemayoran, yang kita lihat sekarang, merupakan hasil pembangunan yang dilakukan secara bertahap dari zaman ke zaman dengan tujuan renovasi dan perluasan.

Berdasarkan prasasti, yang ada di dalam masjid, disebutkan bahwa masjid di Surapringga ini dibangun pada 1772 – 1776 Tahun Jawa atau relevan dengan 1848 -1852 M. Kemudian menurut Surat Kabar Soerabaiasche Handelsblad, masjid Surapringga ini diperluas ke arah Timur pada 1934 setelah 86 tahun tidak pernah renovasi (1848). Perluasan selesai 1935 sebagaimana tertulis pada inskripsi Gawel yang menghadap ke Timur (d/h ke lapangan alun alun).

Masjid ini dinamakan Masjid Surapringga karena berada di komplek pusat pemerintahan (Alun Alun) Surapringga. Di Timur Alun alun terdapat kediaman Bupati (Kabupaten) Surapringga, yang sekarang menjadi Kantor Pos Besar Surabaya.

Pada tahun pada 1969 masjid diperluas lagi ke Timur dan pada 1985 ada penggantian atap yang berbentuk Meru menjadi kubah.
Masjid Surapringga atau Masjid Raudhatul Musyawarah (tertulis pada gawel) ini memiliki lima kekhasan. Yakni 1). Bersaka Guru, 2). Beratap Meru Berundak, 3). Berbentuk Segi Delapan, 4). Berarsitektur Akulturasi Jawa Eropa dan 5). Berprasasti Aksara Jawa.
Kelima hal ini adalah kekhasan Masjid Surapringga/Raudhatul Musyawarah/Kemayoran, yang melambangkan Rukun Islam. Yaitu Lima Rukun Islam, yang harus dilaksanakan oleh umat Muslim untuk mencapai kesempurnaan dalam beragama dan mendekatkan diri kepada Allah.
Yaitu: mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, berpuasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat, dan menunaikan ibadah haji ke Mekah bagi yang mampu.
Lima Kekhasan
Jika diperinci, kekhasan Masjid ini adalah sebagai berikut:
1. Saka Guru

Saka Guru adalah tiang penopang atas (atap) yang biasanya berjumlah empat, enam, atau bisa delapan. Masjid Kemayoran bersaka guru (bertiang) empat, yang berbentuk silinder atau kolom.
Saka guru merupakan elemen bangunan, yang paling fundamental pada arsitektur jawa. Istilah Saka Guru berasal dari bahasa Sanskerta. Saka bermakna tiang/penopang dan Guru sendiri bermakna Utama. Saka Guru dapat diartikan sebagai tiang utama penyangga atau penopang atap dari struktur arsitektur, khususnya Arsitektur Jawa.
Di masjid Kemayoran ini Saka Gurunya tidak terbuat dari kayu seperti halnya Masjid Ampel dan Masjid Peneleh. Tapi dibuat dari kolom batu cor untuk menopang atap masjid sehingga terlihat kokoh dan kuat.
2. Atap Meru Berundak

Atap masjid Kemayoran ini berbentuk Meru Berundak tiga. Atap Meru berundak tiga adalah sebuah jenis atap bangunan berbentuk menara bersusun tiga tingkat dengan jumlah ganjil.
Atap ini melambangkan alam semesta dan tingkatan lapisan alam dengan tingkat terendah, yaitu tiga tingkat. Bentuk ini biasanya didedikasikan untuk leluhur yang diagungkan. Leluhur yang diagungkan adalah zat yang memiliki sifat-sifat luhur, mulia, kesempurnaan dan keagungan. Dialah zat yang layak diagungkan dan dipuja. Yaitu Yang Maha Esa.
Setiap tingkatan meru berbentuk segi delapan sama sisi. Pola segi delapan sama sisi ini mengikuti pola dinding masjid yang juga berbentuk segi delapan sama sisi
3. Segi Delapan Sama Sisi

Dinding masjid berbentuk segi delapan sama sisi. Dalam Islam segi delapan sama sisi melambangkan asas Islam, yang bersifat universal dan memancar ke seluruh penjuru dunia (rahmatan lil alamin). Bahwa dakwah dan ajaran Islam diharapkan bisa menyebar ke delapan penjuru mata angin, yang berarti untuk seluruh alam semesta. Bentuk ini juga dapat melambangkan keselarasan, keseimbangan, keharmonisan, dan perlindungan.
4. Arsitektur

Selain bentukan bentukan sebagaimana diuraikan diatas, ada satu lagi yang merupakan wujud akulturasi budaya yang bisa diamati di dalam ruang dalam masjid (utama). Yaitu adanya akulturasi budaya arsitektur Jawa dan Eropa.

Di ruang ini terlihat gaya Jawa dengan Soko guru, yang awalnya dipadu dengan relung gaya gothic Eropa pada setiap sisi. Gaya Gothic adalah gaya seni dan budaya, yang awalnya merujuk pada arsitektur Eropa abad pertengahan abad ke-12, yang dicirikan oleh lengkungan runcing, kubah berusuk. Hiasan pada relung gothic ini bergaya Eropa yang grandeur (agung dan mewah).
5. Aksara Jawa

Satu satunya masjid, yang memiliki prasasti yang terbuat dari bahan logam (tembaga) dengan tulisan beraksara Jawa. Prasasti ini mewah dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 65 cm.
Aksaranya terbuat dari bentukan plat tembaga yang bernarasi tentang pembangunan masjid dengan nama nama pejabat pemerintahan mulai Bupati Surapringga, Residen Surapringga hingga Gubernur Jenderal Hindia Belanda serta nama pembuat prasasti dan masjid. Tidak ketinggalan tertera tahun pembuatan atau pembangunan.
Masjid Kemayoran secara arsitektural dan historis memiliki makna besar bagi kota Surabaya. Sehingga masjid ini bisa disebut masjid heritage. Dalam prasasti misalnya tersebut nama lama Surabaya, yang disebut Surapringga.


Selain itu keberadaan Masjidnya sendiri masih menunjukkan pola tata ruang klasik kota Jawa. Yaitu dimana ada masjid, disitu ada alun alun, kampung Kauman dan kabupaten. Masjidnya adalah masjid Kemayoran. Kampungnya adalah Kemayoran Kauman. Alun Alunnya adalah lahan yang kini ditempati kompleks sekolahan Ta’miriyah dan SMPN 2 Surabaya dan Kabupatennya adalah menjadi Kantor Pos Besar Surabaya.
Tertutup
Saat ini bentuk dan konstruksi masjid dengan kekhasannya sudah tidak terlihat akibat hasil renovasi dan renovasi. Jika kelak masjid ini direnovasi lagi, akan sangat bijaksana bila desain dan arsitektur nya tidak meninggalkan kekhasannya atau masih menggunakan elemen kekhasan masjid sebagaimana terurai di atas.
Bentuk segi delapan sama sisi adalah kuat bagi identitas Masjid Kemayoran. Pun demikian dengan aksara Jawa yang digunakan dalam penulisan prasasti. Masjid Kemayoran adalah satu satunya masjid dengan prasasti mewah. (PAR/nng).