Bencana
Rajapatni.com: SURABAYA – Musibah Banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumut dan Sumbar di penghujung tahun 2025 adalah kuasa Ilahi, yang berbicara tanpa kata, tapi semua dari belahan dunia mengerti pesannya.
Mungkin sudah ratusan kali pesan itu diverbalkan melalui para utusan di bumi, tapi semua seolah tak mempan. “Vandalisme” terus terjadi dan bahkan “vandalisme” menjadi sumber industri. Yang kuat yang menang. Seperti hukum rimba saja dan bahkan raja rimba pun kalah. Mereka terombang ambing kehilangan tempat tinggal. Mereka bertebaran dan berkeliaran mencari rumah di perkampungan manusia
Banjir Gelondongan

Melihat longsoran, yang menggelontorkan gelondongan kayu dan serpihan dahan serta ranting, adalah wujud nyata pembersihan noda di atas sana. Akibatnya yang tertimpa noda adalah warga yang tak berdosa atas penggundulan hutan. Serpihan Ranting, dahan dan gelondongan kayu adalah jawaban sebagai pengganti pengingat verbal yang seolah tidak berdaya.
Sampah itu pun terkirim ke lembah lembah bawah hingga terdampar di bibir pantai, yang nun jauh dari sumber bencana. Dalam perjalanan ke bibir pantai, sampah itu menyapu kampung halaman dan merendam lahan dan pemukiman. Warga tidak hanya kehilangan lahan dan rumah tapi juga nyawa.

Atas semua itu, para pelaku penggundulan dan perusakan hutan saling tuding dan berlomba mencari simpati warga melalui babak drama. Dramanya lucu, yang tak berkomedi. Apapun kesempatan dipakai sebagai panggung sandiwara.
Peringatan
Berbagai lembaga watch dog melaporkan berkurangnya lahan hutan. Pulau Jawa sudah kehilangan area hutannya. Kebanyakan sudah beralih fungsi sebagai lahan sumber industri. Pun demikian dengan Sumatra, yang dari tahun ke tahun, Jumlah areal lahan hutan terus berkurang. Hamparan lahan hutan berubah menjadi hamparan permadani sawit, yang hanya menguntungkan pihak tertentu saja.
Peringatan akan bahaya kerusakan hutan tidak sekali dua kali dikumandangkan, tetapi langkah bahaya itu terus mulus melaju, yang lambat laun menyimpan hulu ledak yang merusak alam.
Bencana
Bencana pun menimpa. Banjir dan tanah longsor menenggelamkan dan menyapu bersih lahan, pekarangan dan permukiman warga. Korban manusia sudah tercacat ribuan jiwa, mulai yang meninggal, hilang dan luka luka hingga yang mengungsi.

Luasan area terdampak bagai luasan seluruh pulau Jawa, yang luasnya antara 126.700 km² hingga 128.297 km².
Banjir dan tanah longsor Aceh, Sumut dan Sumbar adalah bahasa non verbal, yang layak menjadi pengingat adanya suara Ilahi. Suara Ilahi adalah pesan non verbal yang universal. (PAR/nng).
