Aksara
Rajapatni.com: SURABAYA – Provinsi Jawa Timur adalah bumi dimana Kerajaan Majapahit pernah berdiri, yang wilayahnya seluas Nusantara hingga beberapa negara di Asia.
Kerajaan Majapahit adalah simbol kejayaan Nusantara. Kejayaan Nusantara sendiri adalah narasi sejarah, yang bisa menjadi modal (potret) untuk kejayaan masa kini dan masa depan.
Narasi Sejarah
Penggunaan narasi sejarah ini penting karena menghubungkan masa lalu yang gemilang dengan masa kini, guna menciptakan alur sejarah yang memberi legitimasi pada kepemimpinan modern.
Di masa Kerajaan Majapahit dan sesudahnya, Mataram, narasi itu ditulis dengan menggunakan literasi tradisional, tepatnya aksara tradisional. Literasi (aksara) tradisional menjadi bukti keberlanjutan narasi yang kita ketahui sekarang.
Keterputusan (ketidakmengertian) masyarakat sekarang terhadap aksara tradisional adalah potensi hilangnya narasi sejarah sebagai modal pembangunan masa depan. Adalah bijak bahwa dari episentrum bumi Majapahit, Jawa Timur, digelorakan kembali aksara (literasi) tradisional. Upaya ini adalah merawat ingatan kolektif masyarakat.
Jawa Timur dalam menjaga ingatan kolektif masyarakat ini tidak sendirian karena masih ada suku bangsa di negeri ini dan bahkan bangsa bangsa dunia mengalami nasib sama. Dalam hal pelestarian aksara, bangsa bangsa lain di dunia juga memiliki kepentingan yang sama dalam menjaga aksaranya yang kian berhimpitan dengan aksara modern.
Peringatan Hari Aksara Internasional
Karenanya di bawah lembaga internasional UNESCO PBB ada seruan melalui peringatan Hari Aksara Internasional untuk menjaga melalui peringatan Hari Aksara Internasional diperingati setiap tanggal 8 September.
Indonesia masih memiliki banyak aksara tradisional, yang selanjutnya disebut aksara Nusantara. Ada Jawa, Bali, Sunda, Lontara, Incung hingga Batak. Namun keberadaannya bagai aksara asing yang lebih asing daripada aksara asing.
Menyadari eksistensi Nusantara sebagai simbol kejayaan Masa lalu, maka Provinsi Jawa Timur berupaya untuk menjadi “Gerbang Baru Nusantara”, sebuah konsep yang dicanangkan untuk memperkuat peran provinsi ini dalam mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya di kawasan Timur. Konsep ini juga menekankan pada peningkatan konektivitas wilayah, pengembangan infrastruktur, dan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Melalui konsep peringatan Hari Aksara Internasional 2025, setidaknya Jawa Timur menginisiasi: 1) Pelestarian Aksara Nusantara, 2) meneguhkan sebagai Gerbang Baru Nusantara, 3) dari Jawa Timur turut menyerukan perdamaian Dunia melalui ajang Budaya, 4) Jawa Timur turut menguatkan identitas Bangsa (Aksara Nusantara), 5) Jawa Timur membingkai aksara Dunia dalam mendukung PBB melalui Peringatan Hari Aksara Internasional, dan 6) Jawa Timur mengingatkan wujud Kecerdasan Peradaban Majapahit (Aksara).
Presiden dan Kebangkitan Majapahit.
Pada peringatan detik detik proklamasi 17 Agustus 2024 di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Presiden Prabowo Subianto memakai pakaian adat Jawa Timur.

Pakaian itu jelas menunjukkan adat Jawa Timuran. Secara umum, pakaian adat pria Jawa Timuran seringkali berupa beskap, yang warnanya agak gelap natural dengan celana panjang dan kain batik sebagai bawahan. Di bagian mahkota kepala dikenakan udeng batik, yang berupa ikat kepala dengan atas terbuka yang terbuat dari kain batik dengan berbagai motif dan warna.
Pakaian itu menjadi ajang untuk mempertontonkan Jawa Timur di mana Imperium Kerajaan Majapahit pernah ada. Kecerdasan bangsa Majapahit disimbolkan dengan melalui aksara yang menjadi bahasa komunikasi tulis. Majapahit adalah wujud bangsa cerdas di Nusantara. Jejak kecerdasan itu sebagaimana disimpan di Pusat Informasi Majapahit Trowulan.
Karenanya melalui peringatan Hari Aksara Internasional 2025, Jawa Timur bisa mempertontonkan jejak kecerdasan kerajaan Majapahit kepada bangsa bangsa dunia termasuk aksara tradisional yang digunakan pada saat itu, yaitu Jawa Kuno atau Kawi. (PAR/nng)