Herman Van der Tuuk Bangga Surabaya. Di Masa Kecilnya di Surabaya, Ia Tinggal Dimana?

Aksara

Rajapatni.com: SURABAYA – Herman van der Tuuk dikenal secara global dalam dunia linguistik sebagai peletak dasar linguistik modern Nusantara (Indonesia) dan pelopor studi bahasa-bahasa Austronesia, serta ahli bahasa Melayu dan Indonesia pada abad ke-19. Ia lahir di Malaka pada 1824 dan meninggal dunia di Surabaya pada 1894. Ia sempat menghabiskan masa kanak kanak dan remaja di Surabaya, serta mulai kenal bahasa Jawa dan Madura dari pembantu dan kawan bermain.

Sehingga selanjutnya ketika memasuki usia 22 tahun dan pergi ke Belanda untuk menimbah ilmu di universitas, ia malah memperdalam ilmu bahasa ketimbang ilmu hukum.

Bagi van der Tuuk, Surabaya memiliki makna tersendiri dalam hidupnya sehingga ia menggunakan inisial S.B., yang berarti Surabaya di masa masa kuliah di Belanda dan untuk dipakai pada karya karya Van der Tuuk sampai akhirnya ia tersohor sebagai tokoh peletak dasar linguistik modern dari Hindia Belanda di abad 19.

Secara historis Surabaya patut merasa bangga karena melalui riwayat sejarah Van der Tuuk lah, nama Surabaya mendunia di abad 19. Melalui karya linguistik bahasa bahasa daerah, Van der Tuuk membawa nama Hindia Belanda (Indonesia) di kancah global, utamanya melalui bahasa dan aksara. Buktinya adalah kamus kamus bahasa daerah yang menggunakan aksara asli Nusantara.

Ketika sekarang aksara daerah kian tergerus oleh Aksara asing (Latin), tentunya harus menjadi perhatian bersama bagaimana memperkenalkan kembali aksara daerah dan bahkan menggunakan nya sebagai upaya pelestarian identitas bangsa. Aksara adalah identitas bangsa.

PBB melalui UNESCO mendorong bangsa bangsa di dunia untuk pemakaian aksara tradisionalnya secara aktif (bukan sekedar dekoratif) sebagai upaya pelestarian aksara daerah.

Surabaya pada pertengahan abad 18 tergambarkan sebagai kota bertembok, kota Eropa yang dikelilingi tembok (walled town). Memasuki abad 19 tembok mulai dibongkar dengan alasan untuk kesehatan. Pada pertengahan abad 19 pula Surabaya semakin berkembang seiring dengan Surabaya sebagai kota administrasi baik perdagangan maupun pemerintahan.

 

Dimana Rumah Tinggal Van der Tuuk?

Sebuah rumah warga Eropa di Surabaya. Foto: kitlv

Kota Surabaya membangun. Beberapa kantor perdagangan, perbankan, kenotariatan dan aksara eksport import serta lainnya didirikan. Bahkan ada kantor perwakilan perkebunan dari yang berkantor pusat di kota Amsterdam. Yaitu HVA (Handelsblad Verenigging  Amsterdam).

Secara tata ruang, kota Eropa Surabaya diatur bahwa pada area jalan protokol adalah perkara toran swasta dan pemerintah. Sementara di bagian dalam dan belakang adalah kompleks permukiman warga termasuk pejabat pemerintah. Secara fisik bentuk antara bangunan perkantoran dan permukiman berbeda. Bahkan ada nama jalan yang merujuk pada perumahan pejabat balai kota. Yaitu stadhuizsteeg, yang sekarang menjadi jalan Gelatik.

Semakin ke belakang (Barat), yang dikenal dengan kampung Krembangan pernah juga dijuluki Kampung Sinyo. Apakah di kawasan permukiman warga Belanda ini dimana keluarga Van der Tuuk pernah tinggal. Bapaknya Van der Tuuk adalah pejabat pemerintah Surabaya, sebagai kepala pengadilan Rad Van Justitie Soerabaia. Sejauh ini belum diketahui secara pasti dimana rumah keluarga Van der Tuuk.(PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *