Hadirnya Tracking Sejarah Klasik Surabaya Akan Selamatkan Sejarah Surabaya.

Sejarah

Rajapatni.com: SURABAYA – Ada pertanyaan dari kawan wartawan Jawa Pos mengenai kunjungan (ziarah) ke makam Bupati apakah bisa disebut tour sejarah.

“Pak Nanang. Kunjungan ke makam (tokoh sejarah), apa bisa disebut tour sejarah pak?”, tanya sang Wartawan.

Mengamati nisan Adipati Tumenggung Kramajayadirana di pemakaman kuno Bibis. Foto: dok

Saya jawab singkat, “Bisa”.

Lebih lanjut saya jelaskan bahwa saya dan Puri Aksara Rajapatni akan menyusun rute tour sejarah klasik Surabaya.

Penyusunan tour klasik itu terlebih dahulu tentu akan dibuat riset berdasarkan temuan temuan faktual (lapangan), lalu diperdalam dengan riset kepustakaan dan didukung dengan wawancara dengan trah keluarga bupati Surabaya yang masih ada.

Kunjungan Mangku Alam II untuk pelestarian budaya. Foto: par

Riset riset kesejarahan tentang sistem pemerintahan klasik Surabaya ini selaras dengan agenda MATRA (Masyarakat Adat Tradisional Nusantara) yang belum lama singgah di Surabaya. MATRA adalah organisasi non profit, yang bertujuan melestarikan, memperkuat, dan mengembangkan adat serta budaya tradisional Indonesia.

Matra juga sebagai organisasi pelestari budaya, yang menaungi para raja, Sultan, bangsawan, dan tokoh adat dari berbagai keraton dan kerajaan di seluruh Indonesia untuk menjaga dan mengembangkan budaya Nusantara.

Surabaya di masa lalu memang pernah berbentuk monarki. Pada masa Majapahit, Surabaya adalah sebuah Kadipaten yang berada di bawah kekuasaan kerajaan yang lebih besar dan di era Mataram, Surabaya menjadi daerah bawahan Mataram dan masa kolonial, ia menjadi pusat karesidenan yang membawahi beberapa kabupaten, termasuk Kabupaten Surabaya sendiri.

Pemerintahan Surabaya pernah berbentuk monarki, yang berarti ada keturunan trah pemimpin klasik seperti Adipati dan Bupati. Pernah pada suatu hari, kumpulan pegiat sejarah Surabaya berkunjung ke rumah salah satu keluarga trah bupati Surabaya.

Terlalu sayang jika sejarah Klasik Surabaya ini tidak terperhatikan. Padahal fakta fakta sejarahnya ada. Bukti buktinya pun juga masih bisa dilihat.

Berangkat dari “terbengkelainya” bukti bukti itu, perlu ada perhatian agar kelestariannya terjaga. Setidaknya bisa ada kunjungan kunjungan wisata untuk menjaga ingatan kolektif.

 

Tour Sejarah Klasik

Sangat tepat bila ada tour sejarah klasik Surabaya karena Surabaya punya sejarah klasik. Sejarah klasik Surabaya adalah periode panjang yang mencakup berbagai peradaban, mulai dari masa Kadipaten di bawah Majapahit, hingga sistem pemerintahan pribumi yang dipimpin Adipati (Kadipaten) dan Bupati (Kabupaten).

Surabaya punya sejarah itu. Di Surabaya juga memiliki kompleks pemakaman para bupati yang tersebar di kota misalnya Pesarean Boto Putih, Pesarean Bibis, Pesarean Ampel dan masih ada lagi lainnya yang selama ini dirawat oleh trah keturunan Adipati dan Bupati.

Selain bukti kuburan, juga ada bukti rumah bupati baik berupa pendapa maupun Loji yang telah berubah fungsi. Di Kebon Rojo, rumah bupati berubah menjadi Kantor Pos. Di Tegalsari, rumah bupati berubah menjadi Gereja.

Kediaman Bupati Surapringga lengkap dengan pendopo dan satu set gamelan untuk iringan acara resmi di Kebon Rojo. Foto: ist

Ada juga masjid Kabupaten Surapringga dengan tata ruangnya yang bernama alun alun dan kampung Kauman.

Kemayoran Kauman di barat masjid Kemayoran. Foto: nng

Semua itu menjadi aset sejarah Surabaya yang layak dijaga dan dimanfaatkan.

Spot Spot Sejarah Klasik Surabaya:

• Tugu Pahlawan (bekas alun alun, komplek pemerintahan klasik)

• Makam Kuno Tembaan (makam Pangeran Pekik)

• Kawasan Sulung (bekas situs tempat Pangeran sebelum Mataram)

• Pesarean Kuno Bibis (makam R.T. Kramajayadirana)

• Masjid Raudhatul Jannah Bibis (1810)

• Masjid Kemayoran (1848) dengan prasasti Masjid

• Kampung Kemayoran Kauman

• Kantor Pos Besar (rumah Bupati Surabaya 1848).

• Gereja Kristen Abdiel Elyon (rumah bupati Surabaya)

• Makam Taman Bungkul (diduga makam Jengrono)

Dari spot spot bersejarah itu, bisa diurut menjadi rute Jelajah sejarah klasik Surabaya. Harus ada upaya memperkenalkan tempat tempat itu untuk menjaga ingatan kolektif Surabaya. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *