Gagasan Restorasi Makam Van der Tuuk Membuka Potensi Kerjasama Mutual Berkelanjutan Belanda – Surabaya.

Budaya

Rajapatni.com: SURABAYA – Gagasan restorasi makam Herman N. van der Tuuk oleh Stichting Anak Mas dan Puri Aksara Rajapatni dengan dana charity dari masyarakat Belanda, yang juga terbuka buat warga lokal Surabaya (sudah ada yang berminat) belum terlaksana (masih proses), sudah ada permintaan dari Stichting Anak Mas kepada Puri Aksara Rajapatni untuk mencari makam lainnya.

Surat permintaan pencarian leluhur keluarga Donkersloot di pemakaman Eropa Peneleh kepada Puri Aksara Rajapatni. Foto: par

Permintaan itu disampaikan lewat surat resmi, yang dikirimkan melalui email pada 20 September 2025. Yang menarik adalah gagasan restorasi makam Herman van der Tuuk belum terlaksana, tapi sudah ada permintaan resmi untuk mencari makam lainnya, yang menjadi tempat peristirahatan terakhir leluhur keluarga warga Belanda.

Keluarga Donkersloot. Foto: par

Nama mendiang adalah keluarga Donkersloot. Disana disemayamkan beberapa jenazah. Ada ibu dan anak. Ada anggota keluarga lainnya. Semua ada 7 orang. Melalui jaringan sosial ini, kedua komunitas, yang sama sama berbadan hukum sebuah yayasan, mulai menambah aktivitas kegiatan sosial sebagai jembatan dua negara Indonesia dan Belanda.

Sanak keluarga Donkersloot. Foto: nng

 

Berbasis Budaya

Kedua komunitas ini memiliki satu interest yang sama, yakni budaya dan aksara. Membantu menemukan kembali tempat peristirahatan terakhir leluhur warga Belanda adalah bagian dari merawat nilai nilai budaya yang dapat mendukung mempererat kerjasama budaya kedua negara.

Simbol budaya bersama: Indonesia – Balanda. Foto: nng

Masih banyak warga Belanda yang berdarah Indo dan darah Indo adalah darah campuran Belanda dan Indonesia. Warga Indo di Belanda masih memiliki ikatan emosional dengan Indonesia. Salah satu contoh nya adalah penyanyi dan artis Wieteke Van Dort, yang lahir di Surabaya. Baginya Surabaya adalah kampung halaman. Karenanya banyak karya lagunya dan tulisannya tentang keindahan Indonesia.

Orang seperti almarhumah Wieteke Van Dort masih banyak di Belanda dan untuk itu perlu ada jembatan kemanusiaan, yang bisa menghubungkan mereka dengan Indonesia. Kerjasama Stichting Anak Mas dan Puri Aksara Rajapatni menjadi embrio dari jembatan kemanusiaan itu.

Mungkin sudah ada jembatan serupa sebelumnya. Namun, yang terkait dengan pencarian leluhur warga Belanda yang dimakamkan di Peneleh masih lah langka. Jaringan ini sekaligus memperkuat posisi Makam Eropa Peneleh, yang sedang dikembangkan oleh pemerintah kota Surabaya sebagai destinasi wisata sejarah.

 

Pengembangan Soft Link

Balasan dari Puri Aksara Rajapatni kepada Stichting Anak Mas dengan menggunakan aksara Jawa sebagai bentuk praktis penggunaan aksara untuk dukungan ke Unesco. Foto: par

Pengembangan ini tentu saja tidak hanya perubahan dan pembenahan fisik, tetapi secara soft link seperti membangun jaringan yang bisa memberi manfaat kepada ahli warisnya, sangatlah perlu. Ini menjadi esensi pengembangan dan pembangunan Makam Eropa Peneleh agar makam ini secara fisik menjadi ikatan emosional dengan warga Belanda.

Rintisan Stichting Anak Mas (Belanda) dan Puri Aksara Rajapatni (Indonesia) memang masih kecil. Tapi disadari bahwa semua berangkat dari hal kecil.

Kerjasama itu memang bermula dari People (P) to People (P), lalu bertumbuh menjadi Community © to Community © yang layak menjadi dan didukung oleh Government (G) to Government (G).

Kerangka kerjasama ini juga secara langsung mengimplementasikan sebuah aturan tentang Pemajuan Kebudayaan, yang sudah di meja Pansus DPRD Surabaya. Dalam sebuah program pertukaran Mahasiswa ke luar negeri, Indonesia – Canada (1993/1994) pernah tersampaikan sebuah pesan yang berbunyi: “Kamu akan kenal dengan dirimu sendiri (daerahmu dan negaramu), jika kamu sudah berinteraksi dalam masyarakat global”. Artinya akan ada pandangan dari luar tentang dirimu dan bangsamu. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *