Budaya
Rajapatni.com: SURABAYA – Bulan Desember telah datang. Suasana natal pun mulai menghias sudut sudut ruangan kota. Pesona pohon natal, salju putih dan warna merah sinterklas berpadu dengan warna putih salju. Pemandangan ini mulai mengisi beberapa stand dan pojok pojok pusat perbelanjaan.
Wajah wajah beraut bahagia dan ceria menghapus muram dan durjana. Ya, Hari Natal segera datang. Layar gadget sudah mulai ramai dengan konten konten natal dari tanah Eropa, seperti Belanda, Perancis, Inggris dan Jerman. Di Indonesia, yang tengah musim penghujan, sedikit ikut terimbas dinginnya natal Eropa.

Kenangan masa lalu di bulan bulan mendekati Natal ikut terusik. Bukannya mengusik duka lara, tetapi suka cita. Adalah kesan senang yang terngiang dari tanah yang nun jauh di belahan Utara sana.

Bumi memutih, langit pun ikut putih di negeri Le Coq Gaulois, Perancis. Rasa dingin terasa menyayat tulang. Dedaunan sudah berguguran. Yang masih bergelayutan di ranting dan dahan berwarna kemerahan dan kecoklatan sebagai tanda sisa musim gugur.
Namun di bumi Inggris, The English Lion, ada yang masih bertahan dengan dedaunan berwarna kemerahan dan kecoklatan. Tetapi rasa dinginnya sudah menusuk tulang. Jaket atau sweater harus sudah mulai dikenakan untuk rasa nyaman di luar ruangan.

Di antara perbedaan cuaca itu ada kesamaan. Yaitu suasana Natal yang sudah menyapa. Gereja Notre Dame de Paris di Paris, Katedral Kölner Dom di Cologne, Jerman dan gereja Westminster Abbey di London serta Onze-Lieve-Vrouwetoren di kota tua Amersfoort Belanda sudah bersolek. Indah, Menakjubkan dipandang mata.

Semakin mendekati hari H Natal, semua gereja gereja itu semakin marak. Lingkungan dimana gereja berada juga turut memeriahkan. Bahkan bazar bazar turut meramaikan. Suasana sangat dinamis dalam mempersiapkan perayaan Natal.

Kini, semua itu hanya kenangan indah dari moment kebersamaan 8 tahun lalu. Dingin, ceria berbalut dalam kehangatan persaudaraan. (PAR/nng).
