Aksara
Rajapatni.com: SURABAYA – Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya beri perhatian terhadap ꧌ꦏꦼꦒꦶꦪꦠꦤ꧀꧍ kegiatan Lomba Menulis/Menyalin Indah Aksara Jawa, yang diadakan dalam rangka HUT ke 80 ꧌ꦏꦼꦩꦼꦂꦞꦺꦏꦄꦤ꧀꧍ Kemerdekaan Republik Indonesia dan Peringatan Hari Aksara Internasional ꧌꧇꧒꧐꧒꧕꧇꧍ 2025.
Perhatian itu ꧌ꦠꦼꦂꦮꦸꦗꦸꦢ꧀꧍ terwujud melalui dukungan penandatanganan ꧌ꦉꦱ꧀ꦩꦶ꧍ resmi pada Sertifikat Kepesertaan bagi peserta dari tingkat SD dan SMP, yang memang diampu oleh Dindik ꧌ꦏꦺꦴꦠꦯ꦳ꦫꦨꦪ꧍ Kota Surabaya.

Jumlah peserta SD dan SMP mencapai 76 dari total 105 peserta. ꧌ꦗꦸꦩ꧀ꦭꦃ꧍ Jumlah total ini melebihi kuota yang diharapkan. Yaitu 100 peserta. Dalam lomba ini ꧌ꦱꦼꦩꦸꦮ꧍ semua peserta mendapat sertifikat. Karena lomba ini sebagai bentuk upaya pemajuan literasi tradisional, maka ꧌ꦱꦺꦂꦡꦶꦥ꦳ꦶꦏꦠ꧀꧍ sertifikat pun bertulis dalam aksara Jawa, selain ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦭꦠꦶꦤ꧀꧍ aksara Latin.
Kegiatan ini diselenggarakan ꧌ꦎꦭꦺꦃ꧍ oleh komunitas aksara Jawa Surabaya Puri Aksara Rajapatni, yang bekerjasama dengan Ta’mir Masjid Kemayoran dan didukung oleh ꧌ꦥꦼꦩꦼꦫꦶꦤ꧀ꦠꦃ꧍ Pemerintah kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan. Kegiatan ini juga mendapat ꧌ꦝꦸꦏꦸꦔꦤ꧀꧍ dukungan dari mitra mitra yang selama ini mendukung kegiatan ꧌ꦩꦯ꧀ꦗꦶꦢ꧀꧍ masjid. Antara lain Kokola, Chatour, Fabi Abadi serta Leeven & Co dan Pasopati Cakra Nusantara.

Kokola ꧌ꦄꦝꦭꦃ꧍ adalah produsen biskuit dan wafer terkemuka di Indonesia yang berbasis di Gresik, ꧌ꦗꦮꦠꦶꦩꦸꦂ꧍ Jawa Timur. Sementara Chatour adalah Travel Official – Travel Umroh & Haji Terbaik di Gresik Jawa Timur. Sedangkan Leeven & Co adalah toko perlengkapan kesenian yang berbasis di Surabaya, Jawa Timur, yang dalam lomba ini ꧌ꦩꦼꦚꦼꦝꦶꦪꦏꦤ꧀꧍ menyediakan kertas seni sebagai bahan tulis. Ada pula Fabi Abadi, ꧌ꦱꦼꦧꦒꦻ꧍ sebagai penyelenggara umrah dan haji plus serta biro perjalanan dan wisata di Surabaya, Jawa Timur. Satu lagi adalah Pasopati Cakra Nusantara, yang ꧌ꦗꦸꦒ꧍ juga menaruh perhatian pada pelestarian budaya Nusantara.
꧌ꦥꦂꦡꦶꦱꦶꦥꦱꦶ꧍ Partisipasi para pendukung ini merupakan investasi pelestarian budaya, terutama literasi tradisional, yang sudah dikenal dan ꧌ꦝꦶꦒꦸꦤꦏꦤ꧀꧍ digunakan oleh masyarakat Surabaya dan lingkungan Masjid di saat ꧌ꦥꦼꦟ꧀ꦝꦶꦫꦶꦪꦤ꧀꧍ pendirian di abad 19.
Tidak hanya budaya tetapi juga sejarah Surabaya, yang kala pendirian ꧌ꦝꦶꦏꦼꦤꦭ꧀꧍ dikenal dengan nama Surapringga. Melalui isi prasasti ini dapat diketahui pula hubungan harmonis antara pemerintah dan masyarakat Islam. ꧌ꦄꦏ꦳ꦶꦂꦚ꧍ Akhirnya dari data sejarah itu ada nilai nilai yang bisa dipetik oleh generasi sekarang untuk masa depan, ꧌ꦠꦼꦂꦩꦱꦸꦏ꧀꧍ termasuk kemakmuran masjid.

Masjid Kemayoran atau Raudhatul Musyawarah ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦼꦫꦶꦏꦤ꧀꧍ memberikan wahana pendidikan agama Islam, budaya lokal dan ꧌ꦱꦼꦗꦫꦃꦏꦺꦴꦠ꧍ sejarah kota. (PAR/nng).