Rajapatni.com: Surabaya (21/2/24) – Tanggal 21 Februari diperingati sebagai ꦲꦫꦶꦧꦲꦱꦆꦧꦸ Hari Bahasa Ibu Internasional, yang pada tahun 2024 ini, jatuh pada hari Rabu. Peringatan Hari Ibu ini sangat relevan bagi bangsa Indonesia yang berjajar pulau pulau (kepulauan). Menurut Kepala Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) Umi Kulsum bahwa di Indonesia terdapat 718 bahasa ibu, yang sudah didata oleh Badan Bahasa. Belum lagi dihitung secara internasional. Jumlahnya bisa puluhan ribu bahasa ibu.
Karena percaturan ꦒ꧀ꦭꦺꦴꦧꦭ꧀ global, maka bahasa yang tergolong sebagai bahasa internasional cepat atau lambat bisa menggeser bahasa bahasa ibu. Sebagai salah satu contoh di kota Surabaya saja, yang dulunya memakai bahasa ibu (Jawa subdialek Surabaya), sekarang masyarakatnya sudah memakai bahasa nasional dan ada pula yang memakai bahasa Internasional dalam kontak kontak sosial. Maka cepat atau lambat, bahasa ibu Surabaya bisa hilang.
UNESCO percaya akan pentingnya keanekaragaman budaya dan bahasa untuk masyarakat di seluruh dunia yang berkelanjutan. Masyarakat ꦩꦸꦭ꧀ꦠꦶꦧꦲꦱ multibahasa dan multikultural, seperti Indonesia, tetap akan ada melalui bahasa mereka. Karena pada hakikatnya Indonesia adalah bangsa multikultural dan multibahasa. Hal yang sama dengan dunia yang terdiri dari berbagai bangsa dengan bahasa bahasa ibunya.
Karenanya dalam peringatan kali ini tema yang diangkat adalah ꦥꦼꦤ꧀ꦝꦶꦣꦶꦏꦤ꧀ pendidikan multibahasa adalah pilar pembelajaran antargenerasi (Multilingual education is a pillar of intergenerational learning).
Munurut Kepala Balai Bahasa Jawa Timur (BBJT) Umi Kulsum bahwa bahasa ibu atau bahasa daerah banyak manfaat dan juga menyimpan kekayaan ꦧꦸꦣꦪ budaya yang luar biasa.
“Sayangnya bahasa ibu tidak banyak yang peduli, termasuk para orang tua. Mereka mau mengajarkan bahasa daerah kepada anak anak mereka” tambah Umi Kulsum melalui pesan Whatsapp.
Dari fakta lapangan yang ada banyak dari orang tua yang khawatir anak tidak bisa ꦧꦼꦂꦱꦺꦴꦱꦶꦪꦭꦶꦱꦱꦶ bersosialisasi, sehingga bahasa Indonesia yang diajarkan pertama kali di keluarga.
“Padahal, semakin banyak bahasa yang dikuasai oleh seorang anak, maka semakin bagus dalam mencerna ilmu dan pengetahuan”, imbuh ꦈꦩꦶꦏꦸꦭ꧀ꦱꦸꦩ꧀ Umi Kulsum.
Bahasa Jawa subdialek Surabaya (Suroboyoan) dan Jawa yang semestinya dipakai menyeluruh di Surabaya, ternyanya sudah tergantikan oleh penetrasi bahasa lain baik secara ꦭꦶꦱꦤ꧀ lisan maupun tulis.
Bahasa Jawa memiliki Aksara yang semestinya dipakai untuk tulis menulis. Dulu ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ Aksara Jawa pernah dipakai dalam keseharian mulai pada majalah, surat kabar, reklame, surat menyurat, pembelajaran di sekolah dan keseharian lainnya
Sekarang aksara Jawa sudah digantikan oleh aksara Latin, yang masuk dan digunakan di ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ Nusantara antara abad 19 hingga pertengahan abad 20. Di zamannya, orang sempat dikatakan buta aksara karena tidak bisa membaca dan menulis dalam aksara (huruf) Latin. Padahal mereka bisa membaca dan menulis dalam aksara Jawa.
Karena mengiringi dan memaknai Hari Bahasa Ibu Internasional, komunitas budaya Surabaya, ꦥꦸꦫꦶꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ Puri Aksara Rajapatni, pada hari Rabu, 21 Februari 2024 meluncurkan produk portal literasi budaya rajapatni.com. Portal ini mendorong penggunaan Aksara Jawa sebagai bagian dari pelestarian bahasa ibu di Jawa. (nanang PAR)
Selamat hari aksara ibu, semoga tetap menghiasi khasanah bahasa dan aksara jawa serta membumi di nusantara ini
Amin