Aksara
Rajapatni.com: SURABAYA – Usia tidak jadi kendala untuk belajar aksara Jawa, yang dirasa bagai aksara asing. Anak anak, remaja dan dewasa sama sama belajar mulai dari nol atau dasar khususnya dalam mengikuti kegiatan belajar aksara Jawa, yang digelar oleh komunitas aksara Jawa Surabaya, Puri Aksara Rajapatni.

Komunitas ini memiliki strategi tersendiri dalam mengenalkan dan mengajarkan aksara Jawa sebagai bagian dari aksara Nusantara. Strateginya praktis dalam mengenalkan aksara Jawa. Pada pertemuan awal dari 5 kali pertemuan dalam satu paket, para peserta dikenalkan dengan aksara Jawa dasar ( Nglegena), beserta Pasangan dan Sandhangan.

Aksara Jawa dasar ini juga dikenal sebagai aksara carakan atau nglegena, memiliki 20 huruf dasar dalam sistem penulisan Jawa. Aksara ini merupakan dasar untuk membentuk kata-kata dalam bahasa Jawa atau bahasa lainnya seperti Indonesia, dan setiap hurufnya melambangkan satu suku kata. Misalnya HA (ꦲ), NA (ꦤ), CA (ꦕ), RA (ꦫ) dan KA (ꦏ). Untuk membentuk satu kata, misalnya KACA, maka cukup menuliskan suku kata terkait (ꦏꦕ).

Sedangkan Sandhangan adalah tanda diakritik A, I, U, E dan O, dalam aksara Jawa, yang berfungsi untuk mengubah bunyi dasar (vokal) pada aksara Jawa. Jadi, sandhangan ini digunakan untuk membentuk suku kata selain bunyi ‘A’ dan juga untuk membentuk bunyi konsonan tertentu pada aksara Jawa.
Ada suku kata vokal seperti /U/ pada kata KUKU, yang berasal dari kata dasar KAKA (ꦏꦏ), maka ditulis ꦏꦸꦏꦸ.
Selain itu ada pula yang namanya Pasangan. Pasangan Aksara Jawa adalah simbol-simbol yang berguna untuk mematikan atau menghilangkan huruf vokal pada aksara dasar Hanacaraka.
Pasangan adalah Aksara Jawa yang berjumlah 20 buah, setiap aksara Jawa (dari 20 aksara dasar) memiliki pasangannya sendiri yang bersifat melekat.
Pasangan aksara Jawa digunakan untuk “mematikan” vokal pada aksara sebelumnya, sehingga memungkinkan untuk menulis konsonan rangkap atau gabungan konsonan tanpa vokal di antaranya.
Contoh:
‘Nulisa aksara Jawa‘. Huruf ‘KA’ pada kata aksara harus dimatikan agar menjadi konsonan, sehingga huruf ‘SA’ yang berikutnya perlu diganti dengan pasangan. Dengan demikian, penulisannya menjadi ꧊ꦤꦸꦭꦶꦱꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧋
Cara mengenalkan Aksara. Glegena, Sandhangan dan Pasangan adalah dengan lembar kerja dimana peserta disuruh mengisi lingkaran lingkaran kosong setelah menyimak lingkaran lingkaran yang berisi aksara Jawa.
Selain itu mereka disuruh mentransliterasi dari aksara Jawa ke latin dan dari latin ke aksara Jawa. Begitu seterusnya hingga mereka mengenal melalui metode melihat (kemata) dan menulis (ketata) serta membaca (kewaca).
Pada pertemuan berikutnya peserta dipandu untuk memasang aplikasi aksara Jawa sehingga mereka bisa menulis secara digital pada HP masing masing. Penulisan digital ini penting untuk mengikuti zaman yang serba digital. Jadi ada dua pola penulisan. Yaitu Manual atau tradisional dan Digital.
Itulah pola pola dan pendekatan dalam pengajaran aksara Jawa oleh Puri Aksara Rajapatni dalam kelas Sinau Aksara Jawa (SAJ). (PAR/nng)