Batik dan Peran Perempuan Di Mata Ratu Maxima dari Belanda.

Budaya

Rajapatni.com: SURABAYA – Belum lama ini Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti dari Belanda berkunjung ke Solo dalam kapasitasnya sebagai utusan PBB sebagai Advocate for Inclusive Finance for Development, atau Advokat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Keuangan Inklusif bagi Pembangunan (UNSGSA).

Dikutip dari Kompas.com bahwa pada 2005, saat PBB mencanangkan Tahun Internasional Kredit Mikro, Ratu Maxima mulai aktif menyuarakan pentingnya layanan keuangan, terutama bagi kelompok rentan seperti perempuan dan masyarakat berpenghasilan rendah.

Ada perhatian dari Ratu Maxima terhadap perempuan dunia. Ketika bertandang ke Solo, ia turut merasakan denyut nadi perempuan dalam berolah budaya kreatif, yang berujung pada ekonomi. Yaitu membatik.

Ratu Maxima membatik di Laweyan, Solo. Foto: ist

Ratu Maxima ikut belajar membatik, menggoreskan canting pada selembar kain putih, yang tentu saja akan menjadi lembar persahabatan budaya antara Belanda – Indonesia.

Secara kelembagaan Ratu Maxima sebagai Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Kesehatan Finansial (UNSGSA) memang mengunjungi pelaku usaha batik perempuan di Kampung Batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah pada Selasa (25/11/2025).

Dalam kunjungan tersebut Ratu Maxima berdialog langsung dengan pelaku UMKM batik perempuan terkait pemanfaatan layanan keuangan digital untuk mewujudkan misi kesejahteraan finansial pelaku usaha mikro.

Dalam menyongsong Hari Ibu pada 22 Desember 2025 ini, kunjungan Ratu Maxima menjadi pengingat pentingnya peran perempuan (para ibu) dalam upaya turut mensejahterakan keluarga dan masyarakat melalui usaha mikro.

Batik, yang menjadi ikon budaya bangsa Indonesia, sudah menjadi warisan budaya takbenda dunia, yang diakui oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009. Karenanya ekonomi kreatif melalui karya budaya batik membawa dampak ganda (double impact) bagi bangsa, yaitu ekonomi dan penguatan identitas bangsa.

Ratu Maxima mencanting kain batik. Foto: ist

Dalam kunjungan itu Ratu Maxima tidak hanya dalam kapasitas sebagai utusan PBB tetapi juga dalam kapasitas perhatian pribadi terhadap seni batik Indonesia.

Ratu Maxima berikat pinggang kain batik diantara pengrajin batik. Foto: ist

Dalam kunjungan, yang diisi dengan diskusi mengenai pemberdayaan perempuan dan UKM melalui akses keuangan digital itu, di mana batik menjadi contoh industri lokal yang dapat ditingkatkan melalui inisiasi dan partisipasi perempuan. Ratu Maxima sendiri dikenal sering mengenakan pakaian atau aksesoris batik. Ini menunjukkan apresiasinya terhadap warisan budaya Indonesia secara pribadi. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *