Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Surabaya sungguh kaya akan nilai nilai sejarah dan peradaban. Tapi bukan berarti kita abai meski terhadap satu kekayaan saja. Satu diantara banyak memang tidak terasa.
Sekecil kecilnya, kita tidak boleh lengah terhadapnya. Apalagi terhadap benda dan bangunan yang tampak di depan jutaan pasang mata.
Terlalu ironis. Bahkan ada seorang pengunjung yang bangga mengatakan bahwa dirinya bisa dua kali dalam seminggu berkunjung kesana. Yaitu ke kawasan religi Sunan Ampel. Tapi sayang, ia tidak mengenal pesan yang disematkan pada bangunan kuno itu.
Di sana telah berdiri beberapa gapura kuno yang berusia ratusan tahun. Salah satunya berinskripsi aksara Jawa. Namanya Gapura Munggah, yang berdiri menghadap ke jalan Sasak.

Tidak dipungkiri dan siapa yang mengingkari bahwa gapura ini menyimpan nilai penting dan nilai sejarah peradaban Surabaya. Di badan Gapura Munggah terdapat relief jenis rempah rempah, sebagai lambang komoditas dagang dinamika perdagangan Surabaya di masa lampau.
Selain itu pada blandar gapura, yang berarsitektur Majapahitan paduraksa, terdapat inskripsi aksara Jawa. Menurut pembacaan filolog Abimardha Kurniawan dari FIB Unair, bahwa inskripsi itu memiliki sengkalan lamba yang berbunyi: “Kĕrtining paṇḍita winayang ing ratu”, yang berarti “perilaku pendeta dibayang-bayangi oleh raja”, yang berangka tahun 1752 M.
“Penanggalan ini adalah penanggalan tertua yang masih insitu di Surabaya dan itu otentik”, kata Penggerak budaya A. Hermas Thony dalam sebuah kesempatan diskusi budaya di Quds Royal hotel pada Senin malam 16/6/2025.
Melihat keberadaan Gapura Munggah, yang ternyata menyimpan nilai penting peradaban dan sejarah Surabaya, Quds Royal Hotel yang berdiri di kawasan religi Sunan Ampel merasa terpanggil untuk turut merawat.

Keberadaan Gapura kuno sebagaimana dibahas dalam diskusi budaya itu menjadi perhatian General Manager Quds Royal hotel, Pungky Kusuma.
“Sebagai bagian dari masyarakat yang berada di lingkungan Ampel, saya tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pelestarian Gapura Ampel”, kata Pungky Kusuma.
Sebuah keinginan yang mulia dari anggota masyarakat untuk mau berpartisipasi dalam satu rencana aksi bersama demi upaya perlindungan bangunan bersejarah di Surabaya. Rencana aksi ini tentu akan disinergikan dengan pihak pihak pemangku terkait.
Keinginan itu disampaikan langsung oleh GM Quds Royal hotel, RM Pungky Kusuma, dalam acara makan malam bersama diskusi budaya sambil menginventarisasi gagasan dan rencana aksi mengisi kawasan religi kawasan Kampung Ampel.

Pungky mengatakan bahwa dirinya adalah salah satu penggagas Festival Walisongo di tahun 1999. Kini dengan kesibukannya di kampung itu tidak menutup kemungkinan akan hadir acara serupa di kemudian hari.
“Ini bagian dari partisipasi kami dalam memajukan nilai budaya setempat”, pungkas Pungky. (PAR/nng).