Sejarah
Rajapatni.com: SURABAYA – Ingin merasakan sensasi mendengarkan pidato heroik Bung Tomo dari radio jadul, kini prototipe radio model jadul yang berteknologi modern (bluetooth) sudah selesai.
Radio ini begitu dinyalakan (turun on), secara otomatis langsung terdengar suara cuplikan pidato Bung Tomo. Cuplikan suara pidato Bung Tomo ini sebagai pertanda bahwa radio telah menyala.
Cuplikan pidato ini berdurasi sekitar 1.30 menit. Selanjutnya pendengar bisa mengikuti saluran gelombang radio baik AM atau FM sesuai selera.
Radio ini dibuat oleh tenaga SMKN 12 Surabaya, yang berkolaborasi dengan komunitas Puri Aksara Rajapatni. Mereka sengaja mendesain radio, yang diberi merek Radio Bung Tomo sebagai upaya membangun ingatan kolektif tentang Bung Tomo dalam aksi mengobarkan semangat arek arek Surabaya pada 1945 dalam menghadapi serdadu Sekutu, yang hendak merebut kembali Indonesia.
Gagasan Kreatif dan Inovatif
Gagasan membuat radio dengan merek Radio Bung Tomo dengan teknis otomatis suara cuplikan pidato Bung Tomo sebagai pertanda radio menyala bertujuan menjaga ingatan kolektif pasca hilangnya Rumah Radio Bung Tomo di jalan Mawar 10 Surabaya karena dibongkar untuk pendirian bangunan baru yang jauh dari nilai historis atas bangunan yang sudah terdaftar sebagai bangunan Cagar Budaya dengan berdasarkan SK Wali Kota Surabaya No. 188.45/251/402.1.04/1996.
Bangunan Cagar Budaya itu dibongkar pada 2016, dan pada tahun 2025, dibuatlah radio dengan merek “Radio Bung Tomo” sebagai upaya menjaga ingatan kolektif sejarah perjuangan arek arek Surabaya.
“Kita wajib jaga semangat kejuangan yang dikobar-kobarkan Bung tomo, Karena kita tau kejuangan adalah tangga mencapai cita cita kemerdekaan”, kata A. Hermas Thony, pembina Puri Aksara Rajapatni, yang dihubungi secara terpisah.
Gagasan pembuatan radio ini muncul pada Mei 2025, dan pada September 2025, prototipe radio sudah selesai dengan dua type BT-01 dan BT-02. Type BT-01 memiliki ukuran spesifikasi lebih besar dari type BT-02. Namun keduanya sama sama cocok sebagai aksesoris ruangan, yang fungsional sebagai hiburan.

Kedua prototipe Radio Bung Tomo ini dilihat oleh tim Puri Aksara Rajapatni di ruang kerja kepala SMKN 12 Surabaya pada Jumat (26/9/25). Tim Rajapatni, yang terdiri dari Nanang Purwono dan Novita, diterima langsung oleh Kepala SMKN 12, Cone Kustarto Arifin.

“Radio Bung Tomo ini tidak bisa bicara, tapi bisa bersuara yang isinya menjaga semangat kejuangan Bung Tomo. Kalau ingin merasakan sensasi mendengarkan pidato Bung Tomo melalui radio ala jadul, ya radio ini bendanya”, jelas Nanang Purwono.

Menurut Cone prototipe radio ini perlu diuji pasar untuk mengetahui apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangannya sebelum diproduksi secara masal terbatas.
Seiring dengan itu, logo dan desain radio perlu dipatenkan.
“Nanti radio akan dilengkapi dengan manual book, yang berisi panduan cara menggunakan”, demikian kata Cone Kustarto Arifin kepada tim komunitas Rajapatni.
Sebagai komunitas penggiat aksara, Puri Aksara Rajapatni akan menuliskan aksara tradisional pada keterangan cara penggunaan radio. Aksara Jawa yang berbunyi “Syu” ꦯꦸ sebagai kependekan ꦯꦸꦫꦨꦪ (Syurabhaya) dituliskan pada gambar mic pada logo Radio.

“Ini akan menjadi bukti bahwa aksara tradisional masih digunakan dan ini sebagai salah satu item untuk mendukung usulan praktik penulisan aksara tradisional ke UNESCO”, pungkas Nanang. (PAR/tim)