Pelopor Penulisan Berita/Artikel Online Dengan Aksara Jawa.

Aksara

Rajapatni com: SURABAYA – Penggunaan aksara Jawa di media online secara signifikan mendukung pengajuan praktik penulisan aksara tradisional ke UNESCO. Praktik ini membantu dalam pelestarian, modernisasi, dan penyebaran informasi, yang semuanya penting untuk pengakuan global tentang warisan budaya tersebut.

Upaya ini disambut dan didukung banyak pihak hingga akhirnya bukan saja pada penulisan artikel artikel, tetapi malah pada penulisan buku dalam bentuk Transliterasi dari bahasa asing (Belanda). Juga bahasa bahasa lainnya.

Aksara Jawa untuk transliterasi bahasa Belanda dalam sebuah buku cerita anak. Foto: par

Cårå ini sekaligus menjadi bentuk penggunaan aksara tradisional dalam format format penerbitan lainnya. Media online rajapatni.com sudah memposisikan diri sebagai platform penulisan aksara Jawa dalam artikel berita online. Bentuknya adalah menyisipkan aksara Jawa sebagai transliterasi kata dan frasa yang ada setelahnya.

Ini adalah promosi aksara Jawa. Penggunaan dan sekaligus promosi aksara Jawa secara aktif dapat mencegah budaya ini diklaim oleh negara lain. Dengan menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sendiri yang menghargai dan melestarikan warisan budayanya, akan semakin kuat posisi Indonesia dalam pengajuan praktik penulisan aksara tradisional ke UNESCO.

Praktik penulisan pada media online pada awalnya susah dan rumit karena penggunaan (penulisan) aksara Jawa itu justru dianggap mengganggu. Ironisnya adalah mereka, yang menganggap dirinya para penggiat budaya. Alasannya macam macam.

Ringkasnya sekarang, penulisan aksara pada media online menjadi kanal etalase perkembangan aksara, khususnya terkait dengan kreativitas penciptaan model model font. Jika aksara Jepang, Hanzi dan Hindia bisa mendunia, kenapa Nusantara tidak bisa?

Cuplikan kalimat beraksara Jawa dengan font NYK Ngayogyan yang digunakan Rajapatni.com. Foto: par

Penggunaan aksara Jawa di media online (misalnya, melalui font khusus) menunjukkan bahwa aksara ini dapat diadaptasi dan digunakan di era digital. Ini sekaligus menunjukkan bahwa aksara Jawa bukan hanya peninggalan masa lalu, tetapi juga relevan untuk masa kini dan masa depan.

Sudah banyak model model font aksara Jawa yang dibuat. Konsekuensinya adalah ragam font ini tidak berarti jika tidak digunakan dalam penulisan. Penulisan ini pada khususnya adalah penulisan digital melalui kanal web.

Melalui situs web dan platform media sosial yang menggunakan aksara Jawa, informasi tentang budaya, sejarah, dan sastra Jawa dapat disebarkan secara luas ke audiens yang lebih besar, termasuk di tingkat internasional.

Bahwa artikel artikel yang dimuat dalam media rajapatni.com telah dibaca oleh audiens di beberapa negara seperti Belanda, Australia, Amerika, serta beberapa negara di Asia. Keberadaan audiens itu minimal melalui hubungan pertemanan secara individu dari pengelola media ini.

Praktik ini sekaligus mendukung upaya Indonesia, yang sedang mengajukan praktik penulisan aksara tradisional ke UNESCO.

UNESCO memang sangat memperhatikan upaya pelestarian warisan budaya. Dengan menunjukkan penggunaan aksara Jawa, yang aktif dan meluas di media digital, Indonesia membuktikan bahwa aksara ini memiliki vitalitas budaya yang berkelanjutan.

Hal ini memperkuat argumen bahwa aksara Jawa adalah warisan budaya yang hidup dan patut dilestarikan serta diakui oleh dunia. Saatnya memajukan kebudayaan bangsa dalam payung undang undang no 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. (PAR/nng).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *