RRI Surabaya Dan Bung Tomo

Sejarah

Rajapatni.com: SURABAYA – Cantik, dekoratif dan fungsional. Itulah radio masa kini ala masa kuno, yang diproduksi SMKN 12 Surabaya. Mereknya “Radio Bung Tomo”. Memang ada kaitannya dengan semangat juang Bung Tomo, pahlawan Nasional dari Surabaya. Melalui sosok Radio Bung Tomo diharap bisa menjadi pengingat terhadap peran Bung Tomo dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Radio Bung Tomo ini menjadi strategi dalam mengembalikan ingatan kolektif tentang “Rumah Radio Bung Tomo” yang telah dibongkar dan hilang. Sama sama bendawi tetapi radio adalah benda bergerak yang bisa dibawa dan dipindah pindah. Bisa ditaruh di meja ruang tamu sebagai dekorasi yang fungsional baik di rumah maupun di kantor. Bentuknya tidak besar dan juga tidak kecil serta pantas sebagai dekorasi vintage.

Radio merek “Radio Bung Tomo” karya SMKN 12 Surabaya. Foto: sigit

Hingga kini Radio Bung Tomo ini masih dalam proses penyempurnaan. Belum 100 persen rampung.

“Desain sudah finish. Tinggal nunggu aplikasinya electro”, kata Sigit selaku guru pembimbing.

Radio, yang dikreasi dengan merek “Radio Bung Tomo” ini, memang untuk menyebarkan dan melestarikan nilai nilai juang karena radio ini secara otomatis ketika dinyalakan langsung berbunyi Jingle berjudul “Tiger Shark”, yang biasa mengawali pidato pidato Bung Tomo. Lalu diikuti oleh kutipan pidato Bung Tomo.

Logo “Radio Bung Tomo”. Foto: sigit

Semangat juang itu penting karena mendorong inovasi dan kemajuan dalam berbagai bidang, memperkuat nasionalisme dan persatuan bangsa, memberikan inspirasi untuk mengatasi tantangan, dan merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan serta membangun kesejahteraan sosial.

 

RRI Surabaya dan Bung Tomo

Radio dan Bung Tomo adalah dua unsur yang manunggal dalam perang dan juang untuk mempertahankan kemerdekaan.

Dalam riwayat keradioan, Bung Tomo, yang bergelar Pahlawan Nasional, tak lepas dari peran Radio Republik Indonesia (RRI) Surabaya. Dulu Radio Pemberontakan Bung Tomo bisa mengudara karena peran RRI Surabaya. Selanjutnya gelar Pahlawan Nasional untuk Bung Tomo juga tidak lepas dari peran RRI Surabaya.

Penghargaan dari keluarga Bung Tomo kepada RRI Surabaya. Foto: afn

“RRI Surabaya dan Bung Tomo ini memiliki ikatan kuat baik dalam juang maupun dalam kenang. RRI membantu hadirnya Radio Pemberontakan Bung Tomo pada 1945. Lalu di masa kemerdekaan, RRI juga mendorong penganugerahan Pahlawan Nasional buat Bung Tomo”, jelas wartawan senior RRI Surabaya Afnani Hawari di studio RRI pada Kamis siang (21/8/25).

Wartawan senior RRI, Afnani Hawari (kiri), dengan Bambang Sulistomo, putera Bung Tomo. Foto: afn

Dalam riwayat Bung Tomo ada kisah perjuangan dan kepahlawanan. Apalagi Perjuangan dan Kepahlawanan terkait dengan Kemerdekaan.

Sebenarnya dilihat secara pemaknaannya, Perjuangan dan Kepahlawanan memiliki sifat yang berbeda. Tetapi manunggal dalam hukum alam sebab akibat.

Ada kisah seorang Takmir Masjid, yang juga karena Perjuangannya dalam mempertahankan Masjid, Ia gugur di dalam Masjid. Untuk mengenang atas jasa jasa perjuangannya, ia bisa disebut sebagai Pahlawan. Ia dikenang dengan sebutan Kyai Seda Masjid, yang makamnya ada di jalan Tembaan sebelah selatan Tugu Pahlawan.

Secara terpisah menurut Ahmad Yani, salah seorang pengurus Masjid Kemayoran Surabaya bahwa secara harfiah Perjuangan atau berjuang bersifat AKTIF, sedangkan Pahlawan bersifat PASIF.

“Pahlawan dari kata dasar Pahala (yakni orang yang berbuat pahala disebut pahlawan). Pahala adalah sunnah (tidak melakukan juga tidak apa-apa) dan orang tidak mesti dituntut untuk berbuat pahala.

Sedangkan Berjuang adalah kewajiban (dalam bentuk apapun sesuai kemampuannya), agar bisa exist, terlebih dalam koridor mempertahankan kemerdekaan”, terang Achmad Yani.

RRI Surabaya masih menjadi kanal perjuangan melalui siaran budaya, perjuangan mempertahankan budaya sebagai identitas bangsa. Foto: par

Ringkasnya semua orang wajib berjuang demi hidup dan kemerdekaan. Sedangkan pahala akan menyertai, jika seseorang telah berjuang atau melakukan tindakan. Pun demikian yang dilakukan Bung Tomo di masa perang kemerdekaan bahwa beliau harus berjuang. Selanjutnya menjadi pahlawan atau dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional adalah apresiasi terhadap peran perjuangannya.

Bung Tomo dan Kyai Seda Masjid sama sama berjuang di masanya masing masing untuk kepentingannya masing masing. Bung Tomo berjuang demi mempertahankan kemerdekaan. Kyai Sada Masjid berjuang demi menjaga dan menegakkan agama.

“Sekarang di alam kemerdekaan, orang harus tetap berjuang sesuai zamannya. Tapi perjuangan itu berbeda dengan dulu. Karenanya, dibutuhkan petunjuk dan aturan sebagai juklak bagaimana berjuang itu demi meraih cita cita kemerdekaan atau pembangunan”, terang A. Hermas Thony, inisiator Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya di suatu kesempatan yang berbeda.

Thony menambahkan bahwa Perda tak ubahnya sebagai juklak untuk menjalankan otonomi daerah. Peraturan Daerah (Perda) memang berfungsi sebagai instrumen hukum yang detail, seperti petunjuk pelaksanaan (juklak), dalam menjalankan otonomi daerah dan mengatur berbagai aspek kehidupan lokal, mulai dari pelayanan publik hingga pembangunan, sesuai dengan kondisi khas daerah tersebut.

Karenanya diksi “Kejuangan” penting untuk menjabarkan teknis kerja di suatu daerah dan sekaligus sebagai petunjuk kerja yang jelas. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *