꧌ꦄ꧉ꦲꦺꦂꦩꦱ꧀ꦠꦺꦴꦤꦶ꧍ A. Hermas Thony: “Kalau ingin hancurkan sebuah bangsa, hancurkanlah Spirit dan Sikap Kejuanganya”

Sejarah

Rajapatni.com: SURABAYA – Dalam rangka ꧌ꦩꦼꦚꦩ꧀ꦧꦸꦠ꧀꧍ menyambut Peringatan HUT ke 80 Kemerdekaan Republik Indonesia, sebagai warga negara yang baik haruslah bisa meneladani para ꧌ꦥꦼꦟ꧀ꦝꦲꦸꦭꦸ꧍ pendahulu (pahlawan), yang sudah berhasil merebut kemerdekaan dengan darah dan tangis. Untuk itu, sebagai penghargaan atas ꧌ꦠꦺꦏꦢ꧀꧍ tekad perang dan juangnya, pantaslah jika generasi sekarang ꧌ꦩꦼꦤꦼꦭꦝꦤꦶ꧍ meneladani perjuangannya.

Tauladan ini tidak lain adalah melanjutkan ꧌ꦥꦼꦂꦙꦸꦮꦔꦤ꧀꧍ perjuangan para pendahulu demi mewujudkan cita cita. Cita-cita para pahlawan, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, adalah untuk ꧌ꦩꦼꦮꦸꦗꦸꦢ꧀ꦏꦤ꧀꧍ mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Selain itu, mereka juga bercita-cita untuk melindungi segenap bangsa ꧌ꦅꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban ꧌ꦝꦸꦤꦶꦪ꧍ dunia.

Mereka, para pejuang membanting tulang rela mati demi ꧌ꦏꦼꦩꦼꦂꦞꦺꦏꦄꦤ꧀꧍ kemerdekaan. Foto: ist

Mereka, baik para pendahulu dan generasi ꧌ꦥꦼꦤꦼꦫꦸꦱ꧀꧍ penerus, harus kerja, kerja dan kerja. Bukanlah mimpi, mimpi dan mimpi. Mimpi menjadikan lengah.

Ingat, masih akan ada ꧌ꦥꦺꦴꦠꦺꦤ꧀ꦰꦶ꧍ potensi ancaman penjajahan di muka bumi. Karenanya, tetaplah waspada.

80 tahun lalu bangsa Indonesia ꧌ꦧꦼꦂꦲꦱꦶꦭ꧀꧍ berhasil lepas dari belenggu penjajahan setelah sekitar 350 tahun hidup dalam belenggu administrasi ꧌ꦥꦼꦚ꧀ꦗꦗꦲꦤ꧀꧍ penjajahan.

Tentu kita tidak ꧌ꦅꦔꦶꦤ꧀꧍ ingin penjajahan itu terulang. Namun penjajahan tradisional memang sudah bukan zamannya, tapi model penjajahan baru, atau sering disebut neokolonialisme, yang lebih bersifat laten dan ꧌ꦠꦼꦂꦰꦼꦩ꧀ꦧꦸꦚꦶ꧍ tersembunyi, masih berpotensi mengancam.

Neokolonialisme menyusup melalui pengaruh ekonomi, budaya, dan ideologi, yang membuat ꧌ꦤꦼꦒꦫ꧍  negara terjajah secara tidak sadar menjadi bergantung pada negara penjajah. Kita pun tidak tahu ꧌ꦏꦉꦤ꧍ karena memang dibuat enak di zona nyaman. Ingat, sekarang pengaruhnya sudah ada. Yaitu dengan adanya ꧌ꦏꦼꦠꦼꦂꦓꦤ꧀ꦠꦸꦔꦤ꧀꧍ ketergantungan yang menyenangkan.

Karena kesenangan itulah, kita jadi lupa diri. Misalnya, siapa yang tidak senang jika Timnas Bola kita ꧌ꦩꦼꦤꦁ꧍ menang. Tapi ingat bahwa kemenangan timnas bola kita tidaklah ꧌ꦩꦸꦂꦟꦶ꧍ murni pemain bumiputera.

Bayangkan, beberapa pemain ꧌ꦱꦺꦥꦏ꧀ꦧꦺꦴꦭ꧍ sepak bola nasional adalah pemain naturalisasi dan asing, seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, Shayne Pattynama, dan lain-lain.

Selain itu, ada juga pemain asing, yang bermain di Liga 1 Indonesia dan kadang dipanggil untuk ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦺꦭ꧍ membela tim nasional negara mereka masing-masing, seperti Jaime Moreno (Nikaragua), Gervane Kastaneer (Curaçao), dan Cornelius Stewart (St. Vincent & Grenadines).

Maka jangan lah ꧌ꦧꦔ꧀ꦒ꧍ bangga kalau Timnas sempat menang karena komposisi pemainnya tidak murni ꧌ꦧꦼꦫꦔ꧀ꦏꦠ꧀꧍ berangkat dari bumi putera.

Kalau toh Timnas sempat menang melawan negara lain, itu tidak murni dari ꧌ꦥꦼꦂꦙꦸꦮꦔꦤ꧀꧍  perjuangan sendiri dan mandiri. Selanjutnya, ꧌ꦄꦏꦤ꧀꧍ akan ada ketergantungan kepada pihak asing. Ironisnya, kita pun ꧌ꦱꦼꦤꦁ꧍ senang. Suatu saat setelah “senang”, selanjutnya bisa jadi “terlena” dan “lupa diri”.

Terlena bisa ꧌ꦧꦼꦂꦨꦲꦪ꧍ berbahaya karena orang bisa lalai dalam menghadapi suatu situasi, baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam situasi yang lebih serius, dapat membawa dampak ꧌ꦤꦺꦒꦠꦶꦥ꦳꧀꧍ negatif dan bahkan berbahaya.

Diakui bahwa upaya penjajahan baru di era modern ini tidak lagi dengan cara cara ꧌ꦠꦿꦝꦶꦱꦾꦺꦴꦤꦔ꧀꧍ tradisional seperti dulu. Dengan cara baru, sasarannya adalah menghancurkan karakter dan spirit juang dengan cara meninabobokan. Cara-cara ini ꧌ꦝꦶꦄꦏꦸꦮꦶ꧍ diakui oleh A. Hermas Thony, yang pernah jadi dosen di Kampus Pergerakan, Universitas dr. Soetomo ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya.

“Kalau ingin menghancurkan sebuah bangsa, hancurkanlah ꧌ꦱ꧀ꦥꦶꦫꦶꦠ꧀꧍ Spirit dan Sikap Kejuanganya”, kata Thony.

Karenanya menurut putra seorang pejuang, yang juga bernaung di bawah DHC 45, Charles E. Tumbel bahwa kita wajib menjaga jiwa yang ꧌ꦧꦼꦂꦑꦼꦧꦔ꧀ꦰꦄꦤ꧀꧍ berkebangsaan Indonesia dengan senantiasa mengamalkan ideologi ꧌ꦥꦚ꧀ꦕꦯꦷꦭ꧍ Pancasila, memperdalam pengetahuan sejarah, melestarikan budaya dan membangun ꧌ꦤꦱꦾꦺꦴꦤꦭꦶꦱ꧀ꦩꦼ꧍ nasionalisme seperti yang sudah dicontohkan oleh para Pahlawan Negara.

Charles sempat ditemui ꧌ꦥꦼꦤꦸꦭꦶꦱ꧀꧍ penulis ketika dalam acara menyambut peringatan HUT ke 80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Taman Makam ꧌ꦥꦃꦭꦮꦤ꧀꧍ Pahlawan 10 November Surabaya pada Kamis pagi, 14 Agustus 2025. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *