Syurabhaya ꦯꦹꦫꦨꦪ, Berani Menghadapi Bahaya.

Aksara

Rajapatni.com: SURABAYA – Surabaya adalah rumah para pemberani. Seiring dengan identitas baru kota Surabaya, yang baru diluncurkan secara resmi oleh pemerintah kota Surabaya, maka makna Surabaya City of Hero harus diteguhkan, meski harus ada yang merasa sakit. Tapi kebenaran makna harus ditegakkan seraya memaknai Surabaya City of Hero.

Ini saatnya! Saatnya lebih berani!

Nama kota Surabaya yang selama ini kita gunakan sebenarnya salah kaprah. Apalagi nama Surabaya ini diartikan “berani menghadapi bahaya”.

Tidak, arti dari kata “Surabaya” adalah “Dewa Buaya”. Bukan “Berani Menghadapi Bahaya”.

Jika kita merujuk pada sumber sejarah dimana nama Surabaya (Syurabhaya) diambil/berasal, yaitu prasasti Canggu (1358 M), maka arti Syurabhaya (ꦯꦹꦫꦨꦪ) adalah “Berani Menghadapi Bahaya”.

Di era kolonial saja, pemerintahnya membuat sesanti yang bermakna sebagaimana makna prasasti Canggu. Yaitu Soera ing Bhaya (Berani menghadapi Bahaya/Tantangan).

Rentetan sejarah di atas bumi Surabaya mulai dari akhir abad 13 hingga pertengahan abad 20, menunjukkan keberanian masyarakat Surabaya.

Di akhir abad 13, bersama Raden Wijaya mengusir tentara Tartar dari Mongolia. Di abad 17, bersama Bangsawan Madura Trunojoyo menghadapi bala tentara VOC yang bersekongkol dengan Mataram.

Di abad 18 ketika rakyat Surabaya bersama Jayapuspita. Perang Jayapuspita di Surabaya terjadi sekitar tahun 1709 dalam rangka menghadapi Kartasura dan VOC.

Di pertengahan abad 20 ketika rakyat Surabaya berani mati menghadapi tentara Sekutu yang dikenal dengan perang 10 November 1945.

Bung Tomo dan rakyat Surabaya adalah wujud keberanian dalam perang 10 November 1945.

Kini di abad 21, rakyat Surabaya harus berani benar (kebenaran). Musuh itu ada di balik selimut. Beranikah kita berbuat benar? Beranikah kita menggali kebenaran? Beranikah kita jujur? Beranikah kita meluruskan makna Surabaya, yang berarti “Berani Menghadapi Bahaya”?

Perlu diketahui bahwa secara harfiah berdasarkan pemaknaan literasi Jawa Kuna, Surabaya berarti Bukanlah Dewa Buaya? Surabaya bukan Berani Menghadapi Bahaya. Yang kita gunakan selama ini bahwa Surabaya adalah Berani Menghadapi Bahaya adalah salah kaprah.

Bersama identitas baru yang dengan tegas berseru “City of Hero”, maka masyarakatnya harus berani jujur berdasarkan kebenaran.

Kebenaran makna Surabaya, yang berarti “Berani Menghadapi Bahaya” sesuai pemaknaan sebenarnya berdasarkan Prasasti Canggu adalah Syurabhaya (ꦯꦹꦫꦨꦪ), bukan Surabaya (ꦱꦸꦫꦧꦪ).

Melalui literasi Aksara Jawa, makna antara “Berani Menghadapi Bahaya ꦯꦹꦫꦨꦪ” dan “Dewa Buaya ꦱꦸꦫꦧꦪ” dibedakan dengan jelas.

Sobek, Dewa Buaya di Mesir Kuno. Foto: ist

Di Mesir ada Sobek, yang dikenal sebagai “Dewa Buaya”. Hidupnya di Sungai Nil. Konon dalam legendanya, diyakini bahwa Sungai Nil diciptakan dari keringatnya. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *