Surabaya WANI Demi Kebenaran dan Kebaikan. Upaya nyata perjuangan Melestarikan Aksara Daerah

Aksara

Rajapatni.com: SURABAYA – Selama ini ada penyelenggaraan kongres kongres terkait dengan bahasa Jawa dan aksara Jawa. Masing masing: Kongres Bahasa Jawa dan Kongres Aksara Jawa menyelenggarakan kongres nya masing masing. Kongres Aksara Jawa Pertama diadakan di Yogyakarta pada tahun 2021. Sementara Kongres Bahasa Jawa, yang sudah ke VII, diadakan di Surakarta pada 2023.

Kongres Bahasa Jawa dan Aksara Jawa berbeda. Kongres bahasa Jawa berfokus pada upaya pembakuan bahasa Jawa secara keseluruhan, termasuk penggunaan, kaidah, dan pelestariannya dalam berbagai aspek kehidupan.

Sementara itu, aksara Jawa adalah sistem tulisan tradisional, yang merupakan bagian dari warisan budaya Jawa. Perbedaan ini muncul karena bahasa lisan dan tulisan (aksara) adalah dua entitas yang berbeda, meskipun saling terkait dalam konteks budaya.

Berangkat dari entitas (objek) yang berbeda itulah maka dalam Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya, entitas Aksara menambah keragaman Object Pemajuan Kebudayaan (OPK). Penambahan ini bukannya dipandang sebagai suatu “perlawanan” atau hal yang tidak sama dengan atasnya (UU) karena tidak sesuai dengan Undang Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, tetapi harus dipandang sebagai bentuk kecerdasan daerah dalam upaya penguatan dan pengayaan kearifan lokal yang sekaligus identitas bangsa.

Salah seorang anggota panitia Kongres Aksara Jawa I (2021) di Yogyakarta, Setya Amrih Prasaja, sepakat bahwa bahasa Jawa dan Aksara Jawa adalah dua objek yang berbeda, tetapi keduanya memang saling terkait sebagai budaya Jawa. Mereka mempunyai aturan dan pelaksanaan pemajuan, yang berbeda beda sesuai alamnya. Bahasa adalah lisan. Aksara adalah tulisan.

 

Definisi

Tulisan Aksara Jawa bukti adanya bahasa Jawa. Foto: ist

Lebih lanjut ditegaskan dalam suatu definisi. Bahwa bahasa adalah sistem komunikasi lisan. Sedangkan aksara adalah sistem komunikasi tulisan. Bahasa adalah apa yang kita ucapkan. Sedangkan aksara adalah bagaimana kita menuliskan bahasa tersebut.

Bahasa adalah sistem komunikasi, yang menggunakan suara, gerakan tubuh (isyarat), atau simbol lain untuk menyampaikan makna. Bahasa lisan adalah yang paling umum digunakan, tetapi ada juga bahasa isyarat.

Sedangkan Aksara adalah sistem visual untuk merepresentasikan bahasa lisan. Aksara bisa berupa alfabet (seperti aksara Latin untuk bahasa Inggris dan Indonesia), abjad (seperti aksara Arab dan Aksara Jawa serta aksara daerah lainnya), atau sistem lain seperti ideogram (seperti aksara Tiongkok).

Yang menarik adalah bahwa satu bahasa bisa memiliki beberapa aksara. Contohnya, bahasa Urdu bisa menggunakan aksara Arab, tetapi juga bisa ditulis dalam aksara Devanagari atau Latin.

Sebaliknya satu aksara bisa digunakan untuk menulis beberapa bahasa. Contohnya, aksara Latin digunakan untuk menulis bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, dan banyak bahasa lainnya.

Selembar halaman dari sebuah manuskrip di the British Library UK. Foto: ist

Termasuk Aksara Jawa bisa digunakan untuk menulis selain bahasa Jawa, yaitu bahasa Madura, bahasa Indonesia, bahasa Bali dan bahkan Bahasa Inggris. Karena aksara Jawa ini ditulis berdasarkan bunyi (voiced based).

Bahasa bisa ada (eksis) tanpa aksara. Bahasa lisan bisa ada dan digunakan meskipun tidak memiliki sistem tulisan yang resmi. Banyak bahasa bahasa di dunia tidak memiliki aksara. Bahkan di Indonesia yang memiliki lebih dari 700 bahasa daerah, tetapi hanya sekitar 15 bahasa saja yang memiliki aksara. Diantaranya Bahasa Jawa yang memiliki Aksara Jawa.

Singkatnya, bahasa adalah alat komunikasi, sedangkan aksara adalah alat untuk merekam dan menyebarkan bahasa secara tertulis.

 

Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya

Atas perbedaan mendasar itulah maka ketika menginisiasi lahirnya Perda Pemajuan Kebudayaan di Kota Surabaya, yang berbunyi “Raperda Pemajuan Kebudayaan, Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya”, dimasukkanlah Aksara sebagai wujud kecerdasan lokal, kearifan lokal dalam Pemajuan Kebudayaan.

Gapura kuno ini mengandung inskripsi dan gambar Rempah rempah. Foto: doc par

Dalam rangka pemajuan Aksara Jawa di Surabaya, karena ini disadari bahwa Aksara Jawa menjadi bagian sejarah dan perjalanan peradaban Surabaya sejak ratusan tahun lalu. Bukti bukti otentik, yang masih in-situ itu, ada di beberapa tempat di Surabaya. Diantaranya di komplek Sunan Ampel, di Masjid Kemayoran Surabaya dan di komplek pemakaman para bupati/Adipati Surabaya di pesarean Sentono Agung Botoputih Pegirian Surabaya. (PAR/nng).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *