Aksara:
Rajapatni.com: SURABAYA – Mengglobalkan yang lokal” dan “melokalkan yang global” adalah frasa yang menggambarkan pendekatan yang saling melengkapi untuk menavigasi dunia global dan lokal. Keduanya menyoroti pentingnya mempertahankan identitas budaya lokal dan beradaptasi dengan tren dan pengaruh global.
Media (jurnalistik atau tulisan) adalah alatnya. Menulis untuk tujuan tujuan mengglobalkan dan melokalkan issue tidak sekedar menyajikan fakta, tetapi lebih jauh dari itu. Ini adalah upaya mengkonstruksi berbagai fakta untuk mencapai suatu tujuan.
Tulisan semacam ini harus memiliki tujuan jelas yang didasari oleh fakta fakta logis. Dari fakta fakta itu maka disusunlah sehingga menjadi suatu kekuatan untuk mencapai tujuan. Ini upaya yang tidak mudah karena harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan yang membutuhkan waktu dan pemikiran. Ini bagaikan membangun konstruksi.
Fakta fakta adalah bahan mentah yang berkualitas. Tidak opini. Dari fakta satu ke fakta lainnya harus logis sebab akibatnya sehingga saling kait mengait dan mengunci.
Contoh sederetan tulisan, yang terus dan berseri, adalah serial tulisan tentang upaya menjadikan komplek makam Eropa Peneleh mendapat perhatian internasional. Begitu pula dengan serial tulisan tentang aksara Jawa, yang juga mendapat perhatian internasional. Makam Eropa Peneleh oleh pemerintah kerajaan Belanda dan Aksara Jawa oleh pemerintah India.
Itu semua adalah atas dasar pendekatan local to global. Pada saat yang bersamaan juga harus disertai dengan pendekatan global to local. Ini menggambarkan pendekatan yang saling melengkapi untuk menavigasi dunia global dan lokal. Penulisan seperti ini tidak boleh parsial. Tapi harus terus menerus dan berkelanjutan.
Issue Makam Eropa Peneleh dan Aksara Jawa di Surabaya menjadi fakta. Proses itu butuh waktu dan perhatian serta pemikiran. Tidak seperti menulis berita tentang kebakaran yang bisa ditulis berdasarkan pengamatan lapangan. Misalnya kebakaran dimana, apa yang terbakar, terbakar karena apa, kerugiannya apa, berapa mobil kebakaran yang datang, ada korban apa tidak dan seterusnya. Tapi tulisan seperti isu tentang makam Peneleh dan aksara jawa di Surabaya sering mengungkap sesuatu atau fakta yang tidak terlihat.
Seperti tulisan ini “globalize the local and localize the global”, penulis harus memiliki visi yang kuat. Memiliki tujuan penulisan yang kuat. Siapapun penulisnya harus punya greget.

Greget” dalam bahasa Indonesia adalah sebuah kata, yang berasal dari bahasa Jawa. Secara umum, “greget” berarti semangat atau api yang membara dalam setiap jiwa seseorang, atau juga dapat diartikan sebagai keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu atau kehasratan yang luar biasa.
Ini sebuah gambaran perjuangan untuk mencapai suatu tujuan.
Hasilnya juga luar biasa bahwa tujuan membawa isu Makam Eropa Peneleh, yang dinilai terbengkalai bisa berhasil mendapat perhatian pemerintah Belanda. Duta Besar Belanda mengunjungi Makam Eropa Peneleh pada tahun 2024.

Pun demikian dengan Duta Besar India yang baru baru ini menemui pegiat aksara jawa, Puri Aksara Rajapatni di Surabaya. Ini semua karena informasi tulisan yang konstruktif dan berpengaruh. Tulisan menjadi alat untuk mewujudkan suatu harapan. (PAR/nng)