Bangga Menggunakan Aksara Daerah Untuk Penamaan Nama Nama Jalan.

Aksara

Rajapatni.com: SURABAYA – Berbicara tentang aksara bukan lantas diasosiasikan dengan aksara Jawa. Indonesia ini bangsa, yang kaya akan aksara daerah. Di Jawa, ada aksara Jawa. Di Bali, ada aksara Bali. Di Jawa Barat, juga ada aksara Sunda.

Saatnya sudah merasa bangga memiliki dan menggunakan aksara sendiri karena tidak semua bahasa daerah di Indonesia ini memiliki aksara. Daerah yang masih punya aksara, sudah saatnya bangga menggunakannya.

Selain Yogyakarta di Jawa, dan Bali di pulau Bali, serta beberapa kota di Jawa Barat, mereka sudah mulai menggunakan aksaranya. Seperti misalnya Bandung, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Subang, Purwakarta, Ciamis, Bandung Barat, dan Majalengka; bahkan di Cimahi dan Cirebon juga menggunakan aksara Sunda melalui penanda jalan atau monumen.

Penggunaan aksara Sunda untuk nama jalan di Bandung. Foto: ist

Jawa Timur adalah provinsi yang menjadi rumah peradaban Majapahit. Sentra Nusantara pada masa lalu dan sekarang justru tengah mengenalkan wilayahnya sebagai Gerbang Baru Nusantara. Kata “Nusantara” menyimpan energi besar, yang di balik itu ada wujud kecerdasan masa lalu. Yaitu penggunaan aksara, yang dipakai sebagai simbol dan ekspresi bahasa.

Di era Majapahit, bahasa yang digunakan pada umumnya adalah bahasa Jawa Kuna, yang wujudnya terlihat pada banyak prasasti. Secara gradual seiring perubahan zaman, bahasa Jawa Kuna (Kawi) berubah menjadi bahasa bahasa lokal, yang kelokalan itu dapat dilihat pada aksara yang digunakan. Di Bali, ada aksara Bali. Di Jawa, ada aksara Jawa.

Seiring dengan kemajuan zaman itu dan di bawah naungan Undang Undang Pemajuan Kebudayaan nomor 5/2017, sesungguhnya ada kewajiban bagi semua warga negara untuk memajukan budayanya. Salah satunya adalah aksara, sebagai simbol tulis. Sementara Bahasa adalah simbol lisan.

Bangga beraksara daerah. Foto: ist

Pembudayaan ini secara strategis dan masif dapat dilakukan melalui aturan yang ada dan dapat diperkenalkan secara luas melalui jalur sekolah. Jangan sampai justru anak anak sekolah tidak mengenal aksara daerahnya.

Secara beriringan, di luar jalur sekolah, justru pemerintah melalui Dinas terkait bisa memperkenalkan melalui penamaan nama jalan. Di kota Surabaya, penggunaan aksara Jawa melalui nama nama pemerintah kota Surabaya sudah tuntas. Kini saatnya menggunakan aksara Jawa untuk nama nama jalan.

Pemerintah bisa mempelopori memperkenalkan aksara untuk memperkuat identitas budaya lokal dengan menambahkan tulisan aksara Jawa pada nama-nama jalan di wilayahnya. (PAR/nng)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *