Sejarah Budaya
Rajapatni.com: SURABAYA – Leran adalah sebuah desa kecil di Gresik, tepatnya di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Desa Leran dikenal sebagai situs sejarah penting sebagai lokasi dimana makam Siti Fatimah Binti Maimun (abad 11), yang merupakan salah satu bukti awal masuknya Islam di Nusantara, berada.
Desa ini berada sekitar 5 kilometer dari garis pantai terdekat dan sekitar 10 kilometer dari Pelabuhan Gresik. Pelabuhan Gresik ini tidak jauh dari situs, yang dikabarkan sebagai lokasi Kantor Dagang VOC (abad 17).
Menurut Tome Pires dalam buku gubahan H.J. De Graaf, yang berjudul “De Regering Van Sultan Agung, Vorst Van Mataram, 1613-1645” bahwa sejak 1515, Gresik telah tumbuh menjadi kawasan yang cukup sibuk di Pulau Jawa.
Dalam buku itu dikisahkan bahwa Tome Pires menggambarkan kegemilangan Gresik. Bersamaan dengan tumbuhnya agama Islam, kota ini tumbuh menjadi kawasan yang makmur dan sejahtera.
Kantor Dagang VOC
Dari berita Pires-lah, Belanda memulai politik dagangnya di Gresik.
“Pada 27 April 1602, Laksamana Jacob van Heemskerck, yang telah dikenal di Pantai Jepara, berlabuh di Gresik,” tulisnya.

Dari sini, ia mulai mendirikan kantor dagang VOC pertama di Jawa Timur. Kantor Dagang itu dikenal berada di kawasan Pelabuhan Gresik. Gedung Kantor Pos Gresik di Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Bedilan, Gresik, diidentifikasi sebagai bekas Kantor Dagang VOC (Loji VOC) di Gresik.
Identifikasi ini diperkuat dengan SK Bupati No. 028/433/HK/437.12/2020 Eks Asrama VOC, yang ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Kabupaten pada tanggal 24 Agustus 2020.
Kantor Pos Gresik
Pasca VOC bubar pada tahun 1799, bangunan tersebut dialih fungsikan menjadi tempat pegawai pemerintah kolonial Belanda (Hindia Belanda) di Gresik. Selanjutnya asrama ini digunakan sebagai Kantor Pos Gresik.

Ditemukanya keping Perangko Surat bertuliskan “Grisse”, yang berangka tahun 1885, menjadi bukti bahwa di Gresik telah berdiri Kantor Pos. Fungsi Kantor Pos ini berlanjut hingga pasca Kemerdekaan RI, hingga sekarang.
Wilayah Gresik secara umum dan luas memang dikenal sebagai kawasan penyebaran agama Islam. Hal ini didukung oleh peran penting tokoh-tokoh awal penyebar agama Islam di Jawa, seperti Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) dan Sunan Giri, yang makamnya berada di wilayah tersebut. Tidak ketinggalan makam Siti Fatimah binti maimun, yang makamnya ada di Desa Leran, 12 km di Utara kota Gresik.
Makam Leran
Siti Fatimah binti maimun (abad 11) jauh lebih tua dibandingkan Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri (abad 14 – 15). Fakta ini sekaligus menunjukkan bahwa Islam sudah mulai masuk di Gresik bukan pada masa Wali Sanga. Tetapi sudah jauh dari itu di abad 11.

Kala itu Leran memang dikenal sebagai sebuah pelabuhan kuno, yang keberadaannya bukan di Pelabuhan Gresik sebagaimana disinggahi oleh laksamana Belanda pada 1602.
Bukti arkeologis dan historis di Desa Leran menunjukkan adanya pelabuhan maritim penting di pesisir utara Jawa. Ini terbukti dari penemuan sisa-sisa struktur bangunan batu berundak dan tiang pancang kuno, yang mengindikasikan fungsi pangkalan laut, serta sejarahnya yang erat dengan aktivitas perdagangan laut sejak lama. Bukti arkeologis itu menjadikannya pintu masuk utama pedagang dari berbagai penjuru.
Leran Pelabuhan Kuno
Contohnya dengan ditemukannya sisa-sisa struktur bangunan dari batu putih berundak di dasar tambak, yang bentuknya memanjang dari utara ke selatan. Ini menunjukkan adanya fasilitas pelabuhan kuno dan ditambah dengan
penemuan tiang-tiang pancang kayu yang berjajar ke arah timur laut. Ini juga mengindikasikan adanya dermaga atau pangkalan untuk kapal.
Dengan demikian Leran, yang berada di pesisir utara Jawa menjadi jalur keluar-masuk pedagang sejak abad ke-10. Akhirnya Leran memainkan peran penting dalam jaringan perdagangan maritim regional pada saat itu. Bahkan banyak saudagar Arab dan dari wilayah lain yang berdatangan, serta menjadi bagian penting dalam perkembangan Islam di Jawa.

Terbukti bahwa Makam Siti Fatimah binti maimun dikenal bersifat Islam. Buktinya berupa nisan batu berkaligrafi Arab bergaya Kufi, yang memuat ayat Al-Qur’an dan keterangan wafatnya (475 H/1082 M). Ini menjadi bukti historis tertua masuknya Islam di Nusantara.
Dalam perkembangan zaman gerbang masuk ke pedalaman Jawa bergeser ke Gresik, yang selanjutnya dikenal dengan berdirinya Kantor Dagang VOC pada awal abad 17. (PAR/nng)
