Budaya Tradisi
Rajapatni.com,: SURABAYA – Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden kedelapan Republik Indonesia pada hari Minggu, 20 Oktober 2024 di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Sejak itu presiden Prabowo Subianto memainkan politik luar negerinya dengan kunjungan kerjasama internasional. Diantaranya adalah kerjasama dengan China, Amerika, Peru, Brazil, Inggris, Uni Emirat Arab, Mesir (2024) dan India, Turki, Rusia, Ceko, Arab Saudi, Belgia, Perancis, Jepang, Korea, Kanada, Belanda, Pakistan, Australia serta negara negara di Asia (2025).
Salah satu kerjasamanya adalah di bidang kebudayaan dimana Presiden Prabowo Subianto membuat kebijakan untuk mengusulkan diajarkannya bahasa Portugis dan Spanyol, yang merupakan bahasa bahasa yang digunakan di negara Brazil.
Brazil memang salah satu negara yang telah dikunjungi presiden Prabowo Subianto. Brazil menggunakan bahasa Portugis sebagai bahasa resmi dan mayoritas. Selain itu negara ini juga menggunakan bahasa Spanyol karena negara negara tetangganya berbahasa Spanyol.
Presiden Prabowo Subianto pun mengeluarkan kebijakan, yang mengusulkan pengajaran bahasa Portugis dan Spanyol sebagai mata pelajaran prioritas di sekolah-sekolah di Indonesia pada sekitar bulan Oktober 2025 lalu.
Alasan utama dibalik kebijakan ini adalah untuk memperkuat hubungan bilateral. Keputusan ini diambil sebagai komitmen untuk memperkuat hubungan strategis dengan negara-negara berbahasa Portugis dan Spanyol, khususnya Brasil, yang dianggap sebagai mitra penting bagi Indonesia. Bukan tidak mungkin juga kerjasama dengan negara Spanyol sendiri.
Patil Lele = Billarda
Ada hal kecil, yang dimiliki oleh beberapa daerah di Indonesia tapi menjadi mulai besar di negeri Spanyol, yang dikenal dengan Matador.
Di Spanyol, selain ada olahraga tradisi dan budaya adu banteng, Matador, mereka juga mengenal Billarda, atau yang kita kenal dengan Patil (Patok) Lele. Di Spanyol permainan tradisional ini bahkan dipertandingkan dalam bentuk Liga. Namanya Liga Galega De Billarda.

Mereka memainkan ini secara profesional dan bukan permainan anak anak saja tetapi sudah permainan orang dewasa. Ada yang bermain di lapangan tertutup (indoors) dan ada pula di lapangan terbuka (outdoors).
Mereka tidak saja bermain tapi bertanding dalam sebuah skema sistem pertandingan. Bahkan mereka berkostum tim. Sepasang tongkat yang dipakai bertanding pun juga diberi warna. Akhirnya penonton tidak melihat sekedar permainan tapi pertandingan.
Sayangnya permainan tradisional Patil Lele ini semakin langka di Surabaya karena semakin kehilangan pengguna. Bukan tidak mungkin permainan ini, cepat atau lambat, akan punah. Sementara di Spanyol permainan ini semakin profesional.

Berangkat dari perhatian terhadap budaya, dimana Indonesia mengajarkan bahasa Spanyol di sekolah sekolah, maka akan semakin bijak jika permainan tradisional ini juga mulai dikenalkan kembali di sekolah sekolah atau di kampung kampung dengan kemasan yang lebih profesional. Minimal dilombakan dan dipertandingkan dengan disediakan hadiah.
Pemajuan permainan dan olahraga tradisional ini adalah dua Object Pemajuan Kebudayaan (OPK), yang sekaligus dilindungi undang undang Pemajuan Kebudayaan. Melalui permainan Patil Lele ini, kelak juga akan bisa digiring ke laga pertandingan persahabatan antara Surabaya dengan salah satu kota di Spanyol, misalnya Madrid atau Barcelona. Pertandingan persahabatan olahraga tradisional adalah upaya membina kerjasama di bidang kebudayaan dan upaya pemajuan kebudayaan yang dua duanya memiliki dasar hukum.
Kebijakan politik luar negeri Indonesia memiliki dasar hukum yang kuat, terutama UUD 1945 (Pembukaan alinea IV dan Pasal 11) dan diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, yang menerapkan prinsip “Bebas Aktif” berdasarkan Pancasila untuk mewujudkan ketertiban dunia. Selain itu juga ada Undang Undang no 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. (PAR/nng).
