Budaya
Rajapatni.com: SURABAYA – Variatif, inovatif dan informatif akan selalu memberi terobosan dalam upaya berbagi informasi demi sebuah pelestarian. Pelestarian tidak hanya berupa menjaga fisik belaka tapi membangun dan merestorasi ingatan. Ternyata, itu sangat dibutuhkan.
Surabaya sudah gemerlap peninggalan kolonial, tapi masih gelap peninggalan tradisional. Peninggalan kolonial dipakai sebagai wajah, sementara peninggalan tradisional masih digunakan sebagai buritan. Ada yang salah? Ada Apa Dengan Cinta? Harus ada rasa cinta dengan yang bersifat tradisional juga.
Diramut, Dirumat dan Diruwat
Peninggalan Tradisional adalah kekayaan bangsa, yang perlu diramut, dirumat dan diruwat. Siapa melakukannya? Kita dan Anda. Kalau bukan, lalu siapa lagi? Yang masih punya peduli.
Salah satunya adalah seniman lukis Surabaya. Seorang seniman (pelukis) itu adalah Panji Akrabi. Semangatnya untuk menjaga budaya Majapahit melalui karya lukis patut dihargai. Termasuk terhadap budaya lokal Surabaya, yang masih menyimpan nilai dari hasil pengaruh masa Majapahit dan Mataram, seperti sistem pemerintahan tradisional serta kehidupan keseharian. Bahwa Surabaya pada masa lalu adalah sebuah desa di tepian sungai (Naditira Pradesa). Sekarang sungai itu berubah berada di tengah tengah Surabaya. Pertanda bahwa zaman telah berganti.
Surabaya menjadi modern, tapi namun jangan sampai kehidupan modern menenggelamkan kisah kisah lama Surabaya.
Kiranya perlu ada media, yang bisa dipakai untuk mengintip eksotik nya kehidupan tradisional itu. Salah satunya dengan lukisan, yang mampu diciptakan untuk memotret kehidupan Tradisional masa lalu.
Komunitas aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni, bersama Pelukis Panji Akrabi berupaya menghadirkan etalase kehidupan Tradisional Surabaya.
Maklum, pada masa masa itu kehidupan tradisional belum sempat diabadikan oleh mata lensa karena teknologi photografi belum ada.
Melalui sisa sisa peninggalan berupa situs, benda dan bangunan yang faktual serta tata ruang yang ada akan ada kombinasi antara realisme dan imaginatif untuk menghadirkan satu narasi visual, yang komunikatif dengan masyarakat sekarang.
Hal sederhana telah ditampilkan di Museum Surabaya di Siola. Yaitu sketsa kehidupan Surabaya sebagai Naditira Pradesa sampai imajinasi komplek pemerintahan kadipaten Surabaya. Melalui tangan kreatif pelukis Pandji, gambaran Surabaya di era tradisional akan divisualkan seperti halnya Pandji memvisualkan bagaimana Arca Rajapatni dibuat.
Karya Seni Lukis

Pandji mengimajinasikan proses pembuatan arca dimana Gayatri Rajapatni menjadi seorang model dan seorang pematung sedang beraksi memahat bongkahan batu menjadi arca Rajapatni yang indah.
Lukisan serupa ketika Raja Hayam Wuruk sedang kunjungan ke Surabaya pada masa pemerintahannya pada 1365 M.

Lukisan lukisan sejenis seperti itu akan mengangkat keberadaan Surabaya di era Kekadipatenan dan Kekabupatenan di zaman Kerajaan Mataram dan Majapahit. Karya seni lukis ini akan menjadi pelengkap narasi, yang sudah mulai tersusun. Pada akhirnya potret Surabaya pada era era tradisional tidak lenyap ditelan zaman.
Pelukis Pandji sangat sepakat dengan upaya kolaboratif dalam menghadirkan kisah Surabaya klasik. (PAR/nng)