Budaya Aksara
Rajapatni.com: SURABAYA – Kolaborasi segitiga Emas, dalam ꧌ꦧꦶꦔ꧀ꦏꦻ꧍ bingkai peluncuran buku cerita anak “Bung Bebek en de Princess”, menjadi ꧌ꦗꦼꦩ꧀ꦧꦠꦤ꧀꧍ jembatan diplomasi budaya antar negara Indonesia – Belanda. Segitiga Emas ini adalah ꧌ꦧꦸꦢꦪꦅꦟ꧀ꦝꦶꦱ꧀꧍ budaya Indisch, musik dan aksara.

꧌ꦩꦼꦤꦫꦶꦏ꧀ꦚ꧍ Menariknya Budaya Indisch ini pernah diekspresikan oleh warga Indo Belanda Wieteke Van Dort, yang kini ꧌ꦝꦶꦮꦏꦶꦭꦶ꧍ diwakili oleh mantan pencipta lagu dan produser musik (alm) Wieteke Van Dort, Michiel Eduard; Band ꧌ꦱꦺꦭꦶꦪꦤꦺꦴꦫꦷꦤ꧀꧍ Celia Noreen; dan Aksara Jawa, yang diekspresikan oleh ꧌ꦅꦠꦯꦹꦫꦗꦪ꧍ Ita Surojoyo, pendiri ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni.
꧌ꦄꦒꦺꦟ꧀ꦝ꧍ Agenda peluncuran buku, “Bung Bebek en de Princess”, yang ditulis oleh Wieteke Van Dort ini akhirnya ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦥꦼꦂꦡꦼꦩꦸꦏꦤ꧀꧍ mempertemukan tiga kutub berbeda yang bersenyawa. Mereka adalah ꧌ꦥꦿꦺꦴꦝꦸꦱꦼꦂ꧍ produser buku (Belanda), produser musik (Indonesia) dan promotor aksara Jawa (Indonesia).

Titik temu ini ketika ꧌ꦥꦿꦺꦴꦩꦺꦴꦠꦺꦴꦂꦩꦸꦱꦶꦏ꧀꧍ promotor musik Celia Noreen, Hans Satria; promotor aksara Jawa , ꧌ꦅꦠꦯꦹꦫꦗꦪ꧍ Ita Surojoyo dan Ketua ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni, Nanang Purwono bertemu dalam rangka membicarakan persiapan ꧌ꦥꦼꦭꦸꦚ꧀ꦕꦸꦫꦤ꧀꧍ peluncuran buku “Bung Bebek en de Princess”. Buku cerita anak ini ditulis dalam bahasa Belanda dan ꧌ꦧꦲꦱꦅꦟ꧀ꦝꦺꦴꦤꦺꦱꦾ꧍ bahasa Indonesia dalam aksara Jawa.
꧌ꦒꦒꦱꦤ꧀꧍ Gagasan produksi buku dalam dua bahasa: Belanda dan Indonesia dengan transliterasi aksara Jawa ini, tidak lepas dari ꧌ꦥꦼꦂꦲꦠꦶꦪꦤ꧀꧍ perhatian produser buku Michiel Eduard terhadap budaya Jawa, sebagai ꧌ꦅꦩ꧀ꦥ꧀ꦭꦼꦩꦺ ꦤ꧀ꦠꦱꦶ꧍ implementasi estafet perhatian Wieteke Van Dort terhadap budaya ꧌ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ꧍ Nusantara.
Menariknya juga, Band ꧌ꦱꦺꦭꦶꦪꦤꦺꦴꦫꦷꦤ꧀꧍ Celia Noreen and her band adalah band, yang bergenre Gipsy Jazz dan ꧌ꦝꦶꦏꦼꦤꦭ꧀꧍ dikenal memiliki tempo cepat dan ceria serta aransemen lagu-lagu ꧌ꦭꦮꦱ꧀꧍ lawas.

Salah satu jenis lagu lagu itu adalah lagu lagu yang dilantunkan ꧌ꦮꦶꦠꦼꦏꦼ ꦮ꦳ꦺꦴꦤ꧀ ꦝꦺꦴꦉꦠ꧀꧍ Wieteke Van Dort. Band bergaya oldies ini juga dikenal membawakan lagu-lagu ꧌ꦄꦟ꧀ꦝꦭꦤ꧀꧍ andalan, yang sangat popular, baik dari dalam maupun luar negeri.
Selain itu “Celianooren and her band” juga ꧌ꦩꦼꦚ꧀ꦕꦶꦥ꧀ꦠꦏꦤ꧀꧍ menciptakan lagu lagu dengan gaya tempo dulu seperti “Ke Surabaya”. Lagu ini ꧌ꦱꦼꦅꦫꦩ꧍ seirama dengan jenis lagu lagu Wieteke Van Dort.
Sementara ꧌ꦩꦶꦏ꦳ꦶꦭ꧀ ꦌꦝꦸꦮꦉꦢ꧀꧍ Michiel Eduard, sang produser buku, adalah sosok Indo Belanda, yang tidak lepas dari budaya ꧌ꦤꦸꦱꦤ꧀ꦠꦫ꧍ Nusantara, yang salah satunya adalah budaya Jawa. Selain bisa berbicara bahasa Jawa dan Indonesia, Michiel juga ꧌ꦩꦼꦟ꧀ꦝꦺꦴꦏꦸꦩꦺꦤ꧀ꦠꦱꦶꦏꦤ꧀꧍ mendokumentasikan aksara Jawa dalam bentuk ꧌ꦠꦠꦺꦴ꧍ tato pada bagian tubuhnya.
꧌ꦏꦉꦤꦚ꧍ Karenanya ketika kenal dengan komunitas aksara Jawa, Puri Aksara Rajapatni, ia sangat antusias dengan ide ꧌ꦠꦿꦤ꧀ꦱ꧀ꦭꦶꦠꦼꦫꦱꦶ꧍ transliterasi buku karya Wieteke van dort dalam aksara Jawa dengan bahasa Indonesia. Buku ini ꧌ꦈꦤꦶꦏ꧀꧍ unik dan menjadi karya literasi, yang menjadi jembatan dua budaya yang sekaligus sebagai penguat kerjasama ꧌ꦏꦼꦧꦸꦝꦪꦄꦤ꧀꧍ Kebudayaan antara Indonesia dan Belanda.
Sementara itu, bagi Puri Aksara Rajapatni, penerbitan buku dengan menggunakan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa ini merupakan kesempatan langka ketika sebuah buku anak ꧌ꦝꦶꦠꦸꦭꦶꦱ꧀꧍ ditulis dalam dua bahasa (Belanda dan Indonesia dengan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa).
“Ini sarana ꧌ꦥꦿꦺꦴꦩꦺꦴꦱꦶ꧍ promosi aksara Jawa ke kancah global”, kata Nanang Purwono, Ketua ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni.
Selama ini ꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni memang tidak berhenti sampai ke penulisan aksara Jawa di instansi pemerintah kota ꧍ꦯꦹꦫꦨꦪ꧍ Surabaya, tetapi terus mengenalkan aksara Jawa melalui platform platform yang ada demi menjaga dan ꧌ꦩꦼꦊꦱ꧀ꦠꦫꦶꦏꦤ꧀꧍ melestarikan aksara Jawa.
“Kami memperkenalkan aksara Jawa melalui kelas ꧌ꦱꦶꦤꦲꦸꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ Sinau Aksara Jawa, pembuatan banner banner untuk lapak PKL, siaran radio bersama RRI Surabaya, ꧌ꦩꦼꦩ꧀ꦧꦼꦫꦶꦏꦤ꧀꧍ memberikan kelas pengenalan Aksara Jawa kepada kelompok kelompok mahasiswa asing, kolaborasi dengan platform ꧌ꦩꦺꦝꦶꦪ꧍ media lainnya dan mengusulkan Aksara masuk dalam Perda Pemajuan Kebudayaan, ꧌ꦏꦼꦗꦸꦮꦔꦤ꧀꧍ Kejuangan dan Kepahlawanan Surabaya serta penulisan ꧌ꦄꦏ꧀ꦱꦫꦗꦮ꧍ aksara Jawa pada produk produk kreatif UMKM”, jelas Nanang Purwono.
꧌ꦥꦸꦫꦷꦄꦏ꧀ꦱꦫꦫꦴꦗꦥꦠ꧀ꦤꦷ꧍ Puri Aksara Rajapatni juga menyambut ajakan Hans Satria, produser ꧌ꦱꦺꦭꦶꦪꦤꦺꦴꦫꦷꦤ꧀꧍ Celia Noreen dalam berkolaborasi untuk produksi klip ꧌ꦮ꦳ꦶꦝꦺꦪꦺꦴ꧍ video lagu lagu Celia Noreen yang diberi caption dengan aksara Jawa.
“Ayo ꧌ꦤꦤ꧀ꦠꦶ꧍ nanti kita buat event event musik dengan memperkenalkan aksara Jawa. Setidaknya ada kaos crew, yang bertuliskan Aksara Jawa”, ꧌ꦈꦱꦸꦭ꧀꧍ usul Hans Satria.
Usulan ini ditanggapi dengan ꧌ꦒꦼꦩ꧀ꦧꦶꦫ꧍ gembira oleh Ita Surojoyo.
“Nanti kami buatkan tulisan aksara Jawanya dan juga ꧌ꦝꦭꦩ꧀꧍ dalam acara peluncuran buku “Bung Bebek en de Princess” bisa dimulai”, sambut Ita dengan gembira.
“Dulu kami akan kolaborasi dalam show musik ꧌ꦧꦼꦂꦰꦩ꧍ bersama Wieteke Van Dort, tapi karena kesehatannya kurang baik waktu itu, ꧌ꦄꦏ꦳ꦶꦂꦚ꧍ akhirnya rencana kolaborasi gagal. Tapi gak papa, akhirnya ꧌ꦏꦩꦶ꧍ kami akan bisa berkolaborasi dalam peluncuran bukunya”, jelas Hans Satria, produser Celia Noreen and her Band.
Dimanakah Peluncuran itu akan digelar?
Di ujung pertemuan bertiga, pihak ꧌ꦫꦝꦶꦪꦺꦴ꧍ Radio Suara Surabaya menghubungi Hans dan dibicarakanlah rencana peluncuran buku dengan isian musik ꧌ꦱꦺꦭꦶꦪꦤꦺꦴꦫꦷꦤ꧀꧍ Celia Noreen dan lagu “Dewi Melati” yang ꧌ꦩꦼꦚ꧀ꦗꦝꦶ꧍ menjadi soundtrack buku “Bung bebek en de Princess”. (PAR/tim).